Mohon tunggu...
Muhammad Yulian Mamun
Muhammad Yulian Mamun Mohon Tunggu... Dosen - Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Antasari Banjarmasin

Tinggal di Banjarmasin, alumni KMI 2006. Menulis tentang sejarah, wisata, ekonomi & bisnis, olahraga dan film.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pompadour

31 Oktober 2014   04:57 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:05 549
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_370725" align="aligncenter" width="700" caption="Gaya Rambut Pompadour Modern. (foto: tupperware.co.id)"][/caption]

Gaya rambut pompadour yang sempat dipopulerkan mendiang Elvis Presley era 50an kembali jadi tren di kalangan lelaki, terutama dua tahun belakangan. Tentu ditambah sedikit sentuhan modern, dengan menipiskan rambut bagian samping kepala. Namun karakternya tetap seperti dulu; rambut disisir klimis, rapi ke arah samping atau ke belakang.

Penamaan pompadour konon diambil dari nama seorang selir raja Prancis, Louis XV yang dikenal dengan dandanan dan rambut jambul glamornya. Hingga pada awal abad ke 20 para pria menggandrungi gaya rambut ini di seluruh dunia. Kalau tidak percaya cobalah tonton film bertema perang dunia kedua.

Bagi pria modern, gaya rambut ini diakui menambah kegagahan mereka. Contoh paling aktual pengguna pompadour adalah figur selebritas seperti David Beckham, Brad Pitt, Bruno Mars, para pemain sepakbola Eropa, selebriti tanah air atau bahkan orang-orang di sekitar kita.

Demi memberikan kesan klimis dan rapi, biasanya penataan gaya ini dibantu oleh minyak rambut dengan daya set tinggi seperti pomade. Pomade adalah jenis minyak rambut yang membuat rambut tampak mengkilap, lengket, basah dan licin hingga mudah diatur. Pomade biasanya terbuat dari minyak kelapa dan lilin (wax) nabati.

Kalau sudah dipakai, dijamin rambut akan rapi jali selama 24 jam. Karena berbahan dasar minyak, pomade lengket di rambut. Untuk menghilangkannya secara tuntas, dianjurkan keramas memakai shampo. Saya pernah ikut mencoba mengoleskan sedikit di rambut saya. Namun rambut saya yang agak bergelombang tidak cocok ditata dengan pomade. Yah, Susahnya ingin tampil keren.

Dulu, sewaktu masih punya rambut, ayah saya gemar memakai pomade bermerek Tancho. Seiring bertambahnya usia, ayah saya tidak lagi memakainya. Folikel rambut di kepala beliau mulai menyusut dan tidak dapat memproduksi rambut dengan normal. Maka, tinggallah rambut beliau di bagian samping dan belakang saja. Sedangkan bagian dahi dan atas batok kepala, sudah licin.

Kemasan Tancho ini seingat saya, adalah berupa wadah plastik bundar kecil dengan tutup warna hijau. Labelnya bertuliskan aksara Cina dengan sebuah tag line yang menjamin mutunya “Pure Vegetable”. Artinya produk ini terbuat dari sayuran alias minyak nabati. Saat dibuka, penampakan Tancho berupa gel kental yang memiliki wangi yang khas.

Hal kuno lain yang jadi keren adalah jambul Tintin pada akhir 98an. Ikon artis Indonesia yang bergaya ini seingat saya adalah Primus Yustisio dalam sinetron Panji Manusia Millenium. Kalau ditelusuri, gaya rambut Tintin ini sebenarnya juga termasuk kuno. Tintin adalah nama tokoh komik karya seniman asal Belgia, Hergé. Sejak terbit pertama kali tahun 1926, Tintin digambarkan sebagai seorang wartawan muda berambut pendek dengan jambul yang mencuat lengkung ke depan.

***

Waktu baru pulang dari kuliah di luar negeri tahun 2011, salah seorang sepupu saya yang masih ABG mengejek cara saya berpakaian.

“Kenapa sih abang pakai celana jeans gombrong kayak gitu. Aneh banget tau! Kalau mau keren pakai celana pensil kayak gini dong! Ayo saya temenin beli ke mall…! Tapi nanti traktir nonton bioskop ya hehehe… ”

Sambil tertawa, saya ikuti saja ajakannya membeli celana yang lagi ngetren itu. Toh, celana model ini lazim dipakai anak muda usia 25 tahun ke bawah. Waktu itu saya masih berumur 24 tahun, jadi masih layak lah secara kategori umur.

Celana pensil (bahasa Inggrisnya skinny atau slim-fit pants) adalah celana berbahan jeans atau kain sejenis yang elastis, dengan ukuran yang ngepas di bagian pinggul lalu semakin mengecil di bagian paha ke bawah. Kadangkala celana ini menggantung di atas mata kaki.

Padahal jika ditilik sejarahnya, celana sempit yang menyiksa “onderdil pria” itu adalah pakaian wajib band metal tahun 80an. Waktu itu band hard-rock seperti Metallica, Anthrax atau Megadeth mengenakan celana jeans ketat berwarna biru yang agak luntur. Ah, cobalah tonton film-film kerajaan Eropa abad pertengahan. Di sana para bangsawan / ksatria juga memakai celana ketat yang mirip-mirip celana pensil atau legging kata orang sekarang!

***

Sejarah mungkin berulang…”, kata New Boys, band rock asal Malaysia dalam salah satu lagunya. Semua yang terjadi di masa lampau tidak tertutup kemungkinan akan terjadi lagi di masa yang akan datang. Contoh kecilnya adalah model rambut pria dan celana jeans tadi. Saya yakin, suatu saat era keemasan rambut pompadour dan celana pensil akan berakhir. Entah apa yang akan jadi tren gaya hidup nantinya. Makanya, simpan saja koleksi pakaian jadul anda. Siapa tahu nanti jadi hit. Apalagi orang dewasa ini sesuatu yang berbau retro atau vintage banyak diburu. Padahal dua kata ini artinya sama saja; kuno.

Jangan terburu-buru menyebut apa yang dikenakan orang lain itu kuno, kolot atau ketinggalan zaman. Siapa tahu nanti justru kita yang akan mengenakannya suatu saat kelak.

Lihat saja dulu orang begitu takut akan jenggot—terutama di Amerika dan Eropa. Orang yang mempunyai jenggot tebal dianggap teroris, apalagi pasca tragedi 11 September 2001 di New York. Waktu itu, tidak sedikit kejadian salah tangkap hanya gara-gara jenggot.

God sees the truth but waits. Tuhan akan membalas setiap ketidakadilan, meski tidak segera. Dan nyatanya, memelihara jenggot lebat dan cambang sekarang malah disukai para pesohor Barat. Pas perhelatan Piala Dunia 2014 lalu, penjaga gawang kesebelasan Amerika Serikat, Tim Howard tampil botak dan menyuburkan jenggot dan berewok. Persis orang Taliban dan militan Chechnya yang dulu mereka anggap teroris!

[caption id="attachment_370727" align="aligncenter" width="640" caption="Tim Howard (foto: BBC)"]

14146808661422418223
14146808661422418223
[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun