Mohon tunggu...
Oktavianus Teguh P
Oktavianus Teguh P Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Seorang pengembara dunia dan kehidupan, berbagi untuk saling mencerdaskan sesuai jati diri sebagai anak Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jakarta DiUji Nalarnya

21 Maret 2012   01:36 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:41 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1332293643205432483

[caption id="attachment_177492" align="alignleft" width="300" caption=""][/caption]Salam Indonesia !!! Indonesia. Sebuah kata yang menunjukkan tempat, lokasi, tanah pusaka sekelompok manusia di salah satu bagian bumi...sebuah kata sakti (dulu), tapi kini menjadi kata yang akan membawa otak ini kepada berita korupsi, presidennya yang berpostur sekuriti berhati hello kitty, bencana alam, intoleransi, negara yang tidak belajar dari sejarah baik sejarah negerinya sendiri maupun sejarah bangsa lain, agama jadi barang murah diobral dilapak-lapak gedung rumah ibadah, agama diobral untuk meraih kekuasaan di atas pembodohan lagi-lagi atas nama agama...KOMPLIT. Belum lagi PSSI yang berkepala dua. Tapi ada sedikit angin harapan. Harapan akan selalu ada Menteri yang ngamuk, sehingga fasilitas umum bisa gratis. Semoga bukan hanya Pak Dahlan Iskan saja yang ngamuk, Menteri Agama ngamuk sehingga saudara-saudaraku yang beragama Islam dan bermimpi naik haji bisa terwujud karena digratiskan, pengobatan gratis atas ngamuknya Menteri Kesehatan yang semoga sedang tidak mikir proyek pengadaan antibiotik anti serangan TOMCAT, sekolah gratis karena pak M.Nuh ngambek. Kalau SBY ngambek jangan deh...nanti bagi-bagi album gratis, gratis kalau bermutu bisa diterima kalau gak bermutu kan cuma nambah-nambahi isi TPSA. Harapan lain mengalir dari Jakarta, sebuah kota metropolitan, yang katanya masuk 10 besar di dunia (bangga kan ?). 10 besar terpolusi maksudnya. Banjir dan kebakaran, perampokan dan pembunuhan, premanisme dan perang antar ormas, kemacetan dan hedonisme. Harapan itu ada pada PILKADA. Bukan warga Jakarta memang saya ini, tapi lihatlah bakal calon Joko Widodo dan Ir Basuki Tjahaja Purnama, MM (Ahok). Satu Jawa asli dan jadi pengayom warga Solo, satunya pendatang dari Belitung keturunan Cina dan beragama Kristen. Ini sudah merubah pakem sebagian besar syarat tak tertulis untuk maju sebagai calon kepala daerah/negara. Yaitu pribumi/militer dan beragama mayoritas. Sungguh langkah berani dari PDI-P dan Gerindra mengusung mereka. Kampanye hitam kemungkinan akan menyerang dari sisi suku, ras dan agama, soal korupsi dan sejenisnya mungkin tidak ada celah bagi pasangan ini. Ini hal jamak yang sering tidak diakui di negeri ini. Soal prestasi, Jokowi sudah tidak perlu disangsikan lagi. Yang masih sangsi silakan melakukan survey/riset di Solo dan sekitarnya asal jangan survey ke Gubernur Jawa Tengah saja. Hai Jakarta !! Jika pilkadamu berlangsung sukses dan pasangan ini bisa menjadi pemimpinmu, maka bisa jadi kotamu akan jadi tonggak kecerdasan warga Indonesia dalam memilih pemimpin. Bukan lagi didasari atas kedaerahan, kesukuan, ras, agama bahkan kekayaan, tapi kinerja dan prestasi, moral dan kesetiaan akan komitmen. Terus terang saya menantikan momen ini, momen dimana kecerdasan dalam memilih pemimpin dan semoga bisa dilaksanakan juga di 2014.... Jakarta, kami di daerah menanti kabarmu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun