Dari sebuah syair yang minta tuk diberi judul
Kutorehkan kata - kata yang disusun dengan amburadul;
Nyanyian Kerinduan  Sang Pengembara
Bagaimana dengan judul itu, sobat?
Apa kau menyukainya?
Ah, maaf jika kau tak suka
Sebab aku bukanlah penyair atau seorang pujanngga
Yang pandai dalam merangkai kata - kata
Juga bukan seorang pemikir ulung yang paling terkemuka
Yang mampu menyelami makna dalam setiap kata
Tapi itu bukan alasan untuk aku tak sepakat denganmu, bukan?
Â
Yah, aku akan kembali
Dan meski bukan sebagi seorang penyair
Aku tetap akan kembali
Mungkin hanya untuk sebatas " wali dia " seperti katamu
Tapi memang begitulah Manggarai
Tidak cukup dengan "one mau de daku nai"
Â
Dan tentang kopi pahit itu
Aku masih menyimpan banyak tanya
Akan jutaan rasa yang kala itu terseduh bersama
Dalam gelak tawa yang selalu hadir
Saat "lejong" coba menyapa malam yang "kamer"
Karena sekarang, dalam cangkir yang sama
Yang sedikit mulai retak dan tak bergagang
Pengembaraan ini memaksa untuk coba menyeduh
Kopi yang kala itu enggan tuk ku sentuh
Â
Maka untuk setiap "teing hang "yang akan datang
Kan ku usahakan tuk selalu "manga ranga"
Bersama menitipkan doa pada Sang Hiang
Agar kelak bisa dengan lantang berkata
"Toe reweng kanang, hoo wae kolang"
Karena "duat gula wee mane "
Kini telah tiba
Pada setiap"toing agu titong"
"Kudut hape hang mane agu kier hang wie".
Surabaya, 8 september 2024