Mohon tunggu...
Heri Susanto
Heri Susanto Mohon Tunggu... -

Di sinilah aku dapat melihat cakrawala dunia

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Jarum dan Peniti

11 Januari 2010   11:57 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:31 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Negara kita yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 sudah berusia hampir 65 tahun. Proklamasi kemerdekaan RI hampir bersamaan dengan India, walaupun berbeda sejarah perjuangannya. Ibaratnya Indonesia dan India seumur. Tetapi marilah kita bandingkan perkembangan pembangunannya, terutama pada sektor industri. Beberapa produk India sudah hadir di negara kita seperti sepeda motor sampai dengan mobil. Sementara Indonesia bagaimana ? JARUM DAN PENITI SAJA MASIH IMPORT. Saudara-saudara kita yang pernah belajar ke luar negeri sudah banyak, khususnya di bidang metalurgi. Karena hampir semua industri logam, berbasis pada metalurgi. Bagaimana membuat sebuah logam yang tipis dan ringan tapi memiliki sifat yang tahan beban (panas, tekuk, puntir dll) namun tidak patah dan tetap kuat ? Jawaban itu semua ada di teknologi metalurgi. Ibarat meracik ramuan jamu, maka para pakar metalurgi di Indonesia harus diberdayakan dengan mengadaakan riset di laboratorium. Setelah ketemu formulanya maka harus ada keberpihakan dari penyelenggara negara ini untuk memproduksi secara masal. Misalnya beberapa ahli metalugi, mesin dikumpulkan dan diberikan tugas membuat protitipe sebuah sepeda motor. Setelah jadi, kemudian diproduksi dalam jumlah terbatas (limited). Produk itu dipakai untuk kalangan pemerintah lebih dahulu, mungkin untuk para kepala desa, camat atau yang lainnya. Setelah itu masyarakat pasti akan melihat dan menilai, jika cocok dan suka pasti permintaan dari masyarakat akan ada. Mungkin kalau langkah itu ditempuh, maka di Indonesia tidak ada lagi jarum dan peniti yang masih di ekspor. Mungkin jumlah Honda, Susuki, Yamaha, Kawasaki dll. akan jauh berkurang. Akhirnya, marilah kita mulai mencintai produksi dalam negeri (asal ada lho...) agar kita tidak menjadi pembeli di negeri sendiri. MERDEKA !!!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun