Mohon tunggu...
Muhammad Yuris
Muhammad Yuris Mohon Tunggu... -

Seorang suami dengan 3 anak, tinggal di Jakarta yg senantiasa belajar untuk bisa menulis.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Sistem Busway dalam Evakuasi Udara Wni di Mesir

1 Februari 2011   01:28 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:00 532
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi-Evakuasi/Admin (3bintang-moviebox.blogspot.com)

Keputusan Presiden SBY untuk membentuk Satgas Penanganan Krisis Mesir pada tanggal 31 Januari 2011 merupakan sebuah keputusan tepat ditengah kondisi dan situasi keamanan di Mesir, khususnya di Cairo dan Alexandria, telah memasuki tahap siaga 1 atau code-red dengan indikasi demonstran sudah menunjukkan tanda-tanda tidak terkendali, bahkan oleh militer sekalipun.  Penunjukan Nur Hasan Wirajuda merupakan pilihan tepat berkat pengalaman beliau sebagai Dubes LBBP RI di Cairo dan Menteri Luar Negeri.  Sedangkan wakilnya, Marsekal Madya TNI Sukirno yang saat ini menjabat sebagai Wakil Kepala Staf TNI AU, juga merupakan figur tepat karena beliau adalah seorang penerbang angkut di Skadron Udara 17/VIP Lanud Halim Perdanakusuma Jakarta.  Satgas juga diperkuat oleh berbagai unsur lintas kementerian yang terkait langsung dalam proses evakuasi WNI di Mesir. Lantas bagaimana skenario yang tepat dalam sebuah operasi angkutan udara evakuasi dilaksanakan?. Apakah efektif mengerahkan pesawat Garuda Indonesia tipe Boeing 747 dengan rute Jakarta-Cairo-Jakarta?.  Penulis mencoba menawarkan solusi yang mungkin efektif dilakukan dalam penanganan/evakuasi WNI keluar dari Mesir secepatnya. Saat ini, dari data yang dirilis oleh KBRI di Cairo, diperkiraan WNI yang berada di Mesir sekitar 6000 orang. Mereka sebagian besar adalah mahasiswa yang menuntut ilmu di Mesir, pekerja profesional dan lain-lain. Mereka ada yang tinggal bersama keluarga, namun sebagian besar tidak.  Mereka pada umumnya bukan tidak memiliki uang untuk kembali ke tanah air, namun penerbangan yang tersedia sangat minim karena sebagian besar menghentikan operasi terkait dengan situasi keamanan yang tidak menentu di Cairo. Bandara Cairo saat ini masih aman, namun tidak menutup kemungkinan akan lumpuh jika dikuasai oleh para demonstran yang bertindak anarkis.  Untuk kepentingan tersebut dibutuhkan rencana antisipatif jika hal tersebut terjadi.

[caption id="" align="aligncenter" width="640" caption="Ilustrasi-Evakuasi/Admin (3bintang-moviebox.blogspot.com)"][/caption] Menurut hemat penulis, jika mengirimkan penerbangan langsung dengan rute CGK-CAI-CGK dengan refueling di Dubai (DXB) atau Jeddah (JED), maka dibutuhkan sekitar 14 jam penerbangan x 2  + sekitar 3 jam boarding di Cairo. Satu pesawat hanya mampu mengangkut sekitar 400 penumpang, berarti dibutuhkan sekitar 15 sorti penerbangan langsung atau jika hanya ada 2 pesawat akan memakan waktu 7-10 hari.  Belum lagi jika dalam kurun waktu tersebut, bandara Cairo sudah lumpuh. Mungkin ada baiknya untuk mempertimbangkan sistem feeder seperti pada sistem busway, dimana pelibatan pesawat C-130 Hercules TNI AU dijadikan pengumpan bagi pesawat Garuda.  Karena keterbatasan jarak jangkau pesawat Hercules, maka dapat difungsikan untuk menjemput WNI di Cairo dan menerbangkannya ke negara aman terdekat, misalnya ke Jeddah, Riyadh atau Dubai.  Dari ketiga kota tersebut, WNI dapat diseleksi menurut kemampuan masing-masing, apakah melanjutkan penerbangan ke tanah air dengan menggunakan airlines reguler atau menunggu pesawat evakuasi Garuda.  Ketiga kota tersebut merupakan rute penerbangan reguler Garuda Indonesia dan seluruhnya memiliki perwakilan RI yakni KJRI Jeddah, KBRI Riyadh dan KJRI Dubai, sehingga penangan evakuasi akan lebih efektif, khususnya suply logistik.  Taruhlah misalnya, pemerintah mengirimkan 3 Hercules dan berposko di Riyadh atau Dubai, maka setiap hari, masing-masing Hercules mampu melakukan 2-3 sorti evakuasi ke Cairo (airtime RUH-CAI sekitar 2,5 jam). Jika setiap sorti mampu mengangkut 150 penumpang dan barang, maka evakuasi WNI ke negara aman dapat selesai dalam 4-5 hari.  Kenapa Hercules? karena pesawat ini dikenal sangat tangguh di segala medan, mampu mendarat di gurun pasir jika bandara lumpuh, proses boarding penumpang dan barang yang cepat karena menggunakan ramp-door dan awaknya adalah militer/prajurit TNI yang mampu membela diri dalam keadaan darurat. Jika skenario tersebut yang dijalankan, maka WNI yang telah dievakuasi ke negara aman terdekat, mempunyai pilihan untuk menentukan penerbangan selanjutnya.  Di Dubai lebih banyak penerbangan langsung ke Jakarta karena merupakan bandara hub di Timur Tengah.  Hal ini dapat memperpendek waktu evakuasi dengan mengerahkan armada yang sesuai.  Penulis yakin bahwa semua perwakilan RI di Timur Tengah, sudah siap dengan segala kemungkinan yang terjadi. Semoga saudara-saudari kita WNI di Mesir tetap mendapat perlindungan, keselamatan dan kemudahan dari Allah SWT...amiin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun