Mohon tunggu...
Mxforefer. Blogspot.com
Mxforefer. Blogspot.com Mohon Tunggu... wiraswasta -

seorng pejalan tangguh. Senang menikmati udara terik atau malam serta ruas-ruas jalan yg lengang. Lebih ska sendirian pd waktu2 tertentu. Labirin buku2 wawasan dan romantis. Menyeruput coffe dan tembakau. Meditasi.Olahraga Tarung. Pengidap gejala insomia. Notebook berupa ingatan. Kertas2 lusuh di file perkuliahan. Baginya hidup adalah men-decode setiap peristiwa, titian, dan tanda menjadi makna. Ia lebih senang duduk lama dgn khayalan cinta.Memegang teguh janji dan prinsip. Sering menyaksikan orang-orang dgn rupa segan. Bercerita. Berimajinasi. Bercanda. Tertawa bersama kelompok kecil. Berbagi keluhan.Waktu baginya adalah mimpi. Kadang seperti sebuah lingkaran. Sesuatu yang berubah menjadi tiga wajah garis lurus vertikal, horizontal, dan membujur. Atau sesuatu yang berlaku dengan jutaan kemungkinan yang pasti. Ia kesulitan mengenali dirinya sendiri. Menghafal orang dari wajah dan cara bertutur. Kekasih yang jauh. Suka Film bagus. Tertarik kecantikan. Rock n Roll atau melow. Muhammad dan Bil gates.Gibran dan Putu wijaya.Axl,Curt,Marley,Jovi,Dhani,Bim2. Sains, filsafat,sicology dan spiritualitas. Martial art.Musik.Renang.Di atas semua itu, ia lebih tepat disebut orang gila

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tak tahu apa yang terjadi nanti jika Ibu pertiwi benar-benar pergi..

1 Juni 2011   13:26 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:58 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semakin saya baca tulisan ini, malah makin memunculkan pemikiran saya lainya yang masih berhubungan mengenai topik ini “pengemis”. Adalah betapa mirisnya hati jika membayangkan keadaan negeri ini sekarang, terlepas dan saya tidak perduli jika itu memang sebuah kelumrahan yang terjadi pada negara sedang berkembang, mungkin saja negara lain juga mengalami permasalahan yang sama dengan negara kita, tapi yang ingin saya bahas adalah tentang negara saya sendiri karena saya mencintai negara ini.
Selain pengemis, bagaimana dengan korupsi? lantas peran beberapa politikus yang sepertinya semakin geblek (padahal mereka yang mengemban amanat kita), tanpa malu tetap saja mereka tidak mengacuhkan kita ketika melakukan kesalahan yang berulang-ulang terjadi. Kita menjadi bingung untuk mempercayai siapa, karena tokoh yang telah kita pilih sendiri juga ternyata orang yang salah, semuanya saling berdalih-mengelak serta menutu-nutupi kesalahan yang justru membuat kita semakin bingung ada apa dengan semua ini. Sepertinya kita jelas-jelas telah ditinggalkan dan tidak diperdulikan oleh mereka yang telah kita percayai untuk menjaga negeri ini.
Berbagai aliran ideologi tak jelas yang bermuara dari nalar dan akal manusia belaka, mengajak segelintir masyarakat bangsa ini untuk berpindah haluan dari ajaran agama nenek moyang yang selama ini diyakini. Yang jelas apa yang mereka ajarkan adalah pengetahuan dari manusia tak waras, lantas mau mengajak pengikut dari masyarakat bangsa ini untuk jadi sama tak waras, membuat kita yang Alhamdulillah masih waras ini menjadi takut dengan segala aktifitas mereka, karena kita takut murka Allah justru akan terkena pada semua manusia. Kalian pasti tahu bahwa negara kita adalah langganan bencana bahkan beberapa kali yang pernah terjadi adalah yang terdasyat di dunia.
Perang saudara antara manusia yang sebangsa dan setanah air atau sekelompok orang tega dengan tindakan yang secara umum berimbas pada penghancurkan tanah dan rumah ibu mereka sendiri. Dengan bom yang mereka rakit sendiri, mereka tidak iba bahwa yang menjadi korban juga seorang ayah, ibu atau anak dari manusia sama seperti mereka.
Apapun yang mereka cari, tetaplah dikatakan telah menghianati bangsa mereka sendiri. Mereka termasuk dalalm jajaran manusia yang seharusnya mempunyai kekuatan untuk memajukan bangsa ini, lantas jika yang seperti mereka saja begitu..apa yang bisa dilakukan oleh kita yang lemah.
“Hanya bisa menangis dan melihat Ibu kita dibunuh perlahan oleh anaknya yang tidak lain merupakan saudara kita sendiri, tak tahu apa yang terjadi nanti jika Ibu pertiwi benar-benar pergi..kita yang lemah semakin tersisih dan menunggu waktu secara cepat memanggil kita untuk mati tanpa harga diri sebagai seorang anak Ibu pertiwi”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun