Helainya pasrah kepada ranting
Setiap helai menoreh kata manis mendayu
Seindah semesta
Melantun dalam tiupan angin membawa tiap bait puisi
Bagai punjangga melantun pujian alam
Namun tak kuasa menolak angin badai
Dan terbang bersamanya
Jika jatuh angin tak peduli
Tiada kata indah lagi
Bahkan tercebur dalam
Ketika bertemu sungai
Ia ikut ke muara
Hingga putih
Tinggal tulang
Dan hilang
Tak berteman dengan tanah
Karena ia lumat
Menyatu
Dan sirna
Tinggal puisi duka
Jakarta, 13022023.13.01WIB
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H