Sudah menjadi kebiasan saya pukul 06.30 berangkat Kantor. Walaupun perjalanan ke kantor hanya ditempuh selama 15 menit, saya selalu usahakan berangkat pagi supaya dapat mempersiapkan segala sesuatunya.
Kemarin Pagi, perjalanan ke kantor saya tempuh dengan waktu yang lebih lama dari biasanya karena ada gangguan di jalan dan hari inipun gangguan tersebut masih tetap ada sehingga waktu yang ditempuh tetap lebih lama dari biasanya. Kadang cukup membuat kesal, tapi dengan hati yang lapang saya terima keadaan ini.
Dari dulu saya selalu berharap adanya perubahan mengenai “gangguan” ini, tapi sampai dengan detik ini harapan itu tidak pernah terwujud. Gangguan itu justru saya temukan dimana-mana dan tidak pernah ada solusi yang baik dari Pemerintah. Dengan telah dibentuknya Kabinet yang baru, Sayapun kembali berharap bahwa Gangguan itu kedepan tidak akan saya temui lagi.
Gangguan itu bernama “Pembongkaran Jalan”. Seperti kita ketahui bersama bahwa sering sekali kita melihat pembongkaran jalan yang dilakukan terkesan tidak terorganisasi dan berjalan sendiri-sendiri. Setelah diganggu dengan proyek pemasangan gorong-2 yang baru selesai 2 bulan yang lalu, sekarang jalan yang sudah mulus kembali diacak-acak untuk proyek pemasangan Kabel Optik, kembali jalan menjadi berantakan dan berdebu. Biasanya setelah proyek selesai jalan tidak langsung diperbaiki sehingga debu hasil pembongkaran tersebut kemana-mana. Setelah proyek kabel optik ini selesai, mungkin 2 bulan kemudian PDAM yang akan ikut berpartisipasi melakukan pembongkaran jalan lagi. Bisa dibayangkan bahwa dalam 1 Tahun terhadap jalan yang sama bisa terjadi beberapa kali pembongkaran. Hal tersebut mestinya bisa dihindari seandainya semua pihak yang berkepentingan untuk membongkar jalan saling berkoordinasi di bawah pengawasan Dinas Pekerjaan Umum. Hal yang mudah sebenarnya, tinggal Dinas Pekerjaan Umum memberikan aturan main dan sanksinya bagi mereka yang melanggar. Atau mungkin karena hal tsb sangat sepele dan sederhana sehingga Dinas Pekerjaan Umum mengabaikan hal tersebut???
Ini mungkin salah satu Pekerjaan Rumah sekaligus masukan buat Bapak?Ibu Menteri yang berwenang terhadap hal ini dan bisa dimasukan ke dalam rencana kerja 100 hari.
Sebenarnya Kerja Menteri di kabinet sangat enteng, mudah dan gampang kalau para bapak-bapak menteri tidak malu untuk minta masukan dari rakyatnya. Banyak persoalan dimasyarakat yang tidak sampai ke meja Bapak menteri karena kurang pekanya para staf di departemen. Seharusnya Pak Menteri lebih terbuka terhadap semua masukan rakyat dan kritikan rakyat sehingga apa yang dimaui rakyat dapat dipenuhi.
Contoh Pekerjaan rumah yang lain adalah kesemrawutan jalanan di Jakarta, Banyaknya Rambu-rambu lalu lintas yang tidak berfungsi, banyaknya gelandangan dan pengemis, banyaknya pembangunan gedung yang ngawur ijinnya, sedikitnya lahan hijau di Jakarta, transportasi yang amburadul, banyaknya pungutan liar dan lain sebagainya. Hal tersebut mungkin kurang memdapatkan perhatian dari Bpk/Ibu menteri selama ini karena hal tersebut mungkin dianggap sepele dan sederhana.
Tidak ada masukan yang lebih baik dan lebih berguna selain masukan dari rakyatnya sendiri. Dan salah satu masukan-masukan yang baik dan berguna, bisa bapak menteri dapatkan di Kompasiana karena kompasiana berisikan orang-orang dari berbagai disiplin ilmu, dari yang sekedar rakyat biasa sampai dengan guru besar juga ada…
Ibaratnya masing-2 Departemen tinggal melemparkan bola ke Kompasiana…tinggal tunggu respon dan masukannya dari kompasioner…gampang kan?? Tinggal leb…he he he..
Adakah kompasioner yang mau menyumbang pemikirannya buat Bapak & Ibu Menteri Yang kita Cintai?? Terkhusus buat negeri yang kita cintai?? Silahkan…tidak bayar kok…he he he
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H