Tanah longsor di Desa Jemblung, Kecamatan Sampang, Kabupaten Banjarnegara, terjadi pada 12 Desember 2014. Bencana ini merupakan salah satu bencana alam yang cukup besar di Indonesia, terutama karena dampaknya yang sangat mengerikan.
Pada pagi hari itu, hujan deras yang turun semalaman menyebabkan tanah di sekitar desa Jemblung menjadi sangat labil. Tanah yang sudah jenuh air itu akhirnya longsor, menimpa rumah-rumah penduduk yang berada di lereng bukit. Tanah longsor tersebut terjadi dengan sangat cepat, mengubur sekitar 40 rumah dan menelan banyak korban jiwa.
"Jumlah total korban jiwa pada saat bencana tanah longsor di Dusun Jemblung pada 2014 lalu sebanyak 125 orang, dan yang berhasil ditemukan 102 orang. Jadi masih ada 23 orang yang hilang," ujar Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Banjarnegara Andri Sulistyo.
Berikut Opini Menurut Saya Mengenai Tragedi Tanah Longsor di Desa Jemblung
Bagi saya, tragedi ini bukan hanya soal bencana alam yang menghancurkan, tapi juga soal ketangguhan manusia dalam menghadapi cobaan berat. Meskipun dusun itu sempat tertutup dan nyaris hilang dari peta karena tertutup material longsor, upaya warga untuk bertahan, saling membantu, dan memulai kembali hidup mereka menunjukkan betapa kuatnya ikatan sosial dan rasa gotong-royong yang ada di masyarakat desa.
Selain itu, kisah ini juga membuka mata kita tentang pentingnya perhatian terhadap risiko bencana alam, terutama di daerah yang rawan longsor. Masyarakat Dusun Jemblung, meski sempat terlupakan, akhirnya mendapatkan perhatian lebih, dan kejadian ini menjadi pelajaran penting bagi pemerintah dan masyarakat lainnya untuk lebih waspada, siap sedia, dan melaksanakan upaya mitigasi bencana yang lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H