Awal 2020 warga Jakarta dan beberapa kota mengalami banjir, tentu bukan sebuah hal yang diharapkan. Namun juga tidak dapat dielakan. Berbagai komentar berdatangan silih berganti, mulai dari saling menyalahkan hingga mengolok-olok.Â
Terlepas dari itu semua, kita sebagai mahluk yang diciptakan sempurna karena dikaruniai akal. Seharusnya merasa empati dan prihatin terhadap musibah yang menimpa saudara-saudara kita.Â
Berhenti menyalahkan, membenarkan dan mencari pembelaan. Mari sama-sama berjuang membantu saudara yang terdampak banjir. Seandainya kita atau keluarga kita menjadi salah satu yang terkena banjir.Â
Bagaimana rasanya? Bayangkan yang paling sulit situasinya. Sebuah keluarga dengan kondisi rumah yang jauh dari kata layak kemudian tidak memiliki pekerjaan tetap, memiliki anak balita dan harus di kepung banjir? Tidak memiliki stok makanan, obat dan penghangat. Hanya berjuang mencari bantuan agar bisa mengungsi dan mendapatkan sebungkus nasi? Lalu bagaimana dengan cara ia mengais rezeki?Â
Jangankan pergi mencari rezeki, pergi keluar dari kepungan banjir pun penuh dengan perjuangan. Belum lagi dihadapkan dengan berbagai penyakit dan rasa tidak aman. Bagaimana kondisi surat-surat dilemari lusuh? Bagaimana ijazah atau raport anak sekolah?Â
Dari kejadian ini seharusnya kita lebih bisa menjaga mulut, menjaga prasangka dan berfikir jernih untuk menciptakan solusi maupun antisipasi. Jadi saat musim penghujan tiba, setidaknya lingkungan dan diri kita siap mengurangi volum banjir.Â
Bagaimana harus membangun rumah, bagaimana harus menyetok obat dan makanan, siapkah kita mengurangi pengunaan plastik? Konsisten kah kita dalam membuang sampah pada tempatnya? Siapkah kita memanfaatkan lahan kosong disekitaran rumah untuk bercocok tanam, setidaknya kita mampu menambah sedikit demi sedikit resapan air.
Semoga dihati nurani dan dipembicaraan kita bisa terbuka untuk menyadari fakta yang ada, tanpa mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas. Semoga otak yang ada dikepala bisa kita gunakan untuk mendapatkan solusi, bukan hanya sibuk menyalahkan. Setiap bencana pastilah me
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H