Mohon tunggu...
Mochamad Yusuf
Mochamad Yusuf Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Mochamad Yusuf adalah online analyst, pembicara publik tentang IT, host radio, pengajar sekaligus praktisi IT. Aktif menulis dan beberapa bukunya telah terbit. Yang terbaru, "Jurus Sakti Memberangus Virus Pada Komputer, Handphone & PDA". Anda dapat mengikuti aktivitasnya di personal websitenya, http://yusuf.web.id atau di Facebooknya, http://facebook.com/mcd.yusuf.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tak Cukup dari Diri, Harus Semua!

31 Maret 2010   07:55 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:05 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Para polisi, jaksa, hakim, mereka lebih melek hukum. Seharusnya tahu mana yang salah, mana yang benar. Jadi kalau melanggar, harusnya dihukum seberatnya. Tak cukup secara administrasi atau dimutasi.

Oleh: Mochamad Yusuf*

Malam ini saya baca status Facebook sebuah radio swasta Surabaya yang terkenal dengan liputan langsung dari pendengarnya. Sebuah bus umum telah menabrak 2 sepeda motor di depannya. Melaju terus, baru berhenti setelah menabrak mobil dari arah berlawanan. Hasilnya mobil tersebut masuk sungai. Untung 4 penumpangnya selamat. Tapi 2 pengendara sepeda motor tewas di tempat kejadian.

Langsung banyak komentar yang muncul. Paling banyak mengatakan bahwa kebanyakan bus yang bertrayek Mojokerto-Pasuruan itu memang sering ugal-ugalan. Tak tertib, cepat meski macet, berhenti mendadak, ngetem di sebarang tempat, mengambil jalan di jalur berlawanan dan lainnya. Tapi meski begitu, tak ada sesuatu yang dilakukan supaya para bus kuning, lebih dikenal, itu lebih tertib. Faktanya setiap hari kejadiannya seperti itu.

Saya langsung teringat kejadian 5 bulan lalu. Sebuah lampu merah lalu lintas perempatan jalan protokol yang ramai di Surabaya menyala. Namun sebuah sepeda motor melaju kencang tak menghiraukan tanda berhenti ini. Dari arah yang lain, sebuah sepeda motor mulai melaju pelan karena lampu hijau menyala, tanda dia boleh jalan.

Tak elak terjadi tabrakan. Tapi siapa yang jadi korban? Pengendara yang tertib itu yang jadi korban! Dia tewas di tempat kejadian. Yang melanggar malah selamat.

Sering kita dengar ungkapan, "Mulailah dari diri sendiri dulu, biarlah yang lain melakukan seperti itu." Hal ini sering menjadi komentar untuk status saya, bila saya menyorot sebuah kasus korupsi atau penyimpangan yang dilakukan aparat.

Hal itu benar. Tapi tak cukup. Tak hanya kita yang harus benar, tapi yang lain juga harus benar. Bahkan kalau salah harusnya dihukum sekeras-kerasnya, terlebih menyangkut nyawa. Karena nyawa tak bisa tergantikan. Juga menjadi peringatan bagi yang lain supaya tak melanggar.

Apakah 2 pengendara sepeda motor bisa hidup lagi, setelah pengemudi sadar dan menggunakan itu sebagai pengalaman? Atau pengemudi bus lain akan lebih hati-hati?

Kasus korupsi yang melanda para aparat negara kita seharusnya dihukum dengan hukuman seberat-beratnya. Karena mereka sudah tahu salahnya bahkan aturannya.

Para polisi, jaksa, hakim, mereka malah lebih melek hukum. Seharusnya lebih tahu mana yang salah mana yang benar. Jadi kalau melanggar harusnya dihukum seberat-beratnya. Tak cukup hanya dihukum secara administrasi atau dimutasi. Ini tak adil bagi rakyat yang sudah patuh pada aturan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun