Mohon tunggu...
Maman Rohman
Maman Rohman Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Saya suka musik, film, traveling, dan membaca buku-buku yang dapat menambah wawasan serta pengetahuan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Negeri Tanpa Harapan

20 Mei 2010   03:33 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:06 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pagi ini, Kamis (20/5), pernyataan Ketua DPP Partai Golkar Priyo Budi Santoso dalam berita berjudul "Sri Mulyani Didesak Ungkap Kartel Politik" di halaman pertama harian Media Indonesia, menyentakkan perasaan saya dan membuat mata saya kian terbuka lebar dalam memahami dunia politik di Indonesia. Dalam berita itu Priyo mengatakan; "Sri Mulyani seharusnya bersyukur tidak dijadikan ‘kambing congek', karena diberi soft landing (pendaratan mulus) sebagai pejabat di Bank Dunia. Di Malaysia, Anwar Ibrahim dihabisi karir politiknya".

Pernyataan Priyo ini menyadarkan kita semua tentang betapa sudah sangat busuknya dunia politik di negara kita, sehingga siapapun yang tak mampu mengikuti aturan main yang berlaku dalam jaringan kartel politik, maka akan didepak, karena para elit politik kita tidak membutuhkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, memiliki integritas, dan memiliki hati nurani seperti Sri Mulyani, melainkan SDM yang mau mengusung apapun kepentingan elit politik dalam jaringan itu. Tak peduli meski untuk itu masyarakat dibohongi dengan jargon-jargon muluk ketika kampanye, namun nol dalam realisasi. Pernyataan Priyo bahkan semakin meyakinkan kita, bahwa hengkangnya Sri ke Bank Dunia memang sudah diskenariokan. Tak heran SBY dengan ikhlas merelakan kepergian Sri, dan bahkan bangga karena Sri dipilih Bank Dunia.

Hari ini, Kamis (20/5), Agus Martowardojo dilantik sebagai Menteri Keuangan pengganti Sri. Bersama Dirut Bank Mandiri itu juga dilantik wakilnya, Anny Ratnawati yang saat ini menjabat sebagai Dirjen Anggaran Depkeu. Pertanyaan kita sekarang, meski kedua orang ini dianggap sebagai figur yang pas untuk menempati posisi-posisi penting itu, dan dinilai memiliki kualitas dan kredibilitas, tapi mampukah mereka berbuat dan bertindak seperti Sri?

Eksisnya kartel politik yang melibatkan penguasa pemerintahan dengan pengusaha, membuktikan bahwa di negara kita telah tumbuh budaya buruk (bad culture) yang membuat banyak hal tidak dapat berjalan dengan benar dan sesuai relnya. Itu sebabnya orang seperti Sri tidak dibutuhkan. Dalam kondisi seperti ini, apa yang akan dilakukan Agus dan Anny agar tidak bernasib seperti Sri? Mengikuti kemauan dan aturan main kartel, atau terdepak dari sistem dan tidak diberi soft landing seperti Sri, sehingga menjadi ‘kambing congek'? Disadari atau tidak, kondisi ini sebenarnya juga menunjukkan kepada kita, bahwa sendi-sendi kehidupan bernegara kita sebagian besar telah runtuh akibat ulah dan kepentingan para elit politik, pengusaha, dan pengelola pemerintahan, sehingga jika negara ini diibaratkan sebuah rumah, tiang negara ini sudah banyak yang rubuh, sehingga negara tinggal menunggu waktu untuk ambruk.

Kompas.com pada 30 Desember 2009 mempublikasikan hasil penerawangan paranormal Permadi. Dalam beritanya, Kompas.com menyebut, Permadi mengatakan, kondisi pada 2010 akan lebih buruk dibandingkan 2009. Ia membahasakannya sebagai goro-goro.

"Tahun 2010 akan lebih parah dari 2009. Akhir 2009 merupakan kondisi awal 2010. Kondisi awal buruk, selanjutnya buruk. Politik, hukum, budaya, kesenjangan ekonomi semakin tajam," kata politikus PDIP yang juga mantan anggota DPR RI periode 2004-2009 ini.

Memasuki bulan Suro, lanjut Permadi, dalam pakem Tanah Jawa dikenal sirno ilang angkara ning bumi. "Yaitu hilangnya angkara murka di muka bumi. Kalau manusia Indonesia tidak mampu menghilangkan angkara murka, Tuhan akan turun tangan. Sudah terlihat semuanya. Kasus Century dibongkar oleh pejabat tingkat bawah, mafia hukum terbongkar oleh Susno sendiri. Tuhan sudah membuat keputusan, akan terbongkar semuanya. Tahun 2010 akan terjadi goro-goro," ujarnya.

Anda mungkin ingat ramalan Jabaya tentang Notonogoro? Ramalan ini sempat menghebohkan bangsa kita ketika perekonomian ambruk dan jumlah masyarakat miskin meningkat berkali-kali lipat akibat krisis multidimensi yang menghajar Indonesia mulai pertengahan 1997. Ramalan itu menjadi konsumsi publik karena menyebutkan, negara ini akan memiliki pemimpin yang adil dan bijaksana sehingga seluruh rakyat makmur, setelah negara dipimpin oleh orang yang memiliki nama berakhiran ‘no', ‘to', dan ‘no'. Nama pemimpin adil itu Satrio Piningit. Namun ramalan ‘Nostradamus Indonesia' itu juga menyebut, sebelum Satrio Piningit muncul, negara ini akan menghadapi goro-goro alias huru-hara, dan huru-hara ini muncul di saat atau setelah negara ini dipimpin orang yang memiliki nama dengan akhiran ‘no' yang kedua. Itu sebabnya, ramalan Jayabaya ini disebut Notonogoro

Permadi dan paranormal yang lain pernah mengasumsikan, ‘no' yang pertama adalah nama SukarNO. To adalah akhiran nama SuharTO. Dan ‘no' yang kedua diyakini berasal dari nama Susilo Bambang YudhoyoNo (SBY). Kita memang tak perlu mempercayai ramalan, tapi jika melihat kondisi perpolitikan kita sekarang, ramalan ini agaknya perlu dicermati.

Tengoklah kondisi Thailand saat ini. Apakah pemicunya? Anti pemerintahan. Dalam berita di Media Indonesia, Tim Pengawas Kasus Century dari Fraksi PDIP DPR RI, Hendrawan Supratikno, menyarankan agar Sri mengungkapkan saja soal latarbelakang pengucuran dana bailout untuk Bank Century sebesar Rp6,7 triliun, dan soal ‘pengusiran dirinya ke Bank Dunia'.

"Sebelum ke Washington, Sri Mulyani bisa menutup dengan kenangan indah dan ‘bernyanyi' soal kasus Century dan pengusiran dirinya," kata dia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun