Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Tunting Wulandari Berlulur dan Berdiang Setanggi

16 November 2011   01:55 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:37 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

[caption id="attachment_143884" align="aligncenter" width="240" caption="Dari Pelabuhan Dartmouth di Mare Britannicum --- menuju Colombo di Ceylon --- Rudolfo Moravia merindukan Perempuan Jawa --- adalah Tunting Wulandari abdi yang cerdas di Regol rumah Bupati menantinya."][/caption]

(1)

Mbok Atunmeluluri tubuh Tunting Wulandari dengan rempah dan bubuk gaharu serta cendana --- kulit Tunting halus-lembut dan muda itu terkadang tampak merona kuning langsat.Mbok Atun mengusapi tumit Tunting dengan campuran bubuk gaharu dan cendana dibubuhi minyak zaitun.

Mbok Atun tetap menyanyikan bait-bait sekar mocopat yang berisi pesan turun-menurun, sejak Buyut Arum Purnami yang pernah mengabdi pada Adipati Hadiwijaya. Terkadang walaupun tidak ada pertanyaan dari Tunting --- mbok Atun memperjelas baris tiap bait, dengan latarbelakang sejarahnya.

“Anak-kuTunting --- anak perempuan itu mempunyai daya kekuatan yang bisa menguasai kaum lelaki.Biarpun kita perempuan tergolong abdi para bangsawan. Jangan kita dijadikan barang dagangan, dijadikan taruhan dan disepelekan menjadi pemuas nafsu mereka ………….”Tunting memejamkan matanya sejak tadi ketika dadanya diurabi dengan minyak kelapa ijo dari Banten dengan bau harum bunga kantil merah. Bawah perutnya sampai paha ditutupi dengan selendang sutra.

Mbok Atun melanjutkan nyanyiannya dengan sekar Wirongong yang melankolis --- sementara ia menggosoki sela-sela jemari kaki Tunting dengan dedaunan nangka …………………..

“Mbokmengapa mbok melagukan sekar itu mbok, aku jadi sedih --- mengapa perempuan harus mendendam mbok ?”Tunting bertanya sambil meraih selendang menutupi dadanya yang indah --- payudara berbentuk “ri randu”.

Mbok Atun memperjelas latar belakang mengapa Ratu Kalinyamat berduka berlama-lama sejak suaminya terbunuh --- ia memutar otak dalam semedi dan tapanya untuk mencari akal membalas dendam ……….dan akan merebut tahta Kerajaan Demak Bintoro.

Anak-ku Tunting Jelita --- Sang Ratu Tapa bertelanjang bulat, memusatkan kekuatan kewanitaan penuh daya agar ia menemukan jalan untuk membalas dendam …………membunuh mati Aria Penangsang………….. dan menyiapkan putera mahkota yang masih kanak-kanak itu di bawah pengampuan terpercaya ………..dan kelak menjadi Sultan di Kerajaan Demak Bintoro………….”Tunting mendengarkandengan seksama bagaimana Ratu Kalinyamat yang berkonspirasi dengan para bangsawan dan ponggawa untuk memperdaya Sunan Kudus dan, membunuh Aria Penangsang.

AdalahArum Purnami, perawan jelita telah mengerti bahwa Ia/Bahwa ia telah menjadi impian Sang Adipati/ Aku sedia Oh, Ratu menjadi abdi Sang Adipati/ biarlah aku dibawanya ke Arus deras atau pun hutan sunyi/ biarlah angin laut Jawa berhembus di Tambak Lorok atau pun di Bangsri/ Ratu, sembahku, berilah aku restu untuk memeluk dan menundukkan Sang Adipati…………………..”

(2)

Pagi itu langit cerah, kapal SweynForkbeard telah berada di depan Nova Goa --- setelah tadi malam melewati Kepulauan Laka Dewa.Tidak terasa lagipukulan ombak Laut Arab yang menggedor-gedor lambung kapal.Rudolfo mengarahkanteropongnya ke arah dua kapal kecil pedagang Gujarat, yang akan memunggah kargo karung goni untuk pelabuhan Kolombo.

Rudolfo tersenyum sambil menata rambutnya ke bawah baret Bavaria-nya --- ia tersenyum terkenang surat Mr. Brant da Silva,“……… datanglah ke Perkebunan teh kami di Tamilnadu --- selama kamu menjadi tamuku kamu akan bisa mempelajari berbagai ilmu untuk menjalankan perusahaan.Dan hidupmu akan kutanggung berapa lama pun …………….. nanti kusediakan pelayanmu dua tiga orang.Aku memiliki abdi hamba sahaya orang Sihala, Tamil, Andalas dan, bahkan dari Jawa …………seperti kuceritakan dulu bahwa, engkau harus memelihara wanita Jawa……… mereka itu patuh, rajin, dan pengabdi di dapur dan di kasur………….”

Rudolfo sibuk mengatur bal-bal karung goni di palka di lantai dua kapal.Kuli-kuli Gujarat yang berotot bertelanjang dada --- mereka hanya berkain sarung kotak-kotak, dengan ikat kepala berwarna-warni.Sementara Rudolfo juga bertelanjang dada --- kulitnya yang putih dengan dada tanpa bulu, tetapi tampak deretan bulu dari pusarnya ke arah pubik.Ia tampak mengagumi tattoo di lengan satu kuli Gujarat, bergambar karaben bersilang pedang…………….. “Perlukah aku terlibat perang lagi ?”, pikirnya.

[MWA] (Novel Damar Kurung Nyai Moravia --- 03/04 bersambung)

*) Ilustrasi ex Internet

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun