Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Tubuh Tunting Diteliti Adipati Satu per Satu (DKNM 03/06)

10 Desember 2011   14:04 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:34 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

[caption id="attachment_148675" align="aligncenter" width="300" caption="Episode berikutnya --- Tunting dibelai Sang Adipati, sementara Karsiyem membelai Rudolfo, nun jauh di sana di Perkebunan Teh Kandy di Pulau Ceylon."][/caption]

 

=====================================================================

*

Lama Adipati membiarkan Tunting bersila di samping meja kecil dekat meja hidangan --- sementara Sang Adipati tetap membaca, membalik-balik lembaran bukunya, menuliskan sesuatu seperti mencatat --- kemudian ia memalingkan wajah.

“Sembah sungkem sendiko dalem, ndoro “ . Tutur Tunting merapatkan kedua tapak tangannya dengan takzim.

Sang Adipati pindah duduk ke meja hidangan :“ Tunting apakah kamu yang meramu kopiku ini ?”

“Bukan saya ndoro, saya belum berani berbuat lancang, ndoro”

“Mulai besok pagi, kamu yang harus meramu kopiku pagi dan petang ---jangan lupa bubuhi sesendok tehbubuk jahe ………..dan tambahkan pula seujung sendok kecil bubuk pala ……………..”

“Apakah kamu telah belajar memasak ?”

“Bisa ndoro, “

“Bisakah kamu memasak sayur lodeh ?”

“Bisa ndoro, saya bisa memasak beberapa macam sayur dan beberapa kue, ndoro”.

“Kemarilah mendekat --- letakkan kedua telapak tanganmu di atas lututku”

Adipati mengamati dan membelai jemari tangan-tangan Tunting ---- tangan yang halus bertulang muda.

“Tunting jemarimu bagus lancip, kukumu sehat merona merah muda --- lihat gigi dan lidahmu”Adipati mengagumi kulit gadis ini --- walaupun ia telah meniduri beberapa perawan, ia menganggap Tunting adalah Kenyo Angsar --- melihat gigi gingsulnya yang tajam berkilat putih seperti mutiara.

“Angkat ketekmu, Tunting --- lipatan ketiakmu bersih, tidak berbau, sekarang membelakangiku, Tunting --- telingamu bersih --- rambutmu harum.Kini pandanglah mataku Tunting “Tunting berdebar, terutama setelah tadi ia berdesir ditanyakan bulu halus di ketiaknya, lantas Sang Pangeran menanyakan apakah ia telah mempunyai bulu kemaluan.Ia malu menjawabnya --- bulu itu halus bak sudut alisku.Dalam hati Tunting menjawab.

**

“Mbok Tun, mulai pagi besok, Tunting yang membuatkan kopiku --- menyediakan semua keperluan pipaku, buku-buku yang terletak di meja perpustakaan agar ia yang mengaturnya sore hari di sini.Dan ………….. suruh ia memasak sayur lodeh besok.Ajarkan ia tatakrama menghadap pembesar kerajaan dan kompeni………….. “

***

Sang Adipati berpikir sejenak, kata telah diucapkan --- bahwa anak perawan Tunting cucu mbah Karsinah Wulandari, yang pernah menjadi pengabdi di Kadipaten Gebang , yang karena kecantikan dan ketrampilannya menari bedaya --- belakangan diambil selir di Kesultanan Cirebon.

****

Sang Adipati hilir mudik mengidari Omah Jero --- dia tergoda dengan kecantikan dan keharuman badan Tunting --- tetapi ia membutuhkan pengaruh Kesultanan Cirebon agar, ia ditunjuk menjadi pemungut cukai dan pajak atas perdagangan lada dan mori sepanjang wilayah Pekalongan hingga Jepara.

 

Ia sudah melihat pengaruh penghapusan Cultuur Stelsel akan merubah besarnya penghasilan dari perkebunan tebu dan kopi serta nila.Ia kembali duduk dan membakar tembako di pipanya.

(2)

*

Rudolfo telah berada di Perkebunan tehdi daerah dataran Kandy --- sudah tiga hari ia menjelajahi kebon teh di daerah pegunungan yang indah itu--- udara di sana terasa nyaman.Selama dua hari pertama ia ditemani oleh Mr. McKlinsay yang telah mengawasi perkebunan itu selama 16 bulan --- hari ketiga ini Rudolfo dengan ditemani Mandor Sami untuk mengunjungi barak-barak pengeringan, pemilahan pucuk teh, dan bangsal fermentasi.

**

Dari jauh ia bisa melihat messnya di puncak bukit yang dikelilingi bebukitan yang lebih besar, di mana lerengnya berundak-undak indah sekali --- lebih indah lagi di saat buruh-buruh pemetik, yang terdiri dari perempuan yang memakai berwarna warni pakaian dan penutup kepalanya.

 

Berbagai warna-warni di tengah gelombang-gelombang bukit menghijau.

***

Kemarin ia tergoda melihat seorang wanita muda dengan mata yang lebar, tajam memandangnya --- lantas wanita itu menundukkan kepalanya. Menurut Sami Sang Mandor --- McKlinsay mempunyai gundik orang Sinhala.Memang di sana ada buruh yang berasal dari suku Sinhala ada pula dari suku Tamil --- tetapi konon yang cantik-cantik adalah wanita dari suku Vedda.Demikian info dari Sami.

****

Menurut Brant, untuk mengurus rumah panggung yang akan menjadi tempat tinggalnya, telah tersedia dua orang tukang kebun, dan seorang yang mengerjakan yang berat-berat --- ada dua tukang masak dan mencuci pakaiannya.Sedang wanita yang akan mengatur rumahtangganya akan didatangkan dari perkebunan Ratnapura di selatan Kolombo.

Perempuan itu bernama Karsiyem.

****

Dengan hati riang gembira Rudolfo memacu kudanya --- menuruni lereng bukit, menapaki jalan-jalan berbatu --- gravel road. Ia merasa sreg dengan alam perkebunan itu.Kini ia menunggang kudanya menerabas lorong-lorong pematang pohon-pohonteh --- ia menanjak lagi, kemudian mengitari punggung bukit yang ada beberapa pohon rindang tempat para buruh beristirahat.

Ia tersenyum teringat dongeng Brant, bahwa sungguh asyik mempunyai pelayan perempuan dari Jawa. Ia ingin sekali segera berjumpa dengan Karsiyem sosok wanita yang diceritakan Brant berkali-kali selama berada di Kolombo.

[MWA] (Damar Kurung Nyai MoraviaNovel ; bersambung)

*)Ilustrasi ex Internet

 

       

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun