Saya tidak tahu bagimana seharusnya mendefinisikan keluarga. Tapi saya ingin menulis tentang pengalaman saya dengan keluarga saya hari ini.
Meski saya bukan seperti orang-orang yang punya banyak pengalaman bepergian bersama keluarga. Tapi saya harap pengalaman saya bisa memberkati teman-teman yang membaca tulisan saya ini.
Hari ini saya pergi ke Sea World dan beberapa tempat di sebelahnya, bersama keluarga kakak saya, yang berarti membawa kedua ponakan saya yang masih kecil-kecil. Tapi tanpa kedua orang tua saya, karena kedua orang tua saya ada di provinsi yang berbeda.
Kali pertama saya datang ke "dunia laut" ini adalah waktu SMP, dan sekarang  saya kembali lagi ke sini. 12 tahun yang lalu, datang bersama dengan rombongan study tour, kali ini datang bersama keluarga.Â
Di tempat yang penuh hewan laut ini, saya tidak hanya sekedar memperhatikan hewan-hewannya saja. Selain memang memperhatikan berbagai macam ikan dan bermacam atraksi dari hewan-hewan laut yang di sana ada hal lain juga yang saya perhatikan. Â Ya, saya memperhatikan orang-orangnya yang datang di sana. Mulai dari anak-anak sampai orang tua, dari rombongan keluarga ataupun rombongan sekolah, dari rombongan komunitas religius, bahkan juga ada yang pacaran.
Permenungan saya kemudian dimulai ketika saya melihat seorang Bapak sekitar usia 50-60an saat saya sedang di atraksi singa laut. Selain itu juga saat melihat nenek-nenek di tempat atraksi lumba-lumba. Awalnya saya berfikir, buat apa orang tua seperti Bapak/nenek ini melihat hal-hal semacam ini? Bukankah ini hal-hal sangat kekanak-kanakan?
Kemudian ketika saya melihat ada anak perempuan di sebelah sang bapak tua dan seorang anak laki-laki di sebelah sang nenek, saya kemudian menyadari satu poin. Mereka datang untuk menyenangkan anak/cucu mereka, yang adalah bagian dari keluarga mereka.
Hal ini yang saya juga temui dalam diri saya sendiri. Bagi saya melihat pertunjukan hewan seperti ini sudah pernah saya lihat waktu kecil. Namun yang menjadi berbeda adalah, perhatian saya tidak hanya fokus pada pertunjukan. Tapi juga sesekali menengok kedua ponakan saya. Saya sangat ingin melihat mereka senyum, tertawa, antusias, bahkan mungkin triak-triak saking senangnya melihat apapun yang mereka lihat di sana.
Saya yakin, bahwa Bapak tua dan nenek tadi juga ingin merasakan apa yang tadi saya rasakan. Melihat orang-orang yang mereka sayangi, yaitu keluarga mereka TERSENYUM!!!! Meski badan mereka tidak sebugar lagi seperti waktu muda, mereka akan tetap semangat untuk melihat keluarga mereka tersenyum.
Mereka rela kelelahan karena jalan dari satu tempat pertunjukan ke tempat yang lain, juga kepanasan di tengah siang bolongnya Jakarta demi melihat cucu-cucunya TERSENYUM.
Ya, sepertinya melihat orang-orang yang kita sayangi tersenyum memang sangat membahagiakan. Rasa lelah, panas, capek, seperti tidak berasa ketika kita sedang menikmati kebersamaan dengan keluarga kita.