Mohon tunggu...
Mochamad Yusran
Mochamad Yusran Mohon Tunggu... profesional -

Ketika seorng filsuf menunjuk ke bintang, yang dilihat org bodoh hanyalah telunjuk sang filsuf...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

“Kau Memang Aku karena Aku Adalah Kau.”

3 Oktober 2014   10:26 Diperbarui: 31 Oktober 2015   00:23 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suatu siang seorang pemuda berencana mengungkapkan rasa cintanya kepada gadis pujaannya. Ia berjalan menuju rumah sang gadis menelusuri ruas jalan dengan penuh was-was, ahli-ahli jika cintanya telak ditolak. Sesampai dirumah sang pujaan dengan penuh keberanian bercampur ragu pemuda tersebut mengetuk pintu.

Terdengar suara lembut di balik pintu, "Siapa kau?"

"Aku adalah Ali, lelaki yang tersiksa bila tidak mengungkap cintanya kepadamu dan bolehka aku tau “Siapa” nama mu?" jawabnya dengan suara bergetar.

Sejenak suasana menjadi “Hening” seakan memberikan suatu kesan suci dan sakralnya pembicaraan tersebut.

Sesaat kemudian, terdengar lagi suara lembut yang memecah keheningan, “Pulanglah engkau, sebab kau tidak benar-benar mencintaiku anak muda”. Tegas gadis tersebut tanpa memberitahukan namanya.

Ali lantas tersentak bagai disambar petir disiang bolong menanggung malu akibat jawaban sang gadis. Ia tetunduk lesu karena angannya sekejap lenyap mendapatkan jawaban yang perih dihati seakan merobek semua harga dirinya sebagai laki-laki. Sambil menyusuri jalan menuju rumahnya ia mengulang-ulang jawaban gadis pujaannya yang masih menggaung ditelinga. Mencoba seperti para filsuf yang menukil makna hakiki dibalik kata-kata namun Ia tetap tak mengerti makna dibalik jawaban tersebut.

Hari berlalu. Setelah merenungkan dan merasa perlu memperbaiki perkataannya dan cara mengungkapkan cintanya, ia kembali bertandang ke rumah tautan hatinya.

Setelah mengetuk pintu, suara lembut yg seakan akrab menyentuh kendang telinganya, "Siapa kau?".

Ali tak lantas langsung menjawab. Ia mengambil nafas dalam-dalam dan mencoba untuk tenang memanfaatkan kesempatan untuk kedua kalinya.

“Aku lelaki waktu itu namaku Ali, Aku adalah cintamu, Maukah kau perkenalkan namamu wahai sang gadis” jawabnya tenang.

Pintu rumah berderit dan terbuka sebagian.

“Senang mendengar jawabanmu pemuda. Tapi itu tidak mengungkapkan hakikat cintamu. Pulanglah!” tanpa juga menyebutkan namanya.

Harapan kian terbalas saat pintu terbuka sebagian namun rasa gembira itu berlalu secepat kilat karena saat yang bersamaan diikuti dengan kata “tapi...” yang meluncur dari bibir ranum yang telah lama mengusik malam-malamnya dengan sebuah perenungan yang panjang.

Ali pun berbalik berjalan gontai mengikuti langkah kakinya menuju kediamannya. Sejak itu ia habiskan waktu, hanya untuk melakukan perenungan yang lebih lama dan meminta petuah para bijak. Melakukan perenuangan yang tak biasa sampai ia merasa perlu untuk kembali.

Saat merasa menemukan jawaban yang tepat dan menemukan keberaniannya iapun kembali mengetuk pintu gadis pujaaannya itu. “Siapa?” tannya gadis itu.

Ali tak langsung menjawab.

Setelah menegakkan tubuhnya dan mengatur napasnya, ia berkata,

"Aku adalah kau".

Tak ada suara menyahut. Ali tercekam oleh kebimbangan karena batas pengungkapan cinta hanya berlaku tiga kali dalam taklimat asmara para pujangga.

Pintu berderit dan terbuka lebar. Wajah ceria gadis berkerudung hijau pun menyeruak beriring suara lembut,

“ Namaku Fatimah, Masuklah. Kau memang Aku karana Aku adalah Kau.”

(Cerita ini merupakan saduran dari ukapan pengalaman perjalanan eksistensial para sufi yang di sajikan dengan beberapa modifikasi simbolik tanpa mengurangi makna, Terbuka Untuk didiskusikan dan bebas untuk dimaknai)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun