Yogyakarta (8/1) – Dusun Kinahrejo yang berada di Cangkringan, Sleman, merupakan daerah lereng Gunung Merapi yang pada akhir 2010 lalu meletus dan memakan banyak korban. Di Cangkringan juga merupakan daerah terburuk dalam terjangan awan panas yang biasa disebut wedhus gembel’ oleh masyarakat sekitar, dan terjangan lahar dingin yang menghancurkan apa saja yang dilewatinya.
Sekarang, daerah tersebut telah menjadi objek wisata. Dengan menampilkan pemandangan hasil terjangan awan panas dan abu vulkanik serta aliran lahar dingin, sukses menarik minat masyarakat luas untuk melihat langsung bagaimana hasil terjangan awan panas tersebut.
Yanti (21) pengunjung yang berasal dari Sleman mengungkapkan mengenai pengembangan daerah Kinahrejo sebagai objek wisata. Menurutnya kawasan Kinahrejo sudah cocok dijadikan sebagai tempat wisata. Keadaan wilayah kaki gunung Merapi termasuk Kinahrejo sangat berbeda dengan sebelum terkena letusan gunung Merapi. Itulah yang menjadi nilai tambah pengembangan kawasan Kinahrejo sebagai tempat wisata, namun kebersihan yang harus diperhatikan oleh pengunjung dan penjual di kawasan Tersebut.
“Dusun Kinahrejo harus tetap mempertahankan kearifan lokal, dan jangan mengeser nilai-nilai budaya yang ada di kawasan tersebut. Sebab inilah yg menjadi nilai tambah dari kawasan tersebut.” Tambahnya.
Rumah Mbah Maridjan yang berada di dusun Kinahrejo menjadi salah satu titik dimana para wisatawan mengunjunginya. Dikarenakan di dalam pemberitaan di Media, Mbah Maridjan yang merupakan juru kunci Gunung Merapi tewas terkena awan panas. Dan para pengunjung penasaran dengan rumah yang dulu ditempatinya, walaupun rumah tersebut sekarang tinggal puing-puingnya saja.
Para penduduk di sini dengan inisiatif mereka, menjadikan tempat mereka tinggal mereka sebagai objek wisata baru. Walaupun terlihat tidak etis menampilkan penderitaan mereka sebagai objek wisata. Hanya ini yang bisa mereka lakukan setelah awan panas dan lahar dingin menerjang. Dulunya mereka bertani, beternak, tetapi akibat erupsi Gunung Merapi,tanah mereka berubah dan hewan ternak mati. Sekarang mereka menggantungkan hidupnya sebagai penjual, tukang parkir, dan pemandu.
Seperti yang dilakukan oleh ibu Sri (61), sekarang ia berjualan buah disekitar kawasan Kinahrejo. Sebelum menjalani profesinya ini, ibu yang mempunyai tiga anak ini bekerja sebagai peternak sapi perah. Terjangan awan panas telah membuat sapinya tewas juga suaminya. Ibu Sri merasa bantuan dari pemerintah masih kurang, karena sampai sekarang rumah tempat tinggalnya masih belum layak untuk dihuni.
Pengembangan Dusun Kinahrejo sebagai objek wisata sangat perlu didukung oleh pemerintah. Pusat informasi yang berada Kinahrejo masih kurang dan belum layak. Dukungan dari pemerintah masih diharapkan oleh warga sekitar untuk pemulihan kawasan Kinahrejo seperti semula.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H