Dalam Buku Panduan Guru Capaian Pembelajaran Elemen Dasar-dasar Literasi dan STEAM, untuk satuan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang dikeluarkan oleh Kemendikbudristek pada tahun 2021, literasi mengalami berbagai perkembangan. Hal tersebut meliputi kemampuan membaca dan menulis, kemampuan berbicara, berhitung dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, memahami dan menggunakan kemampuan potensi dirinya.
Dari uraian tersebut bahwa dalam literasi pada anak usia dini tidak hanya sekedar anak bisa membaca dan menulis saja. Namun anak dapat berbicara lancar dalam kalimat sederhana, mengerti dan mau melaksanakan beberapa perintah, menyelesaikan masalah yang dihadapinya, anak bisa  berkomunikasi dan mengungkapkan apa yang menjadi gagasannya, bercerita tentang kegiatan dan pengalamannya sehari-hari, dan masih banyak lagi termasuk ke dalam kemampuan literasi.
Literasi anak usia dini berkaitan dengan perkembangan bahasa sesuai usianya. Secara garis besar literasi anak usia dini terbagi menjadi tiga antara lain kemampuan anak dalam memahami bahasa (reseptif), menyampaikan bahasa (ekspresif) dan keaksaraan awal.
Tak sedikit orang tua yang masih keliru tentang literasi. Mereka beranggapan bahwa literasi itu anak bisa mengenal huruf, lancar membaca dan menulis.
Ada juga yang masih beranggapan bahwa anak kecil  membawa buku kemana-mana namun tidak bisa membaca itu percuma saja. Anak yang menulis coretan-coretan yang tak bermakna pun masih disepelekan.
Padahal hal-hal tersebut di atas merupakan proses anak usia dini mulai tertarik dalam mengenal literasi. Walaupun anak hanya sekedar membolak-balik buku bacaan, membuat coretan dengan pensil yang dipegangnya, mencoba membuat celotehan dan menunjuk huruf-huruf atau kata walaupun masih keliru, tetap berilah bimbingan secara bertahap dan motivasi agar anak lebih semangat dan tertarik dengan literasi. Pendampingan dari orang tua, guru dan orang-orang di sekitar anak sangat diperlukan, agar anak memperoleh pengalaman literasi yang bermakna dengan suasana yang menyenangkan.
Pengalaman yang bermakna dapat diperoleh anak  jika guru dan orang tua dapat memberikan dukungan seperti menciptakan suasana yang nyaman dan menyenangkan, membangun komunikasi yang positif dengan anak, menjadi pendengar aktif, mendorong anak berpikir kritis dengan memberikan pertanyaan terbuka (anak tidak memberikan jawaban "ya" dan "tidak"), menata lingkungan yang mudah berinteraksi dan memunculkan minat anak tentang literasi, bercerita atau membacakan buku cerita, menyediakan sumber cerita atau bahan bacaan sesuai usianya, memberikan kesempatan dalam kegiatan pra membaca, menjadikan cerita sebagai sumber inspirasi dalam membuat kegiatan bermain.
Jadi tidak perlu khawatir pada pendidikan anak usia dini, anak tidak setiap hari diberikan kegiatan memegang pensil untuk menulis. Kegiatan menulis dengan pensil dapat diganti dengan arang, lilin, jari tangan, menulis di atas pasir atau dengan kegiatan menempel dan menggunting yang berkaitan dengan keaksaraan. Kegiatan literasi anak usia dini banyak sekali ragamnya.
Hendaknya para guru dan orang tua selalu berusaha untuk merancang kegiatan bermain dan mempersiapkannya sesuai dengan kebutuhan anak.
Dari pengalaman-pengalaman anak usia dini dalam bermain dan belajar literasi, akan menjadi fondasi dalam kemampuan membaca dan menulisnya,, tumbuhnya kemampuan lain yang mengikuti dalam menyelesaikan masalahnya sehari-hari, dan kemampuan yang diperlukan pada jenjang selanjutnya. Oleh karena itu, mari kita selalu berusaha untuk menciptakan pengalaman literasi yang bermakna dengan suasana yang menyenangkan pada anak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H