Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Tunting Wulandari akan Dianugrahkan kepada Kolonel Rudolfo Moravia (DKNM-03/12)

10 Maret 2012   08:51 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:15 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13313712381457736669

(1)

Untuk memantapkan Kolonel Rudolfo berdinas menghancurkan pemberontak Aceh --- Jenderal Elberg mengirim utusan ke Pulau Penang, Mayoor Scherer berangkat 3 Agustus 1872 dengan Kapal Murnix.

Menurut rancangan Kolonel Rudolfo Moravia, Kapal Murnix sekembalinya dari Kuala Lue Aceh, akan kembali ke Batavia-Semarang, mampir lebih dahulu di Pulau Penang --- Karsiyem akan diberangkatkan pulang ke Desanya di Mengkowo, Kebumen, dia akan dikawal oleh Mayoor Scherer.

Rudolfo sudah mendalami karakter para suku-suku yang berada dalam pasukan Hindia Belanda, kekalahan Legiun Mangkunegaran pun menjadi perhatiannya. Ia memberikan pendapatnya bahwa anasir pemberontak Jawa sudah tuntas sejak 1830 --- tidak ada lagi Bangsawan yang potensial seperti Pangeran Diponegoro.

Pemberontak Aceh akan ditindas melalui daerah Selatan menyusur Ooskust --- kebijakan

Gubernur Jenderal yang membentuk Residentie di Pesisir Timur, sudah benar ---Rudolfo akan bertolak ke Tanjung Balai Asahan, Kuala Begumit, (Ingin meninjau daerah Sinembah), langsung ke selatan Aceh (berbasis di Takengon) --- Legiun Afrika akan doorstoot via Singkil, Barus dan Trumon. Langsung ke Gunongan (akan bertemu dengan pasukan Oostkust yang direncanakan tembus sampai Aceh Besar).

Sultan Aceh yang telah menyingkir ke Leunbata dari Istananya, akan dijebak untuk mengakui Kedaulatan Hindia Belanda --- Rudolfo akan mengusulkan permakluman perang dapat dinyatakan awal tahun 1873 (dia masih akan bertemu Uleebalang pro Belanda, di Medan Deli).

Dari kekalahan Legiun Mangkunegaran --- Kolonel Rudolfo setelah bertemu anasir pro Hindia Belanda akan mengusulkan membuat afsluitings linie, yang melingkarsejak Krueng Raba, Lambaro, Uleekarang hingga Klieng.

“Karsiyem, chaat akan berangkat mungkin akhir bulan ini ya --- aku akan berangkat pula setelah itu”.

“Tuan akan berangkat ke mana, apakah jadi soldadu ?”

“Nei, nei, kita orang banyak utang untuk memerdekakan Karsiyem --- chaat pulang dulu ke Jawa ---sebelum akhir tahun, aku akan menyusul ke Jawa, tunggu ya”

“Saya berangkat dulu --- lantas siapa yang mengurus tuan ? --- apa tuan akan ambil Amoy perempuan Cina, ha ?”

“Tidak chaat” Seperti biasa Karsiyem akan menelanjangi Rudolfo setiap pulang dari Pelabuhan --- ia akan membersihkan setiap mili tubuh Rudolfo dengan doek hangat atau dingin. Ia ingin mengemukakan sesuatu sebelum mereka akan berpisah nanti.

Biasanya Rudolfo akan terbuai ketiduran dengan pijitan lembut di sekujur punggungnya.

“Tuan tertidur ?”

“Tidak chaat, “Rudolfo membalikkan tubuhnya --- tampak barang kesayangan Karsiyem ingin dibelai, ia baru bangun 3/4 ereksi.

Sebenarnya Karsiyem ingin menyampaikan sesuatu --- tetapi bila tuannya telah memuncak ia pun akan terkapar menikmati permainan balasan kolonel itu.

Biasa angin laut akan berhembus dari Telok Tokong di Selat Utara Pulau Penang --- jendela besar yang bertirai itu melayang-layang mengikuti irama angin. Memang kedua makhluk ini menyukai permainan suresmi dengan ditingkah angin atau kicau burung atau elang leha, secara alamiah.

Jendela terbuka.

Kulik, kuliik, kuliiiik (hingga suara elang itu lenyap ditelan desir angin).Pantai barat Pulau Penang dihajar gemuruh ombak Selat Malaka seperti juga Pantai timur Pesisir Pulau Sumatera.Di selat itu bukan saja ada kesibukan kapal perdagangan. Tetapi juga kapal perang Belanda dan konspirasi Inggris, sesama kolonialis dan imperialis --- tahun lalu 1871 Inggris dan Belanda melakukan Perjanjian Sumatera. Mereka berbagi selat penting itu, Suez Canal baru dibuka 1869 --- Selat Malaka harus dikuasai, Kerajaan Aceh harus dilumpuhkan !

Pergolakan pelukan dan ciuman Rudolfo dengan Karsiyem tiba di puncak bukit cinta, semburan air di antara bebatuan di Desa Ayer Hitam di Bukit Timah --- lenguhan Rudolfo dan desahan Karsiyem, entah naluri apa yang dipunyai Karsiyem --- ia seperti mulut dan bibir bayi yang mencari puting susu ibu yang terlepas. Itulah permainan Karsiyem yang mengesankan Rudolfo.

Ending Karsiyem itu yang tidak bisa dilupakan sang Kolonel dari Bavaria. Ia mengerang dan menjerit seperti pertama sekali ia terjun perang antara Prusia dengan Denmark tahun 1864 --- akal dan kesadaran-nya hilang timbul –-- menyorakkan kepuasan kemenangan Otto von Bismarck.

Di dalam pelukan Adam dan Hawa --- Karsiyem membisikkan dengan suaranya yang masih sengau, “Tuan mungkin saya hamil, tuan”

“Bagus, bagus chaat --- tidak apa-apa Yem”Karsiyem memeluk erat tubuh tuannya, Kolonel Rudolfo Moravia yang akan memimpin Legiun Afrika menyerang Kerajaan Aceh.

(2)

Jenderal Elberg puas dengan kemajuan bahasa Belanda Tunting Wulandari --- hari Minggu sore Tunting dijamu di Gedong Groeneboer, semacam Wisma sang Jenderal bila berada di Jepara.

Untuk memantapkan aksen Belandanya Tunting akan dimasukkannya ke Biara Susteran di Ambarawa.

Tunting juga telah menguasai pengetahuan tentang budaya Belanda dan Eropa, dari gurunya Pendeta Scholtem --- bahkan ia telah menguasai dansa Waltz yang diajarkan tuan dan nyonya Guus Tichelman, Syahbandar Boom Jepara.

Lama Tunting Wulandari telah mendengar bahwa tuan kepada siapa dia akan mengabdi adalah seorang Kolonel Tentara Hindia Belanda, kelahiran Bavaria --- Tunting pun sudah menguasai sejarah Negeri Belanda, Jerman, Prusia, Bavaria, atau pun Belgium dan Perancis.

Sudah diputuskan bahwa mbok Atun, emban yang mengurus keperluan Tunting Wulandari selama ini, juga akan menyertainya ke Susteran di Ambarawa --- mbok Atun adalah guru spiritual Tunting yang mengajarkan filsafat dan warisan Buyut-Canggah Arum Purnami yang ambisius, melalui media Damar Kurung dan Langen Macapat.

[MWA] ( Damar Kurung Nyai Moravia; novel bersambung ke 03/13)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun