Mohon tunggu...
Arief Budiman
Arief Budiman Mohon Tunggu... wiraswasta -

Managing Director PT. Petakumpet Creative Network

Selanjutnya

Tutup

Money

Be Unstoppable!

28 Februari 2011   02:29 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:13 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Tidak semua yang bermimpi, akan mendapati impiannya terwujud. Secara statistik berbasis hukum paretto, maksimal hanya 20% dari para pemimpi yang akan mampu merealisasikan impiannya. Lha yang 80% kemana? Gugur di medan juang, terseleksi secara alamiah. Suka tidak suka, faktanya demikian.

Salah satu sebabnya, karena tak mampu melewati rintangan besar yang pertama. Tak cukup keras kepala untuk maju, tapi justru memilih berkompromi dan menegosiasikan tujuan. Atau tergoda oleh tawaran-tawaran yang memikat di sepanjang jalan menuju masa depan sebuah impian. Atau tiba-tiba kehilangan passion untuk mewujudkan mimpi itu lalu memilih berbelok pada impian yang lain. Rumput tetangga seringkali terlihat lebih indah, tapi begitu kita jatuh cinta pada rumput tetangga, saat itu juga rumput kita akan mulai menghitung hari menuju kematiannya.

80% jumlahnya dan itu adalah mayoritas. Artinya, jika engkau mempunyai sebuah impian, kemungkinan gagalnya adalah 80%, 4 banding 1. Makanya kita tidak melihat banyak pemenang di puncak. Mereka adalah minoritas, yang terus berjuang dan merangsek maju dengan keyakinan, tidak sekedar mengandalkan kekuatan logika. Karena logika saja takkan kuat menghadapi ujian yang dihadirkan-Nya.

Logika saja yang berbasis otak kiri akan cenderung berfikir logis dan menghindari resiko, utamanya resiko yang di luar bayangan logis. Dulu saya pernah belajar bahwa jika mengambil resiko sebaiknya yang terukur, bahwa jika berbuat kebaikan dan bermimpi sebaiknya terukur. Sehingga secara umum, hidup saya berjalan relatif aman tapi lambat. Tak secepat yang saya harapkan.

Yang sekarang saya sedang coba ikhtiarkan adalah mengambil resiko sebesar-besarnya untuk kebaikan, kemajuan, pengembangan, tidak secara terukur dalam logika manusia, tapi berlandaskan keyakinan bahwa tercapainya impian kita itu hanya atas ijin Tuhan semata-mata. Tidak terukur tidak apa-apa, selama saya yakin bahwa pilihan yang saya lakukan membuat Tuhan bersedia mendampingi di sepanjang perjalanannya.
Ini tidak mudah, saya pun masih sering takut dan khawatir. Saya masih sering bertanya-tanya, apa yang akan terjadi esok hari? Apakah saya akan mampu menangggung resikonya? Kadang kekuatiran itu pun tak terjawab oleh keterbatasan logika saya.

Tapi saya jalan terus, saya keraskan kepala, saya batukan tekad saya. Saya daftarkan diri saya sebagai militan untuk menggapai impian-impian yang tak terjangkau logika, menjadi tak terhentikan, menjadi extra ordinary, menggapai ridlo-Nya dengan memanfaatkan kemurahan-Nya yang tak terhingga.

Saya tetapkan pada timeline hidup saya, 2011 adalah tahun untuk memaksimalkan hal-hal luar biasa hadir dalam hidup saya. BE UNSTOPPABLE! adalah jargon saya tahun ini. Untuk menjadi yang terbaik di mata Tuhan, jadilah Tak Terhentikan!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun