Mengenal Pramuka baru sejak menginjak kelas 7 sekolah menengah pertama (SMP), berpramuka sebelumnya tidak pernah saya tempuh hingga saya dijadikan kandidat untuk mengikuti Jambore Daerah yang mana para calon anggota Jambore Nasional akan di seleksi kemampuannya. Saat saya dipilih pun saya masih bingung, kenapa harus saya? dengar-dengar saja saya dipilih karena semangat saya dalam beraktivitas, suara saya yang menggelegar persis seperti Bapak saya. Kenapa saya menanyakannya? karna saya merasa belum cukup materi & skill, mau tidak mau saya menerima dan menjalankannya yang diberikan ke saya karena itu sebagai amanah yang berarti sekolah percaya kepada saya, dengan membimbing teman-teman yang menjadi anggota regu saya sebagaimana mana saya juga langsung dijadikan ketua regu pada jambore Daerah (Jamda).
Saya menempuh pendidikan sekolah menengah pertama (SMP) di Pondok Pesatren Ibnul Qoyyim Putri yang berlokasi di Gandu Sendangtirto, Berbah Sleman. Latihan setiap sore hingga maghrib sebelum hari dimana kita harus berkompetisi dalam kegiatan Jambore Daerah yang dilaksanakan di Bumi Perkemahan Babarsari, Yogyakarta itu membuat kami menjadi semakin semangat dan mahir dalam berpramuka termasuk mahir dalam sandi morse, tali simpul, mendirikan tenda, dll. Setelah latihan kami tidak istirahat santai-santai atau lainnya, kita tetap melaksanakan perturan yang ada di Pondok Pesantren dengan mengikuti sholat maghrib berjama'ah dilanjutkan kelas tahfidz yang di bimbing astadiz sekalian di Ponpes, dengan begitu para anggota Jambore Daerah dapat melatih kedisplinan yang harus dipunyai oleh pramuka sejati.
 Sesuai dasa darma pramuka ke-8 yang berbunyi "disiplin, berani, dan setia" kami selalu menanamkan disaat menjalankan aktivitas, tak disadari juga sebagai teladan / contoh untuk yang lain. Tak mudah untuk istiqomah untuk hal tersebut ternyata, maka dari itu mari niatkan karena Allah agar dimudahkan dan dilancarkan disetiap langkah kita.Â
Tiba saatnya dimana Jambore Daerah (jamda) di gelar, dengan suara lantang kami pasukan Ibnul Qoyyim gugus depan 1668 berbaris sambil bernyanyi yel-yel kebanggaan sekolah. Benar-benar pertama kali saya diberi kepercayaan untuk memimpin serta memimbing teman-teman anggota regu, yang tadinya saya tidak pernah sama kali mempimpin dan lahir ke kehidupan menjadi anak terakhir yang tentunya di manja dan masih dianggap seperti anak kecil, kegiatan sekaligus kompetisi ini dapat membantu saya membuktikan bahwa saya bisa tanpa orang tua dan saya bisa mandiri. Sebenarnya saya memang sudah dipaksa keadaan untuk mandiri karena Ibu tercinta saya meninggalkan saya untuk selamanya, di umur yang masih belia yang seharusnya layak mendapatkan kasih sayang seorang ibu, sejak umur 8 tahun saya sudah bisa mencuci piring dan menyetrika baju sebelum berangkat sekolah dasar (SD).Â
Banyak pelajaran yang saya dapatkan setelah kepergian ibu tercinta saya, saya menjadi gadis kecil kuat yang mandiri. Setelah kepergian ibu saya, saya jadi mengerti dimana hidup pasti akan mati pasti kembali kepada Sang Pencipta dan saya lebih bisa ikhlas dengan semua hal. Do'akan ibu saya yasiapa saja yang membaca tulisan ini, kirimkan Al-Fatihah untuk beliau pasti beliau senang sekali disana.
Setelah kurang lebih 5 hari saya mengikuti kegiatan berkemah dalam Jambore Daerah ini, saya mendapatkan banyak hal yang tidak pernah saya alami disaat umur saya kurang dari 14 tahun itu. Saya jadi pribadi yang lebih bersyukur karena di perkemahan kita hidup sesederhana mungkin seperti, makan seadanya, mandi dengan fasilitas seadanya, tempat tidur seadanya dan kain sebagainya yang mungkin sudah tidak bisa saya ingat lagi. ada pengalaman ya bisa dikatakan lucu tapi agak bingung karena saat saya sedang berjalan di area buper (bumi perkemahan) saya di datangi sorang laki-laki yang ternyata seumuran dengan saya tetapi saya tidak kenal dengan dia, dia tiba-tiba menghampiri saya lalu spontan tanya begini "namanya maya ya" saya benar-benar bingung karena kok dia bisa tau nama saya padahal sebelumnya saya tidak mengenalnya sama sekali.
5 hari telah berlalu saya cukup lelah mengikuti perkemahan ini, yang tadinya emang bawaan warna kulit saya putih jadi belang tidak terawat. Kami kembali ke Pondok Pesantren dimana saya dan teman-teman satu regu menempuh sekolah sekaligus tinggal untuk dijadikan rumah juga, beruntungnya saya memiliki teman-teman yang perhatian sekali sepulang dari sana saya disambut hangat yang mana sebelumnya saya lelah sekali karena kegiatan yang cukup padat berubah drastis menjadi senang tidak karuan.Â
Setelah kurang lebih 1 bulan pasca Jambore Daerah (jamda) saya diberi tahu jika ada kelanjutan Jambore ini dan ternyata yang boleh diajukan sebagai calon anggota Jamnas yang akan di berangkatkan ke Cibubur, Jakarta nanti adalah ketua regu atau yang biasa disebut dalam dunia kepramukaan yaitu Pemimpin Regu (pinru) dan sedikit saya kecewa karena dari pihak penyelenggara, sekolah saya yang mana bisa membawa saya ke kegiatan ini hanya dapat mengirimkan satu orang yaitu saya sebagai pemimpin regu. Lalu saya segera memberi tahu Bapak saya bahwa saya terpilih dalam kompetisi nasional ini.
Alhamdulillah saya senang sekali, benar-benar saya masih tak menyangka karena ini pengalaman pramuka saya yang pertama. Saya di bimbing untuk ke tahap selanjutnya agar saya dapat lolos seleksi menuju Jambore Nasional. Sudah tiba hari saya seleksi yang kegiatannya sama seperti kemah pada umumnya, berlokasi di Kali Kuning Kaliurang, Yogyakarta yang ternyata pada hari itu saya terlambat datang dan merasa malu karena saya tidak disiplin waktu. Saya menyusul teman-teman yang sudah tiba di lokasi dengan berangkat jalan kaki bersama sebelumnya, saya seorang diri menyusuri Sungai Kali Kuning yang arusnya cukup deras tetapi saya mau tidak mau harus melewati jalan itu, saya harus memperlihatkan keberanian saya.
3 hari saya mengikuti seleksi yang cukup melelahkan dan rintangannya berat, alhamdulillah saya bangga kepada diri saya sendiri karena saya telah meyelesaikannya sendiri tanpa bantuan regu yang sebelumnya saat Jambore Daerah sistemnya berkelompok. Semenjak itu saya makin percaya bahwa saya bisa melakukan apapun dengan suka hati tanpa takut dan memikirkan omongan orang lain, hari dimana pengumuman seleksi Jambore Nasional tiba saya merasa gelisah karena takut tidak lolos seleksi. Tetaoi justru kebalikannya saya merasa senang sekali bahwa Allah telah percaya kepada saya bahwa saya berhak mendapatkannya.
Sebelum Jamnas tiba saya terus berlatih untuk memantangkan skill dan materi saya bersama teman-teman yang juga terpilih sebagai peserta jambore Nasional X 2016. Di tengah kesibukan latihan kami, ternyata Kwarda yang kepanjangannya Kwartir Daerah menggelar acara Kemah Budaya dimana penggalang dan penegak sebagai pesertanya dan Kwartir Cabang Sleman mempercayai peserta penggalang adalah sebagian peserta Jambore Nasional, termasuk saya juga yang terpilih untuk mengikuti kompetisi ini. Perlombaan di Kemah Budaya bermacam-macam karena saya tidak memiliki bakat tradisional jadi saya hanya mengikuti sekaligus berpartisipasi dalam lomba permainannya saja.