Mohon tunggu...
salsabillah cabil
salsabillah cabil Mohon Tunggu... lainnya -

Art worker

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Chocolate and The Sun

21 Januari 2015   00:47 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:43 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Chocolate and The Sun

“Inna ja-‘alnaa fii a’naaqihim aghlaalaw fahiya ilal adzqaani fahum muqmahuun”sudah hampir satu mingguyang lalu suara merdu ibu-ibu serta tetangga sekitar menggema di ruangan bawah, Ada apa? apa yang salah? Bukankah semua baik-baik saja ram? Kamu bahkan masih menceritakan kota misterius bernama Lichteinstein dekat swiss dan harta karun yang kamu simpan didalamnya? Kau juga masih tertawa-tawa saat itu? Apa yang salah sih?‘kututup lagi telingaku. Kembalikan Rama Tuhan!’teriakku dalam hati.

Tetes air hujan kembali menjadi saksi bisu kesedihan ku, aku melamun lagi dalam diam, memandang sebuah ruangan kosong di balkon kamarkuditempat itu biasanya mimpi dan imajinasi aneh ku dan rama di bangun ,dua hal yang sangat disukai rama didunia ini hujan dan coklat, dia penggila coklat dan hujan. Aku mencintai dua hal itu juga karenanya.

rasanya baru kemarin rama menengadah menatap langit dan mengulurkan tangannya lalu tiba-tiba titik hujan pertama malam itu turun, seolah hujan itu dipanggil oleh tangan rama yang menengadah, masih dengan wajahnya yang sendu dan mata biru gelapnya rama memandang langit membicarakan tentang indahnya dunia jika setiap hari ada hujan, rama tidak suka matahari. Dia ingin dunia ini mendung setiap saat agar ada ruang baginya untuk melepas rindu.tapi aku tak pernah tahu siapa yang dia rindukan.

Apa yang telah terjadi pada Rama tentu merubah kehidupanku ,total.Sampai Akhirnya Papa mengirim ku ke Belize, America.

Meninggalkan bandung sama saja artinya dengan meninggalkan rama sendirian, sebelum pergi aku ingin kamu tau ram, bahwa aku selalu cemburu pada hujan karena hanya hujan yang bisa banyak membuat mu tertawa ya ram..

Kepindahaku ke belize tidak dapat merubah apapun. Semua memory tentang Rama terus berkelebat dalam ingatanku, hingga tanpa sadar aku telah mengepak koper dan berjalan menuju bandara Philip SW goldson, mengucap selamat tinggal pada Belize.

Disetiap inchi bangunan di kota ini aku merasakan ada rama dalam setiap orang ,seolah-olah rama telah menyusup kedalamnya tanpa pernah bisa menghilang lagi.

Hari ini hujan ,kembaliku putar pertemuan manisku dengan rama kala itu,

Bandung 2007, halte bus..

“kalo gini kapan gue sampe disekolahnya?”

“lo gak bakal sampe disekolah kalo lo diem disini tanpa gerak, gimana sih ?”

Aku menoleh, tapi tidak ingin berkomentar.

“kayaknya kita satu SMA deh, bet sekolah lo sma kayak bet sekolah gue ?”

Aku memandang betku dan bet cowok itu bergantian, iya sama !

“iya sama ya “kali ini aku bersuara.

Tiba-tiba anak cowok tadi memberikan kantung tas padaku dan menyuruhku memasukan tasku kedalamnya, dengan patuh kulakukan itu. lalu dengan satu gerakan cepat tanganku ditarik olehnya , lalu dia menarik ku kedalam hujan .

” hujan gak akan membunuh lo kok ! ayo ”

diluar aku merasakan kehangatan yang luar biasa karena tanganya yang besar mengenggam tanganku lembut, didalam aku merasakan kupu-kupu beterbangan dalam perutku.

Aku tersadar lagi, memandang hujan dan memohon kepada tuhan agar mengrimi rama hujan yang banyak agar dia bisa bahagia.

Dengan sedikit nekat aku memaksakan pergi malam itu menuju Vaduz ibukota dari kota kecil bernama Liechteinstein, kota impian Rama.

Saat itu pukul 11 malam waktu setempat, didalam gerbong kereta hanya ada seorang Nenek dan pemuda dengan masker serta jaket Tebal, awalnya aku tidak memerhatikan hal lain selain pemandangan kota kecil Vaduz , warna langitnya malam itu biru gelap, seperti mata Rama dengan latar belakang pohon pinus yang seolah tak ada ujungnya, tapi sepersekian detik kemudian aku mendelik memperhatikan sekeliling gerbong, mataku bertumbukan dengan mata pemuda itu yang biru terang, kontarst dengan warna baju dan masker hitamnya.

Aku bisa melihat senyum terbentuk dibalik maskernya, tertarik dari sudut-sudut matanya. Melihat keluar jendela dengan tatapan interest yang sangat polos. sedangkan di genggammanya sebuah botol kecil dengan 2 kunang-kunang menggantung bebas. Sesekali dia memandang kunang-kunang itu dan senyum terbentuk lagi dari sudut mata dan dibalik maskernya.

Aku memandang lagi kearah lain mengingat kembali kisah cintaku dengan rama mengingat dengan jelas betapa lembut wangi hujan saat menyentuh tanah tanah gersang, itulah selembut aroma tubuh Rama, sekali lagi dia menengadah dan memohon agar suatu saat nanti hujan dapat membawa rama turun bersama setiap rintiknya.

Dengan gestur yang sangat halus lelaki itu membuka masker dan topinya. Membiarkan wajahnya diterpa angin dan rambutnya bergoyang-goyang memenuhi ruang disekitar kerah jaketnya .

Kereta itu berhenti, membuatku tersentak. Kualihkan pandanganganku keseliling gerbong, nenek tadi sudah jatuh tertidur dikursinya, aku hanya bisa diam ditempatku melihat dia berdiri dengan gagah dalam balutan sweter hitamnya, dan dengan satu gerakan dia turun keluar dari gerbong meninggalkan ku yang masih dalam keadaan kacau. Apa aku meracau, aku menangis membiarkan kereta membawaku berputar mengelilingi kota Vaduz beberapa kali. Rama ?

Pertemuan singkat itu berhasil membuatku tidak bisa tidur semalaman. Yang terpikir olehku hanya seribu kemungkinan tentang rama, semua pertanyaan itu terus menggema dalam setiap gelombang suara yang kudengar. Hingga aku tertidur diatas ranjang dan kota baru yang sama sekali tak pernah ku kenal tapi terasa seperti kota lama yang selalu ku rindukan untuk kembali pulang.

Hari ini aku sudah naik turun kereta itu 4 kali, tapi tak ada tanda-tanda pemuda itu naik, aku sudah lelah, mungkin aku memang benar-benar meracau. tapi pukul 9.36 menit tepat pemuda kemarin naik, Sebisa mungkin kuhabiskan menit-menit itu memandang pemuda mirip rama, merasakan aroma rindu yang tiba-tiba keluar menyelimutiku. Rasanya ia ingin berlari dan menyentuh lagi, bersandar lagi dan tertawa bersamanya Lagi, bisakah sekali lagi. Detik itu juga aku terhanyut dalam lautan Rindu yang Rama buat sejak 5 Bulan lalu.

Masih dengan wajah polosnya pemuda itu turun memandang langit yang kini menghitam menengadahkan tangan seperti yang selalu dilakukan rama, tapi tangan pemuda itu tidak seampuh tangan rama . hujan tidak turun tapi dia tetap menatap langit dengan wajah cerah penuh harap..

Aku terkesiap

Semuanya tidak terkontrol, tiba-tiba aku turun dari kereta dan mengikuti pemuda itu dalam langkah kaki yang diam.

Bau pohon-pohon pinus kini memenuhi udara, jarak kami kira- kira 10 meter, semakin lama pemuda itu terus berjalan dengan ringannya masuk kedalam hutan pinus, 10 menit berlalu tak disangka pemuda itu berjalan semakin jauh masuk kedalam hutan, aku mulai ngeri sendiri tapi sejurus kemudian pemuda itu membuka masker dan jaketnya dia tersenyum memandang ku yang stuck di tempat. Dia membuka jaketnya yang cukup tebal, menyampirkannya kedua sisi bahu ku.Dibawah sinar bulan yang mulai muncul aku bisa melihat dengan jelas bentuk rahangnya yang kuat, dan hidung bangir itu mengingatkan aku pada rama, tapi mata miliknya biru terang seperti langit saat dimusim panas. Dia tersenyum memandangku yang masih menganga dan berkata

“dari kemarin aku melihat mu dikereta memandangku terus , lalu sekarang kau mengikutiku? Ada yang salah dengan ku ?” dengan aksennya yang sangat aneh. Aku benar-benar melihat pantulan wajah rama di wajahnya. Dia Ramaku !aku tetap tak bisa berkata-kata, tapi pemuda itu tersenyum “kau tersesat yaa ? ayo aku punya tempat yang kosong untukmu tinggal malam ini “ ia menggamit tanganku yang dingin dan berjalan didepanku , menuntunku pelan seperti saat pertama kalinya rama menuntuku menembus hujan hari itu. Mimpikah aku? Aku tak bisa berkata-kata lagi.

Ketika sadar aku sudah ada disebuah rumah pohon dengan dekorasi natural yang luarbiasa indah, coklat panas mengepul membuat awan bening diatas cangkirnya, aku bisa menyium bau rama dalam bau coklat itu, Rama ?

Aku menerobos masuk kedalam hutan kemarin yang masih becek dan menyisakan 4 jejak kaki dengan alur yang teratur, aku mengikuti alur itu dengan patuh dan sampai disebuah pondok yang indah dengan hektaran kebun anggur di sekelilingnya, aku menarik nafas. Mencari rama dalam setiap desahannya.

Melihatnya tertidur dengan wajah seperti itu membuat rinduku memuncah keluar, aku tak ingin apapun yang muluk-muluk cukup melihat pantulan diriku dalam mata birunya, dan memandangnya terus seperti itu, hanya itu.

Aku mendekat selangkah demi selangkah sebisa mungkin tidak menimbulkan derit pada lantai kayu, tapi tiba-tiba dia terbangun dengan mata membulat melihatku lalu tersenyum, “hai selamat pagii, apakah kamu kedinginan dipondok itu ? “ aku hanya bisa mengangguk, mengiyakan. Dia tersenyum lagi, kemudian membereskan tempat tidurnya,merapikan bantal dan selimut lalu dengan cepat pergi dan datang dengan selimut dan bantal yang baru..” ayoo kau boleh tidur ditempat tidurku kok,” dia menggiring ku menuju tempat tidurnya , mendudukan aku dan memberiku bantal. Aku tersentak ! apa yang akan dia lakukan ?pertanyaan ku langsung terjawab, dia pergi menggambil sofa dari ruang tamu dan mendorongnya kesudut kamar, mengambil selimut yang tadi dan kembali tidur di situ.

Aku berbaring ditempat tidur tadi, masih hangat dan wangi anggur segar, seperti wangi lelaki tadi, dengan sangat nyaman aku bisa merasakan debar jantungku berdegup dengan ritme tak beraturan, dengan jarak sedekat ini aku bisa memandang rama untuk waktu yang sangat lama, inikah harta karun yang kau janjikan rama ? aku terus memandangnya hingga mataku tak mampu lagi membuka dan aku jatuh tertidur.

Aku memimpikan rama berangkulan dengan seseorang, tersenyum dan bercanda seperti dua bocah kecil. Aku tersenyum mengayunkan kaki di sebuah cabang pohon, lalu tiba tiba rama melambai meninggalkan aku tergantung diatas dengan laki-laki tadi dibawahnya, dia tersenyum lalu pergi terbawa cahaya putih yang semakin mengecil.

“RAMAAAAAAAAAA….”

“ada apa ? kamu tidak apa-apa ? sakit ?” dia menyerbuku dengan banyak pertanyaan dan segelas coklat hangat, aku tak menghiraukan pertanyaanya, dan gelas coklat itu, dengan cepat aku memeluk tubuhnya erat, takut dia pergi lagi.

Hari-hari berikutnya kudapati diriku, mulai terbiasa lagi dengan kehadiran rama, tentu dengan aksen dan gaya yang sangat berbeda.Sam mengajariku banyak hal membuat hidupku sedikit lebih berwarna.

Mungkinkah aku mulai melupakan Rama , atau apakah aku hanya melihat Rama dan tak pernah ada Sam, yang ada hanya Rama dalam rupa yang sama dan banyak hal berbeda .

“akhirnyaaaa hujan, kau butuh coklat panas dan kunang-kunang sepertinya” terdengar suara Sam dari dalam.

Hujan mereda, tersisa titik air didalam bulatan buah anggur yang terlihat hitam dimalam ini.

Sam mengajakku pergi kerumah pohon tempat pertama kali aku menginap,disana kami melepas semua kunang-kunangnya dan membiarkan satu ekor masih terperangkap dalam botol.

”ini aku“ kata sam sambil menunjuk kunang-kunang didalam botol.

Aku hanya diam, lalu dengan gerakan yang sangat cepat dia memasukan satu kunang-kunang lagi kebotol itu. Aku heran melihat tingkah Sam yang ternyata berbeda sekali dengan Rama, Rama orang yang sangat simple dia akan bilang dengan sangat frontal tentang apa yang ia suka dan ia tidak suka tapi Sam memiliki banyak kata indah dan perumpamaan yang sangat berbeda dari orang kebanyakan.

“aku menangkapmu dan kamu menemaniku disini.” Dia menunjuk dua kunang-kunang dalam botolnya dengan senyum polos. “mau jadi temanku gak ?”

Aku menganguk beberapa kali, lalu mengaitkan jari kelingkingku ke jari kelingking Sam. Sebuah ritual yang selalu aku lakukan saat berbaikan dengan Rama.

Aku kadang lupa dan memanggil Sam dengan “Rama”Aku merasa bersalah padanya, belum lagi hampir setiap malam aku selalu bermimpi rama melambai pergi dan menghilang lalu mimpi itu diakhiri dengan teriakan sebuah nama Rama.Aku mulai menyukai Sam tapi tak pernah tau kapan rasa itu dimulai , yang ku tahu cinta itu sudah menyusup masuk ke seperempat bagian hatiku

Suatu hari dimusim panas ,malam hari Sam mengajakku Piknik disebuah sungai yang warna airnya sangat transparan, rissa bisa melihat betapa indah batu- batu dan ikan air tawar yang tinggal didalamnya, dengan satu lemparan roti saja ikan-ikan itu langsung datang berkeliling saling berkecipak berebut makanan, mengasilkan bunyi-bunyian yang sangat khas dengan bandung dan kolam belakang rumahnya. Tanpa sadar aku teringat kembali dalam siluet kenangan yang muncul tiba-tiba dengan Rama disampingnya meremah dan melempar roti, sambil sesekali memandang langit.

Tapi kini Sam disampingnya melakukan hal yang sama, dengan bentuk dan suasana yang sangat berbeda. “Sam …”aku membuka suara ,membuat Sam memandangku.

“Ada apa rissa ?”

“tidak , kau tahu mengapa aku ada disini sekarang ?” pertanyaan itu keluar begitu saja dari mulutku

“aku kan yang mengajak mu rissa ? kamu lupa ?” Sam terkekeh, meremas rotinya dan melemparnya lagi kesungai.

“haha, tentu saja itu benar. Maksudku mengapa tiba-tiba aku di Vaduz dan bertemu dengan mu ?”

“itu takdir tuhan rissa, menurutku sih begitu . atau kau punya alasan lain?” Dia mendekat.

“mungkin takdir tuhan, tapi ada seseorang yag menunjukan tempat ini padaku.” Apa yang ku bicarakan sih?. Aku merutuk dalam hati, aku berusaha mengganti topic dan menannyakan Mom dan Dadnya atau keluarganya tapi dia malah muram, dan dengan sangat perlahan membawaku kemasa lalunya, membuatku tak bisa berhenti menjatuhkan air mata.

13 tahun yang lalu..

“Mom Samuel mana ?? “

“dia dikamar Manu, kenapa ?”

“aku menang lomba soccer ball Mom, Sam kan suka sekali Soccer aku mau memberinya piala ini “ Manu kecil mengeluarkan sebuah piala lengkap lumpur-lumpur sisa lomba soccer tadi.

Tanpa mereka tahu, ada suara tangis kecil menyeruak dari dalam kamar. Sam.

Mom memeluk manu dengan erat.”kamu memang anak Mom , kamu hebat sekali manu” manu kecil tertawa renyah dengan gigi-gigi berlubangnya.

Dia masuk kekamar dan membawa kegembiraan dari luar rumah, kedalam kamar Sam yang kosong dan gelap. Mom tak pernah tahu apa yang terjadi didalam kamar itu. Tapi begitu Manu keluar, hidungnya sedikit merah dan pialanya terbelah menjadi dua, dengan cengir kudanya manu berkata “aku terpeleset mom, pialanya jadi pecah deh . jadi mungkin sebaiknya piala ini kubuang agar Sam tak sedih melihatnya terbelah dua , aku buang ya Mom.”

Terdengar suara lagi dari kamar itu, kali ini isakan dan suara lirih Sam menggema, “maafkan aku manu…”

Tahun ajaran baru dimulai kali, ini manu dan sam sudah grade second di zurich elementary school, awalnya Sam tak ingin masuk sekolah karena penyakit itu membuatnya selalu diolok olok teman, membuatnya tak bisa kemana-mana ,membuatnya diasingkan oleh semua orang , tapi manu dengan sangat pengertian menemani kemanapun Sam pergi, Manu membawa lebih banyak buku dari teman-temanya, dia membawa krim matahari , membawa masker dan menenteng-nenteng 2 jaket tebal kemana-mana.

Ketika panas mulai terasa terik, dengan sangat sigap Manu mengajak Sam kekamar mandi, dia mengeluarkan semua krim matahari dan menggosokannya dipunggung Sam dan tangan-tangan Sam , sambil sesekali bercerita lucu tentang hal heboh yang terjadi disekolah.

Hingga pada suatu hari, saat itu mereka sudah kelas 3 SD, Hari itu Hujan turun terus , Manu gembira sekali karena itu artinya ia dan Sam bisa bermain dibelakang rumah mereka, tapi tiba-tiba terdengar suara ribut mama dan papa dikamar, papa membentak, mama balas membentak, lalu terdengar suara tamparan dan suara tangis mama. Manu langsung berlari kekamar Sam, takut kalau-kalau Sam mendengar dia menutup kedua kuping Sam yang sedang tertidur ,dia sendiri memasang kaset dengan volume besar agar tidak mendengar suara ribut Mom dan Dad.

Tapi Manu tak tahu bahwa Sam mendengar semuanya karena tangan kecil manu tak cukup untuk menghalangi suara ribut itu masuk kedalam telinga Sam.

“Akhirnya, Dad Membawanya pergi dan aku tinggal bersama Mom terkurung disini, sedih ya kisahku ?”

“tentu saja bodoh, liat nih bajuku basah gara-gara ceritamu”

“Rissa, maukah kamu disini menemaniku?”

“tak ada kata yang mau ku ucapkan selain iya!”

“terima kasih, kau yang pertama membuat hatiku merasa hangat semenjak Mom pergi” dia menarikku kedalam pelukannya, aku bisa merasakan betapa teratur irama degup jantungnya. ‘Rama, sekarang aku tahu apa yang membuatmu menyukai hujan, menyukai coklat dan sering sekali menyebut kota Vaduz, aku tau semuanya sekarang rama,tolong jangan salahkan aku jika tak bisa melupakan mu , tapi bolehkah aku mencintai seseorang selain dirimu ? semoga iya.. karena aku tahu kamu mengirimkan dia untuk ku’ hanya untukku.

Ku habiskan banyak waktu ku dengannya, mulai terbiasa dengan siklus tidurnya yang berbeda dari pada manusia biasa, aku mulai menyukai bau krim matahari yang dia gunakan meski saat tidur sekalipun. Aku menyukai saat-saat hari mendung dan hujan itu artinya Sam bisa keluar meski saat itu siang hari, biasanya kami menghabiskan banyak waktu di rumah pohon mendekorasinya untuk pernikahan kami suatu hari nanti. Rasanya aku telah lama mengenalnya, aku sudah hafal bagaimana aksennya, bagaimana ia berjalan dan tanda-tanda dia lapar. Aku menyukai semua hal tentang dia apapun itu.

Hari ini tidak tahu kenapa aku merasa pusing dan mual, padahal kemarin aku baik-baik saja, Sam menungguiku dari tadi meski aku tahu pasti dia juga lelah, dia masih terjaga dari pukul 5 pagi setelah aku muntah cukup banyak. Dia mengompress kepalaku dengan es, membuatkan coklat hangat dan tidak melepaskan tangan ku, membuatku merasa hangat luar dalam.

Lagi-lagi aku mual, kali ini kepalaku juga pusing sekali. Rasanya seperti ingin pecah, kulihat Sam dia keliahatn panic, aku sudah tak kuat, ku pukul kepalaku dengan tembok lagi dan lagi hingga pelipisku sobek, tapi aku tak merasakan apa-apa aku tak kesakitan, Sam melihatku begitu wajahnya pucat dengan sangat Cepat dia oleskan banyak-banyak krim mataharinya keseluruh tubuh menarik beberapa jaket dari dalam wardrobe dan memakainya sekaligus.

Aku terlalu lelah untuk menghalanginya agar jangan pergi, aku hanya bisa menarik tangannya saat dia mulai beranjak dari kamar, dia hanya tersenyum mengecup lembut keningku yang berdarah. Mataku tepat menumbuk pupil matanya, dia hanya tersenyum lalu pergi secepat kilat meninggalkan aku sendiri dalam pondoknya.

Hari itu matahri sedang terik-teriknya karena saat ini awal musim panas, aku takut terjadi sesuatu pada Sam, kubuka selimutku perlahan dan melangkah menuju pintu depan. Baru beberapa langkah keluar dari pintu kamar aku sudah goyah, ku rasakan lagi kepalaku berdenyut-denyut ‘Rama apa yang harus aku lakukan’ rama tak menjawab apa-apa, ku dengar langkah kaki perlahan masuk, tapi pandanganku sudah gelap saat tubuhku terasa ringan dan jatuh, bukan suara berdebam yag kudengar, melainkan suara Sam dan tangan hangatnya menangkapku.

Aku tak tahu pukul berapa saat itu, ruangan itu gelap sekali, ku nyalakan lampu meja dan kudapati Sam tertidur pulas disampingku dengan jaket tebalnya tadi siang ,aku merasa sudah lebih baik, kepalaku tidak begitu sakit meski kadang berdenyut, ku lihat lagi wajahnya, dia benar-benar klon dari rama tak beda sedikitpun kecuali satu hal iris mata Sam yang biru terang seperti turquoise dan warna mata rama yang biru gelap.

Sam berkeringat, dia terlalu banyak menggunakan jaket tebal dirumah padahal itu sama sekali tidak baik untuk kulitnya ku buka perlahan jaketnya satu persatu setelah jaket yang kesekian aku terkesiap, badan Sam penuh dengan lebam-lebam biru semua ini pasti karena Sam pergi membeli obat untukku tadi siang, ini salahku !ku sentuh bahunya perlahan, dia mengerang halus pasti dia kesakitan, aku mendekat duduk bersila disamping tubuhnya, air mataku meleleh saat itu juga, Ooh Sam maafkan aku!

Air mataku turun perlahan membasih selimut dan bedcover biru tua milik Sam, setetes air mataku jatuh diatas mata Sam, lalu dengan sangat perlahan dia membukamata dan melihatku menangis. Dia tak berkata apa-apa hanya meremas tangan ku dan menaruhnya diatas dadanya.

Hari-hari berikutnya keadaan Sam makin parah, aku tak pernah bisa beranjak jauh darinya, hari ini Sam selalu mengerang halus ketika disentuh aku tahu pasti sekujur tubuhnya sakit, aku tak tahu apa yang harus kulakukan, aku hanya meminta pada tuhan agar Sam segera disembuhkan.

Pukul 09.36 malam, langit mendung dan bulan tidak menyembul sedikitpun dari sarangnya, bintang seolah lelah untuk bersinar. Aku membuka gorden dan membiarkan bau pohon pinus masuk menyergap dan mengisi ruangan ini dengan wanginya yang lembut, Sam masih terpejam dengan tanganya masih menggenggam tanganku, aku hanya bisa memandangnya, mendengar suara jantungnya terus berdegup semakin lama semakin pelan, tetes hujan pertama turun perlahan bau pinus dan bau hujan masuk menusuk hidungku, Sam terjaga menatapku lama, aku tak berani lama-lama menatapnya aku takut tangis ku meledak melihat wajahnya yang kesakitan, irama jantungnya masihlambat sekali, sayup sayup aku mendengarnya membisikan kata “terima kasih telah menjadi satu-satunya wanita yang begitu mengerti aku, setelah mom tentunya.” Aku mendengar suaranya bergetar antara menahan sakit dan mencoba tertawa. Kurasakan bibirnya dengan lembut mengecup puncak kepalaku lama, aku menikmatinya merasakan bibir Sam menyentuh kepalaku, Aku memutar semua kisah hidupku yang datang berkelebat, aku masih mendengar suara degup jantungnya meski semakin lama semakin pelan, dia menengok kearah luar menatap hujan dan dengan lembut mengecup lengan ku yang sedari tadi digenggam olehnya.

Angin sepoi-sepoi masuk mengibaskan gorden kamar Sam, aku tertidur disebelah Sam dengan tangannya masih mengenggam tangan ku, tapi aku tak bisa mendengar suara degup jantungnya meski perlahan, tak ada sedikitpu irama yang terdengar meski pelan sekali. Benar-benar kosong. Hampa.

kurasakan genggamanya mengeras ditanganku, tubuhnya kini tak lagi hangat , sedikit demi sedikit lebamnya mulai menghilang digantikan dengan warna kulit pucatnya yang porselen.

Aku menangis dalam diam, tanganku masih mengenggam tanganya, tubuhnya terus mendingin disamping tubuhku, kubiarkan hujan meredam semua kesedihanku dan membawanya pergi sejauh mungkin.

Selamat tinggal Sam, kamu memang bukan yang pertama untukku Sam, tapi bisa kupastikan kisah cinta denganmu akan jadi kisah cinta penutup bagi cinta yang lain. Ku kecup bibir itu untuk yang pertama kalinya, lalu dengan lembut tuhan membuatku tertidur disampingnya dan memberiku mimpi indah mengenai pernikahan ku dengan Sam dan anak-anak kami yang lucu.

Cause there'll be no sunlight

If I lose you, baby

There'll be no clear skies

If I lose you, baby

Just like the clouds

My eyes will do the same if you walk away

Everyday, it will rain, rain, rain

(Bruno Mars, It will rain)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun