Awalnya saya berpikir pastilah pembangunan infrastruktur mandek oleh karena pemerintah kehabisan dana, tapi ternyata tidak demikian. Kita masih melihat gerak lincah sang presiden meresmikan proyek-proyek infrastruktur yang ternyata masih berjalan baik itu pembangunan jalan, bandara dan sebagainya. Rupanya pemikiran seorang Jokowi tidaklah berubah.Strategi boleh melenceng sedikit oleh karena pandemi, tapi toh ternyata tetap on track jika bicara soal infrastruktur. Orang no 1 di negeri ini memang seorang visioner, disaat orang belum berpikir apa-apa soal Papua, dan pada pemerintahannya, ia membuka potensi ekonomi dengan menggalakkan pembangunan infrastruktur di wilayah-wilayah pedalaman Indonesia. Menurutnya, Indonesia bukan hanya Jakarta sebagai pusat ekonomi yang melulu menjadi sorotan, namun tidak demikian pada pemerintahan-pemerintahan sebelumnya yang membuat proyek MRT di ibukota hanya menjadi seonggok proposal selama 30 tahun. Dan sekarang mimpi itu menjadi nyata, siapakah  yang tidak merasakan manfaatnya ?  derajat bangsapun sedikit terangkat oleh karena memiliki public transport yg cukup memadai.
Perampingan birokrasi dan regulasi yang menjadi bagian dari prioritas dalam babak kedua inipun tidak ditanggalkan, bahkan diwujudkan dalam produk yang konkrit yang kini menjadi hal yang kontroversial, UU Omnibus Law. Jadi kalau ada yang mengatakan, beliau tidak konsisten terhadap janji-janji nya, coba berkaca pada kondisi saat ini, pun si tengah badai pandemi negara ini masih berupaya untuk melakukan perubahan struktural meski harus dihujani berbagai kritik.
Ekonomi kita memang masuk jurang resesi tapi tidak terperosok begitu dalam seperti yang dialami beberapa negara lain. Bahkan negara adidaya sekelas Amerika pun tergopoh-gopoh dalam menghadapi game changer ini. Berbagai kebijakan sulit terutama menyangkut keuangan dikeluarkan sebagai jurus untuk menghadapi situasi yang super kompleks ini, tak ayal arsitek keuangan yang kita miliki berulang kali memperoleh penghargaan internasional atas sepak terjangnya.
Jika dalam kondisi normal kita semua dapat menilai kinerja pemerintah dengan melihat kembali visi/misi awal yg ditawarkan, seberapa jauh pemerintah telah sukses memenuhi janji-janjinya, namun saat diperhadapkan pada situasi yang tidak biasa, bukankah indikator keberhasilan pemerintah terletak pada bagaimana pemerintah bisa survive baik dalam hal kesehatan maupun bidang ekonomi ? Bukankah dibawah leadership seorang Jokowi kita melihat hasil kerja keras pemerintah dalam menangani badai pandemi ? . Dan perlu digarisbawahi, tidak ada satu negarapun didunia yang benar-benar siap menghadapinya.
Untuk itu, tidaklah berlebihan jika pemerintah mengklaim bahwa Indonesia sudah dianggap cukup mampu mengendalikan rem dan gas secara seimbang, meski pernyataan ini ditentang salah satu pengamat kebijakan publik. Namun bagi saya, kondisi saat ini dapat dijadikan indikator yang pada akhirnya bisa menjawab kebenaran pernyataan tersebut.
Terlepas dari semua itu, pengelolaan negara tidaklah cukup dilakukan oleh pemerintah, partisipasi masyarakat sangatlah dibutuhkan untuk bersama-sama keluar dari krisis global yang tidak saja  menghantam negeri ini. Mari bahu membahu untuk bersama mewujudkan Indonesia yang lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H