Mohon tunggu...
Ari Dwi
Ari Dwi Mohon Tunggu... -

Suka kopi, suka baca, suka komentar, suka otak.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jika Anda Tahu Besok Akan Kalah, Jangan Berhenti Mencerdaskan Bangsa ini

28 Juni 2009   16:03 Diperbarui: 26 Juni 2015   20:00 519
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

"Jika engkau mengetahui bahwa esok akan hari kiamat, lalu dikantongmu masih terdapat sebiji kurma yang hendak ditanam, maka tanamlah". Nasihat ini ditujukan agar kita tidak melihat segala sesuatu secara duniawi saja, karena hidup itu bukan hanya sekali akan tetapi hidup itu hanya akan merasakan kematian sebentar kemudian akan tetap hidup seterusnya di alam lain.

Hal ini terkait dengan sikap anggota DPR dipenghujung karirnya, ruang sidang sudah mulai sepi, tak nampak lagi semangat ketika awal-awal jadi anggota, karena sebagian besar tahu kalau periode mendatang mereka kehilangan kursi di DPR, mereka yang sudah dipilih dan dibayar rakyat tidak ingin lagi memberikan sumbangsihnya kepada negeri ini.
Sama seperti orang yang mengetahui dirinya akan pensiun, tidak ingin masuk kantor lagi, tidak ingin melayani umum lagi. Kalau bisa sudah saja istirahat dirumah.

Well, demikian juga kasus yang saya perhatikan dipertarungan pilpres ini. Ada satu kontestan yang menggiring rakyat untuk satu putaran saja, dan menghimbau pendukung lawan untuk "sudahlah sia-sia berkompetisi, lihat hasil survey, tidak bermanfaat kompetisi diteruskan, mahal, lebih baik ikut saya untuk menghemat biaya. Selesai."

Kedengarannya memang realistis, tapi jikalau kita melihat lebih dalam lagi, hal ini justru tidak mendidik rakyatnya untuk mencerdaskan bangsa dalam hal pengetahuan politik. Kita bukan menghadapi kontes "raja sehari" setelah itu bubar dan tidak mempengaruhi kehidupan berbangsa, tapi kita menghadapi pilihan pemimpin bangsa yang akan menjalani negeri ini sebagai pemegang eksekutif selama 5 tahun. Rakyat harus dibekali pengetahuan tentang pemimpinnya secara cerdas agar tidak salah memilih.

"Win a battle is not win the War," begitu orang bijak berkata. Menang memerdekakan bangsa dari penjajah asing, belum tentu bisa mengisi kemerdekaan itu. Masih baaaanyak yang harus diisi. Menang pilpres adalah start awal untuk mengisi bangsa ini menuju kesejahteraan. Memenangkan pemilu karena dipilih mayoritas pemilih belum tentu benar, mungkin saja mereka sedang susah makan jadi tidak mau mikir jauh siapa yang bakal memimpinnya kelak. Tapi tidak lantas pula yang minoritas jadi benar. Ajaran nabi menyebutkan, jika engkau memberikan amanah kepada orang yang keliru, tunggulah kehancurannya." Jadi betul-betul harus diperhatikan "kualitas" pemimpin dan bukan pemimpin yang melakukan pembodohan. Beberapa sudah terbukti jika ditengah jalan pemimpin diturunkan, maka biaya untuk pemilu kembali memerlukan biaya yang besar selain itu ada pertumpahan darah yang menyebabkan kematian.

Jadi bu Mega, jangan hanya mengatakan:"Saya presiden paling cantik", tapi cerdaskan bangsa ini.
Pak SBY, jangan hanya mengatakan:"They don't understand", tapi cerdaskan bangsa ini.
Pak JK, jangan mengatakan:"Kami merasa yang terbaik, tapi jika kami kalah berarti ada yang lebih baik".
Capres semua adalah anak pilihan bangsa yang terbaik karena sudah dipercaya menjadi calon-calon pemimpin, jadi cerdaskanlah rakyat ini dengan pendidikan politik yang berkualitas.

Jika anda tahu besok akan kalah, jangan berhenti mencerdaskan bangsa ini. Lebih baik kalah tapi memiliki pendukung yang berkualitas daripada menang dengan rakyat yang bodoh.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun