Jam terus bergerak menunjukkan arah waktunya, seakan tidak ada yang dapat menghentikan geraknya. Namun pagi ini ada yang lain dihatiku, entah apa yang akan terjadi pada diriku nanti. Ingin rasanya aku menjerit sekencang-kencangnya untuk menghilangkan rasa gelisah yang menyelimuti hatiku. Aku tahu rasa gelisah ini selalu terjadi karena tingkahku yang buruk tetapi dihati kecilku masih ada rasa sayang dan ingin berubah menjadi yang terbaik, namun entah kapan ini semua akan berakhir. Sebenarnya cita-citaku sangat tinggi untuk masa depanku kelak. Aku ingin menjadi seseorang yang sukses di dunia kesehatan dan dapat pergi ke benua Eropa untuk melanjutkan sekolahku. Tetapi dengan tingkahku yang seperti ini, “apakah aku masih bisa menggapai cita-citaku?” ucapku sendiri dalam bisikan kecil. Ibu dan ayahku selalu mengajarkanku agar tidak pernah menyerah dalam situasi bagaimanapun. Walaupun perkataan itu hanyalah sekilas yang kudengar dari mereka.
Untuk kali ini aku tidak terlambat menuju sekolah, karena ada ibuku yang selalu memantau sikapku, meskipun demikian terkadang aku sering sekali mencuri waktu untuk pergi bersama teman-temanku ke tempat-tempat yang tidak baik untuk pelajar sepertiku ini. Mulai dari ke diskotik, mall, party dan tempat-tempat yang sering sekali dikunjungi anak-anak yang kurang kasih sayang dari kedua orang tuanya sudah semua aku singgahi. Jika ada yang mengatakan aku termasuk anak yang kurang kasih sayang, tidak juga. Ibuku selalu memperhatikanku setiap saat dan ayah selalu mendidikku setiap aku berbuat kesalahan, namun karena hatiku yang selalu terdorong untuk hidup bermewah-mewah dan serba berkecukupan, sehingga membuatku lupa akan sulitnya mendapatkan itu semua.
Akupun terus melanjutkan perjalananku dengan mobil kecil merah yang memiliki dua kursi dibelakangnya. Mobil ini adalah hadiah ulang tahun dari ayah yang sangat mewah dan penuh dengan kenangan. Dengan menggunakan seragam putih abu-abu yang menghiasi tubuh, aku berangkat menuju ke tempat yang kunanti saat ini, dimana aku dapat menghilangkan rasa gelisah yang sedang menyelimuti hatiku, dapat tertawa dengan banyak teman dan ditempat ini aku dapat memperoleh banyak ilmu pengetahuan, yaps di sekolah. Jujur terkadang aku bingung dengan banyak teman-temanku yang selalu saja malas dengan sekolah, padahal di sekolah kita semua dapat melepaskan rasa sedih, senang, kecewa, marah dan banyaknya tugas yang menumpuk. Awalnya akupun demikian, tetapi untuk sekarang aku mulai mengubah pikiranku ke hal yang positif.
Pada akhir bulan ini aku ingin sekali membahagiakan ibuku, ibu yang selalu merawat dan mendidikku. Dia adalah ibu yang sangat aku sayangi dan aku cintai. Namun terkadang aku bingung dengan beliau. Beliau selalu saja menyuruhku untuk belajar, belajar dan belajar. Itulah hal yang paling menyebalkan dalam hidupku. Sedangkan ayahku, tidak pernah dalam sehari tidak ada kata jangan malas.
“Kamu harus rajin jangan malas! Tinggalkan semua sifat burukmu. Bahagiakan ibu dan ayah Ren” ucap ayahku tiap kali menasehatiku saat aku duduk-duduk manis sambil memegang telepon seluler.
Sebenarnya aku tahu itu semua adalah hal terbaik untuk diriku dan masa depanku nanti, tetapi sifat malas yang mendarah daging di tubuhku sudah cukup akut, sampai-sampai mau minum saja aku minta ambilkan pembantuku.