Mohon tunggu...
Lala_mynotetrip
Lala_mynotetrip Mohon Tunggu... Lainnya - Terus berupaya menjadi diri sendiri

Blogger pemula|menyukai petualangan sederhana|penulis amatir|S.kom |pecandu buku|Sosial Media creative|Ide itu mahal|yuk menulis|doakan mau terbitin novel

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Wanita Sederhana yang Tulusnya Tiada Tara

30 Desember 2017   05:35 Diperbarui: 30 Desember 2017   08:24 1052
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ibu, bukan hanya sebuah kata. Ibu melukiskan betapa maha baik nya Sang Khalik, terhadap kita semua. Tanpa Ibu mungkin kita tidak dapat melihat dunia ini. 

24 Tahun sudah saya dibesarkan oleh wanita mulia itu, dia bukan sosok yang modis dan kekinian seperti para ibu kebanyakan. 

Dia hanya seorang wanita yang tulus dan siap mengorbankan hidupnya untuk membesarkan anak-anaknya. Dia tiada suka bersolek dengan aneka kosmetik, ya dia lebih memilih membelikan baju untuk anaknya. Dia tidak suka menggunakan emas, dia lebih suka anaknya bersekolah.

Dia tidak suka barang mewah, yang penting anaknya bisa punya uang ongkos. Dia tidak suka jalan-jalan, dia lebih suka makan bersama dengan anaknya. Dia lebih memilih mengisi usianya dengan berjualan sederhana menemani bapak. 

Ya, wanita mulia itu memilih hidup yang amat sederhana. Mengabaikan kecantikannya (tidak merawatnya), mengabaikan angan nya untuk hidup santai demi kemajuan anaknya. 

Jasanya besar, bagi kami anaknya. Dunia boleh melihat dia biasa saja, namun bagi kami dia adalah manusia paling tulus. Yang tiada pernah menagih ganti rugi, untuk kehidupannya yang kami renggut. 

Saya merasa belum bisa membalas kebaikannya, cinta tulusnya. Bahkan mungkin tidak akan pernah sebanding. Itulah wanita yang paling saya sayangu dalam hidup ini. Senyum nya adalah bahagia untuk saya, dan atas semua doa nya saya bisa melewati hari-hari yang cukup sulit dalam kehidupan yang fana ini.

Bu, aku menyayangimu.. meski sayangku tak sebesar sayang mu kepada ku. Aku harap rabb ku menjaganya, dan selalu memberikan kebahagian kepadanya. 

Bagaimana mungkin secara logika  seorang wanita biasa yang tidak berpendidikan tinggi, namun bisa membuat anaknya menjadi seorang sarjana. Siapalah saya tanpa beliau? Toga dan gelar lebih pantas ku persembahkan untuk beliau, wanita kokoh yang selalu menguatkan saat revisi yang bertubi-tubi. Terima kasih ibu, kau pahlawan bagi kehidupan ku.

Terima kasih atas semua rasa sederhana namun tak terlupa, cinta mu tulus bu. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun