Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Terorisme dan Teroris, apakah Aji Candhabirawa Prabu Salya ? [Wayang Kontemporer – 15]

21 April 2011   16:50 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:32 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13034027231266938951

[caption id="attachment_102334" align="alignleft" width="300" caption="Islam adalah Rakhmat bagi Seluruh Alam."][/caption]

Kalau Presiden Bush dalam kepanikannya menyaksikan Serangan 9/11 --- langsung menyatakan “America under Attack” , dan akan melanjutkan “Perang Salib”. 

 Petang ini penulis juga masgul mencerna serangan Teroris dalam pekan-pekan terakhir ini. --- dan Indonesia pun dinyatakan Siaga I.  Pemerintah , aparat polkam dan unsur masyarakat pun meningkatkan kewaspadaan.

 

Memandang lukisan kaca yang mengambarkan Prabu Samiaji (Puntadewa, Yudistira) dikerubuti raksasa kerdil yang dikeluarkan Prabu Salya. Prabu Salya adalah  Senapati ing Ilaga pihak Korawa di akhir-akhir babak Perang Baratayuda.

Aji Candhabirawa yang dikuasai Prabu Salya --- adalah senjata ampuhnya, berupa raksasa kerdil yang dikeluarkannya dari liang telinganya --- raksasa kerdil itu makin dilawan makin berlipat ganda --- jumlah dan serangannya.

 

Segera membuka memori tentang sejarah perjuangan kalangan Islam di Tanah Air,  Sjarikat Islam (SI) yang  berdiri pada tahun 1912, yang semula bermotif perjuangan ekonomi --- yang sebagian sempalannya menjadi gerakan Marxisme-Komunisme.  Elemennya menjadi gerakan radikal melawan pemerintahan Kolonial.  Pecahnya peristiwa Cimareme di Garut oleh Haji Hasan Arif --- banyak pemogokan dan pemberontakan terjadi sejak itu.  Yang menggerakkan adalah SI dan SR (Serikat Rakyat) di tahun 1923.  Tahun 1926 SI +SR melakukan perlawanan di daerah Karang Cegak (Tegal).  Lantas PKI (yang berkembang dari sempalan SI)  terus mengorganisir pemogokan dan pemberontakan di tahun-tahun  1925-26 di Jawa dan di Sumatera Barat.  Bahkan pada tanggal 12 Nopember 1926 penjara Glodok diserbu oleh para pemberontak.

Urusan Pemerintah Kolonial-lah memadamkannya --- dari hukuman mati, penjara sampai pembuangan ke Boven Digul Papua.

 

Paragraf di atas tidak menafikan adanya  pemberontakan dan perlawanan  terhadap Pemerintah Kolonial berdasarkan insprasi Agama Islam lebih awal dari SI ---- katakanlah Pemberontakan Cirebon tahun 1818, Perang Aceh di penghujung Abad XIX – Awal Abad XX, Perang Jawa “ Java Oorlog” 1825-1830 --- sampailah Revolusi 1945 dan Perang Kemerdekaan Indonesia  --- karena masyarakat Islam mempunyai tradisi militeristik, sehingga motif apapun penyebabnya --- akhirnya tetap saja tematisnya perjuangan relijius --- entah dinamakan Perang Sabil entah Jihad.  Begitu pula yang terjadi pada pasukan-pasukan Perlawanan Rakyat-Gerilyawan Perang Kemerdekaan --- Berbagai organisasi perlawanan Islam banyak sekali terbentuk. Dari Pasukan Sabilillah sampai Mujahidin.

 

Fakta Sejarah Nasional Indonesia pun, setelah Kemerdekaan RI  --- pasukan gerilyawan itu ada menjadi berbalik menjadi Pemberontak --- DI/TII Maridjan Kartosoewirya di Jawa Barat,  DI/TII Kahar Muzakar di Sulawesi Selatan, dan DI/TII Daud Beureuh di Aceh --- uniknya bersama dengan maraknya Terorisme dan pengeboman Teroris,  isu Negara Islam Indonesia kembali membesar dalam berita di Jawa Barat atau di Jawa-lah. (dari sekitar Malang di Jawa Timur sampai Bandung-Jakarta ada kegiatan pembaiatan NII).

 

Kurun di awal-awal dekade Kemerdekaan RI --- penumpasan fisik dengan cara militer, juga ditempuh dengan rekonsiliasi --- baik Darul Islam (dengan Tentera Islam Indonesia-nya ) sampai PRRI (Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia) di Sumatera dan Permesta (Perjuangan Semesta ) di Sulawesi --- semuanya dilakukan dengan gempuran militer, setapi juga rekonsiliasi .  Mereka dibina untuk kembali ke masyarakat --- untuk mengakhiri perlawanan ideologis-nya, untuk turut dalam perjuangan secara demokratis.

 

Bahkan Perang Terhadap Terorisme Internasional yang dipelopori Amerika Serikat, pun dalam periode Presiden Barack Obama ini --- selain gempuran militer juga melakukan pendekatan ideologis dengan Islam.

 

Pemerintah RI juga dalam menumpas Terorisme melakukan pendekatan Hankam dan Ketertiban --- juga melakukan proses deradikalisasi. Cuma dengan fakta bulan-bulan dan pekan-pekan di tahun belakangan ini --- ada eskalasi kegiatan Terorisme, tampak lebih intensif dan ekstensif perlawanan-nya --- dari pengeboman berbagai cara dan sasaran sampai latihan militer. Jelas terjadi eskalasi.

Terorisme akan menjurus pada perlawanan kemiliteran-kah ?   Ini harus diwaspadai dengan cerdas. Lebih awal lebih baik.

Terlalu parah Indonesia kalau harus mengalami semacam Afghanistan atau Pakistan (atau beberapa Negara di Afrika).  Jangan.

 

Kegiatan terorisme dengan inspirasi dan kendali dari al Qaeda, atau kegiatan terorisme sporadis di wilayah Indonesia --- sebagaimana beberapa pendapat Pengamat Terorisme atau Pengamat Intelijen --- kiranya tampak jelas, dari bantuan keuangan dan expertise internasional dalam bom dan persenjataan, bahkan  sampai “konon bom kampungan ala Cirebon” (?). Wah

 

Setelah melakukan scanning fakta sejarah dari memori dan berkas --- kembali, kepada Ketangguhan Ilmu Prabu Salya dari Mandaraka di Perang Baratayudha Jaya Binangun --- raksasa kerdil yang dikeluarkan Prabu Salya dari aji Candhabirawa, harus dilawan oleh Prabu Yudistira dari Pandawa dengan kecerdasan. Raksasa kerdil itu kalau dilawan sampai mengeluarkan darah --- maka raksasa itu akan melawan dengan menggandakan diri. Lho ?

 

Adalah Prabu Kresna yang menjadi Penasehat militer dan intelijen pihak Pandawa--- menganjurkan  menjinakkan raksasa Aji Candhabirawa --- melakukan sikap menjinakkan  dengan cerdas , akhirnya melumpuhkan ajian yang hebat Prabu Salya itu.

 

Kembali kepada Terorisme --- sikap perlawanan para teroris adalah bersifat ideologis; harus dijinakkan dengan tindakan budaya --- disamping memerangi dengan tindakan kepolisian.  Deradikalisasi adalah tindakan Budaya --- tindakan budaya harus mempunyai Strategi, strategi harus ada Program --- Program harus mempunyai Action plan.  Action plan harus dinamis melakukan prekondisi dan kondisioning.

 

Lukisan kaca --- Prabu Yudistira dikerubuti para raksasa kerdil, ketika ia bergerak akan mengangkat busur --- saat itulah ia diterkam oleh salah satu raksasa kerdil itu……………lengannya yang tergigit raksasa, terluka dan mengeluarkan darah yang berbau harum.  Saat itu pula para raksasa kerdil itu menyerah pada Prabu Puntadewa itu ………….Sang Prabu adalah manusia suci, berbudi dan cerdas mandraguna.  Semua raksasa kerdil Aji Candhabirawa menyerah, menjadi pengikut Sang Prabu.

 

Aman Sentosa-lah Negeri-ku --- Indonesia-ku .

Merdeka !

*) Foto eks Internet

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun