Cukup menakutkan, akhirnya satu persatu mulai turun, kami masih mencoba diam dan tenang. Sampai akhirnya merasa khawatir dan mencoba untuk turun dengan anak tangga lagi.Â
Ada satu lokasi yang belum sempat kami jamah, di bagian bawah kawah ada sebuah telaga. Katanya ada anak tangga dan jalan yang tersedia menuju kesana. Tapi kami lewati tempat tersebut karena mulai risau dengan keberadaan angin yang semakin kencang.
Setalah berfoto dibeberapa bagian, kami memutuskan menaiki mobil lagi dan menuju ke sebuah curug. Lupa nama curugnya yang jelas air nya jernih dan cukup deras debitnya.Â
Disekitar jalan yang dilalui untuk menuju ke curug ada banyak monyet yang mengikuti diatas pepohonan. Namun mereka tidak menggangu sama sekali. Setelah menikmati keindahan dan kesejukan curug.Â
Kami mulai menunaikan ibadah sholat zuhur, setelah itu kembali melanjutkan perjalanan. Kampung Naga menjadi destinasi terkahir kami sebelum meninggalkan Tasikmalaya.Â
Kampung naga, seperti sebuah kampung budaya. Dimana kampung tersebut belum terjamah listrik dan perlaralatan canggih. Pemandangan hijau, hamparan sawah yang tertata rapi dengan sistem terasering.
Tersedia kolam ikan dengan ikan yang cukup besar. Rumah dikampung naga masih berupa rumah panggung, ada sebuah kali. Rasanya seperti kembali ke masa-masa beberapa puluh tahun lalu.Â
Perlengkapan dapur dan perkakas rumahnya masih serba manual dan tradisional. Cara berpakaian para penduduknya pun masih berkebaya dan bersarung. Mereka ramah, dan menyambut setiap tamu dengan santun.Â
Orang tua merasa khawatir dan takut si anak tidak bisa menjaga diri dan kehormatan. Wajar itu merupakan bentuk kasih sayang serta penjagaan orangtua.Â