Sebuah kebahagiaan tersendiri bagi para perantau setelah 2 tahun lamanya tidak bisa mudik, akhirnya tahun ini bisa mudik dengan beberapa ketetapan seperti harus sudah vaksin booster, memakai masker, jaga jarak dkk.
Tentu bagi yang kampungnya jauh sangat semangat buat mudik. Karena bisa bertemu secara langsung dengan orangtua, keluarga, saudara. Soul nya beda banget, lebih terasa energi positif saat ketemu langsung sama keluarga.Â
Sadar atau tidak, para perantau giat mengais rezeki di Ibukota dan ketika mudik bagi-bagi rezeki THR ke keluarga, saudara sampai tetangga. Merupakan hal yang lumrah serta sudah menjadi sebuah tradisi.Â
Stigma Orang yang merantau ke Kota, pasti banyak uang dan sukses. Seolah merupakan hal umum yang lumrah  padahal faktanya banyak kepiluan, rasa lelah, persaingan, ketika berjuang mengais rezeki di Ibukota.Â
Setiap hari berjalan dengan serba cepat, berangkat sebelum mentari terbit pulang saat mentari sudah tidak terlihat.Â
Ibukota keras, banyak rintangan yang harus di temui setiap harinya. Jalanan macet di mana-mana, di kejar deadline kerjaan. Semua serba beli dan bayar.Â
Tingkat stres yang di terima jauh lebih tinggi. Serta beragam ujian hidup lainnya yang melelahkan, menguras air mata.Â
Namun saat mudik, sudah pasti di sambut serasa raja atau sultan terkaya. Padahal berujung pada pertanyaan "mana oleh-olehnya? Pengen nyoba uang dari Kota" Begitu kata orang-orang yang akan di temui di perkampungan.
Ramah-tamah, udara lebih sejuk dan kehangatan keluarga inti tentu menjadi alasan kuat bagi perantau untuk pulang mudik.Â
Meski begitu, sebelum mudik alangkah baiknya menyiapkan budget dan meng-estimasikan pengeluaran dari pra mudik sampai kembali lagi ke Ibukota.Â