Dessert lokal yang saya maksud disini adalah dessert buatan orang Djogja asli. Dengan kekhasan rasanya dan komposisinya yang sederhana serta murah meriah harganya kini menjadikan dessert ini mempunyai ciri khas dan tidak mudah untuk menemukan dessert ini di wilayah Djogja.
Dessert atau pencuci mulut akhir-akhir ini memang sedang menjadi trending topik. Karena keunikan rasa dessert dengan berbagai macam rasa seperti coklat, keju, tiramisu, dan lain sebagainya.
Di setiap sudut kota pasti sudah banyak yang mendirikan usaha kecil seperti menjual dessert. Lain dengan dessert lainnya, dessert ini melainkan bukan berbentuk box tapi bercup kecil bak diwadahkan di tupperware.
Dengan berbahan oreo yang sesuai dengan namanya yaitu Dessert Oreo, susu fullcream, coklat ganache dilengkapi dengan topping keju dan kacang ini dijamin tidak akan membuatmu eneg.
Karena biasanya dessert box yang orang ketahui itu adalah berukuran besar dan mengenyangkan, menurut saya sendiri itu tidak cocok untuk dijadikan dessert karena porsinya yang terlalu banyak apalagi jika kalian memakannya di malam hari maka hitunglah kalori yang sudah masuk ke dalam perutmu itu? hehe.
Kalian yang sepantara denganku pasti tau kan kalau remaja / anak sekolahan saat liburan itu ngapain? Ya main handphone aja sambil rebahan di kasur aja. Nah itu yang dialami temanku juga pada saat liburan lalu munculah ide berjualan dessert.
Sudah bingung mau gaya rebahan apalagi sambil mengscroll youtube, kala itu temanku melihat konten orang yang berbau dessert. Lalu dia memencet dan membukanya konten itu kemudian dia tertarik untuk mencoba resep tersebut.
Di percobaan pertama resep dia gagal, lalu timbul pertanyaan dalam benaknya "Kenapa bisa tidak enak?" Kemudian dia mencobanya lagi hingga bisa dan rasanya sempurna. Setelah rasa yang menurut dia itu sempurna dan terlintas di pikirannya untuk menjual dessert itu.
Dia menjualkan pertama kali di sekolahnya dulu SMK N 4 YK dengan ukurang kecil bak pudding pada umumnya. Menitipkannya di kantin dan siapa sangka ternyata laris manis, bahkan sebelum waktu istirahat tiba pun sudah ludes terjual oleh siswa/siswi sekolahnya. Dia menitipkannya ke kantin sekolahannya hingga kurang lebih enam bulan.
Setelah itu dia merasakan keuntungan yang cukup dan mengide untuk menjual dengan ukuran cup yang lebih besar. Hingga tiba dia harus menghadapi Ujian Nasional dan dia menghentikan bisnis itu sejenak.