disaat ku terdiam terpana sendiri di kesendirianku,
disaat itu pula,ku merasakan sesuatu yang belum pernah aku temukan,
ku melihat sesosok lelaki yang duduk terdiam dikesendiriannya,
ku dekati dia,
ku perkenalkan diriku padanya
dengan kata yang terbata-bata, ku tetap melanjutkan perkenalanku padanya.
"sedang apakah engkau sendiri disini?” ku bertanya padanya
"aku memikirkan sesuatu”. jawabnya
"apa yang kau pikirkan?”
"aku memikirkan tentang hidupku yang kelam,gelap gulita, seperti ruangan yang tak bercahaya”
"seperti apa kegelapan dalam hidupmu?? bahkan hidupku lebih gelap dari hidupku”
"masalah apa yang kau hadapi saat ini?? mungkin hanya masalah kecil yang sedang kau hadapi saat ini!!”
ku terdiam sejenak memikirkan yang dia ucapkan
"masalahku terlalu rumit,mungkin kau tak akan mengerti yang sedang ku hadapi saat ini”. ucapku
"serumit apa masalahmu?? bukankah kau masih punya orang yang kau percaya untuk kau ceritakan??”
aku terdiam lagi. ku menundukkan kepalaku sejenak menenangkan apa yang telah aku hadapi.
ingin ku ceritakan semua ini padanya,tapi aku masih meragu padanya.
"kau ingin cerita padaku??” tanyanya
ku menggelengkan kepalaku sambil berkata "tidak”.
"baiklah kalau kau tak ingin menceritakannya padaku,mungkin kau masih ragu padaku karena kau baru saja kenal dengan ku.
boleh aku tahu sesuatu yang bisa kuhubungi??”
ku memandang wajahnya dengan terpana.
dengan berfikir kalau dia benar-benar akan membantuku keluar dari masalah ini,
ku berikan nomor HP dan PIN BBM ku padanya,begitu sebaliknya.
Beberapa hari kemudian, dia menghubungiku
"bisa kita ketemu hari ini?? kutunggu kau di tempat kita awal kita bertemu”. ucapnya dalam BBM yang aku terima darinya
"baiklah”. balasku
aku dan dia bertemu di tempat yang telah kita janjikan.
di tempat itu pula ku memulai ceritaku padanya.
"serumit itukah masalhmu??”. tanyanya
aku hanya menganggukan kepalaku
"lalu apa yang akan kau lakukan untuk mengatasi masalahmu itu??”
"aku tak tahu lagi apa yang harus aku lakukan,aku sudah tak sanggup lagi dengan ini semua!!”. ucapku
mata airku mulai membasahi pipiku yang awalnya kering tak berair.
ku mulai yakin bahwa dia akan membantuku dari masalah ini.
disitu lah dia mulai mendekatiku,mulai menenangkanku dari kesedihanku.
"jangan lah kau bersedih seperti ini,semua masalah pasti ada jalan keluarnya”.
"tapi aku tak sanggup lagi dengan semua ini, sudah cukup dia menyakiti hati dan perasaanku”
ku terus menangis sembari mengingat kekesalanku padanya.
tiba-tiba dia mendekatiku,bahkan lebih dekat dari sebelumnya.
"kemarilah”. tangannya mendekap pundakku
tidak lama kemudian,dia memelukku.
semakin erat dia memelukku, sampai aku tenang.
beberapa hari kemudian dia mengajakku keluar lagi.
mengajakku ketempat yang lebih tenang.
disitu lah ku temukan hidupku yang tenang dan tentram.
disitu pula ku merasa bahagia akan kehadirannya di kehidupanku.
"kau mulai merasakannya saat ini,setelah sekian lama kau pendam masalahmu yang tak bertepi itu”.
ku hanya tersenyum mendengar ucapannya
"lain kali aku ajak akan ajak kau ketempat yang mungkin belum pernah kau datangi”.
"kau tahu dari mana kalau aku belum pernah ketempat yang selalu dikujungi banyak orang??”
"aku tahu itu dari wajahmu yang terlihat bahagia saat ini”.
aku hanya tersenyum semabari menganggukkan kepalaku
"kau tahu, disini lah ku temukan sesosok orang yang aku rasa sangat berharga dalam hidupku”. ucapnya padaku
"oya?? sesosok orang yang sangat berharga dalam hidupmu?? benarkah??” tanyaku padanya.
"ya!! dia berharga sekali dalam hidupku. kutemukan dia saat kegalauan hatiku.
ingin sekali ku ucapkan padanya,tapi ku takut dia akan menolakku”.
"kau tak berani ucapkan padanya?? kau harus yakin kalau dia akan menerimamu dengan setulus hatinya”.
"suatu saat nanti ingin ku ucapkan padanya,menunggu waktu yang tepat untuk mengucapkan ini padanya”.
"tapi kenapa?? bukankah lebih cepat lebih baik??”
"aku ingin secepatnya, tap itu tak mungkin juga, semua butuh proses, benar tidak??”
"iya juga. tanpa proses yang matang tak akan jadi yang kita inginkan”.
aku dan dia akhirnya bisa tertawa bersama seakan tak ada masalah lagi yang menutupi kehidupan kami.
suatu saat dia kembali mengajakku keluar.
kali ini ketempat yang berbeda lagi.
lebih nyaman,tentram,seakan tak ada masalah lagi.
"bagaimana?? sudah kau ucapkan padanya tentang perasaanmu itu??” tanyaku ingin tahu
"kau ingin aku mengucapkan itu?? baiklah akan aku ucapkannya”. jawabnya dengan santai
aku terlihat bingung,sebenarnya siapa yang akan menerima ucapan itu darinya
terdiam sejenak. tiba-tiba,,,,
"aku ingin mengucapkan itu padamu”.
aku terlihat makin bingung
"aku?? ucapan apa??” tanyaku
"ingin sekali ku ucapkan itu padamu saat kita ketempat kemarin, tapi aku masih memikirkannya”. jawabnya
aku yang semakin bingung hanya memandangnya saja.
"sebenarnya apa yang ingin kau ucapkan padaku??” tanyaku dengan wajah yang bingung
"aku,,,,aku,,,aku,,,,”
"apa?? katakanlah!!”
"aku,,,aakkuuu,,,,,,, tapi kau harus janji untuk menjawabnya dan tidak menolaknya"
"aku janji!!”
"sebenarnya,, dari awal aku mengenalmu,aku merasa ada semangat untuk bangkit kembali dari keterpurukanku.
bahkan dari kemarin kita keluar ingin ku ucapkan padamu”.
"apa?? katakanlah. aku akan menjawabnya”.
"kemarin aku berucap padamu bahwa aku telah menemukan sesosok orang yang sangat berharga dalam hidupku. kau tahu siapa yang aku maksud?”
"aku tak tahu siapa yang kau maksud itu”.
"ya,,, kau tak tahu siapa yang aku maksud itu. yang aku maksud "dia" adalah kamu”.
ku terdiam sejenak. lalu,,,,
"aku?? apa hubungannya denganku??”
"ya, kau!! kau yang sangat berharga bagiku. bahkan kau yang buat hidupku lebih berarti lagi”.
"lalu??”
"maukah kau jadi pacar aku??”
aku terlihat kikuk didepannya. tak tahu apa yang akan aku jawab padanya.
"aku,,,,aaaakkkuuuu,,,,akuuu,,,,”
"jawablah sesukamu. kau mau tidak menerimaku?”
aku mulai mengambil nafas untuk menjawab pertanyaannya.
"akuuu....aku tidakkk....”
"tidak mau menerimaku?? baiklah tak apa. mungkin aku bukan orang yang tepat untuk kau pilih jadi pasangan hidupmu”.
"bukan itu maksud aku”
"lalu??” tanyanya menyerang
"aku tidak akan menolakmu, tidak akan menolak cintamu itu”. jawabku dengan cepat
dia terheran akan jawaban yang aku berikan padanya
"berarti,,, kau menerimaku??”
"iya,, aku menerimamu. aku mengharapkan itu darimu saat kau mengajakku keluar kemarin.
ku lihat dirimu saat pertama kali, saat itu pula ku merasakan apa yang kau rasakan saat ini.
tapi ku hanya diam saja, tak berani mengatakannya padamu. aku malu padamu”.
"kau malu padaku?? bahkan aku ingin kau jujur padaku”.
"aku tak bisa untuk itu. aku harus menyimpannya erat-erat dalam hatiku”.
"baiklah tak apa. saat ini kau harus jujur padaku. kau mau tidak menerimaku dalam hidupmu??”
aku terdiam lagi
"iya,,, aku mau menerimamu dalam hidupku”.
"benarkah??”
"iya!! aku akan menerimamu dengan setulus hatiku”.
"terima kasih kau telah menerimaku untuk temani hidupmu”.
aku hanya tersenyum mendengar ucapannya.
mulai saat itulah aku dan dia menjalani hidup bersama-sama dengan atas dasar cinta sampai saat ini.
bahkan mungkin sampai tiba waktunya aku akan jalani hidupku bersamanya hingga ajal menjemput kita nanti.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H