Mengubah ancaman, tantangan dan hambatan menjadi peluang adalah salah satu dari ciri dari orang-orang sukses. Â Seringkali kita baca berbagai biografi orang-orang terpandang di dunia ini, menggapai kesuksesan perjalanan hidupnya yang diawali dengan perjuangan. Â Bentuk perjuangannya pun berbagai macam, ada yang terpaksa harus memutar otak mencari tambahan agar asap dapur tetap mengepul, ada yang menghadapi ancaman debt-collector dan lain sebagainya. Â Mereka adalah orang yang mampu memanfaatkan situasi dan kondisi yang buruk menjadi pijakan meraih kesuksesan.
Masih segar dalam ingatan kita, pemerintah pernah mengatakan bahwa twitter merupakan salah satu ancaman non-militer. Â Menurut saya, tidak ada yang salah dengan pernyataan tersebut. Â Pemerintah pasti sudah mengkaji dan mencermati dengan seksama perkembangan teknologi informasi yang kian deras selama dasawarsa terakhir ini. Â Perkembangan itu tentunya bagaikan pisau bermata dua, bisa bermanfaat dan bisa membinasakan. Â Tergantung dipergunakan untuk kepentingan apa dan bagaimana cara menggunakan serta memanfaatkannya. Â Bukan hanya untuk pihak ketiga, pihak pertama dan kedua-pun dapat terkena imbasnya. Â Mungkin, yang dimaksud oleh pemerintah adalah betapa masifnya pengaruh twitter dalam penyebaran informasi real-time dan secepat kilat menjangkau semua kalangan, mulai dari pejabat pemerintah, politisi, tokoh agama, budayawan, aparat keamanan hingga ke akar rumput seperti saya. Â Apalagi jika informasi yang disebarkan, mampu mengancam sendi-sendi penyelenggaraan pemerintahan yang sedang berjalan. Â Tentu kita sudah sangat maklum bahwa demonstrasi besar-besaran di Mesir adalah buah dari pemanfaatan twitter untuk melakukan penyamaan visi dan penyamaan pola tindakan yang diinginkan. Â Twitter dengan segala kelebihan dan kekurangannya, mampu mengeliminasi sekat-sekat batas negara, perbedaan status sosial, suku, agama, ras, jenis kelamin dan lain-lain. Â Jika menilik pada kasus di Mesir, maka twitter telah mampu menjadi media rapat gelap tanpa kekhawatiran ditangkap oleh Mabahits (dinas rahasia Mesir), sebagaimana yang seringkali terjadi di negeri piramida tersebut.
Lantas dimana hubungannya dengan agen intelijen gratis itu?. Â Tentunya kita harus membalik logika kita bahwa twitter bukanlah sebuah ancaman. Â Menurut hemat saya, justru twitter ini harusnya dapat dijadikan bermanfaat oleh institusi intelijen yang dikelola oleh negara. Â Saya yakin bahwa aparat intelijen negeri ini mempunyai kemampuan penguasaan teknologi informasi, apalagi jika hanya ditugaskan untuk memantau perkembangan diskusi dan trending-topic yang ada di twitter. Â Pembunuhan karakter, isu yang simpang siur, hujatan, pemaparan bukti-bukti kejahatan hingga berbagai informasi penting bisa kita dapatkan di twitter dalam waktu sekejap dan gratis pula. Â Jangankan informasi yang bersifat mengancam kelangsungan hidup bangsa ini, informasi tentang kondisi lalu lintas Jakarta yang di-twit oleh @TMCPoldaMetro saja, sudah merupakan informasi yang bersifat intelijen, karena kita menjadi tahu bahwa ruas jalan mana yang harus dihindari jika tak ingin terkena macet. Â Sama halnya informasi cuaca yang memberitakan akan segera turun hujan dan mengingatkan kita untuk tidak lupa membawa payung. Â Hal itu merupakan sifat utama intelijen, mengantisipasi segala sesuatu sebelum terjadi dan menyiapkan apa yang harus dilakukan jika hal tersebut betul-betul terjadi.
Tweeps yang kita kenal sebagai orang-orang yang memanfaatkan twitter sebagai media untuk berbagi dan berdiskusi dengan semua orang yang menjadi pengikutnya atau orang yang sengaja mereka sebutkan nama akunnya, menurut hemat saya adalah agen intelijen gratis. Â Mereka adalah pemasok informasi real-time yang merupakan salah satu ciri utama intelijen. Â Jika ini dimanfaatkan dengan baik, maka berapa banyak informasi yang dapat diolah dan dianalisa oleh para analis intelijen? Â Sungguh banyak kawan. Â Tidak usahlah berfikir nilai kebenaran atas informasi yang ada di twitter, karena pada dasarnya setiap informasi, siapapun sumbernya adalah berharga. Â Mozaik-mozaik informasi tersebut jika dirangkai oleh seorang analis handal, akan menjadi sebuah analisa cara bertindak yang pas dilakukan oleh pemerintah tentang suatu permasalahan. Â Saya tidak menyalahkan pemerintah Mesir yang tidak segera mengambil langkah-langkah yang dianggap perlu untuk menghindari kerusuhan berdarah, namun mungkin arus perubahan itu begitu dahsyat sehingga tidak mampu dicegah oleh tindakan apapun juga.
Jadi, menurut saya jadikanlah twitter sebagai peluang dan bukan ancaman. Â Good afternoon...tweeps...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H