Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Terkenang Ibunda [Features – 40]

31 Agustus 2011   02:29 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:20 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

         [caption id="attachment_128677" align="aligncenter" width="298" caption="Tiga kali Rasullah ditanya, "][/caption]    

 

 

Ibunda telah almarhum pada 21 Mei 2008 --- tetapi kami sungguh kaya dengan interaksi, walaupun saat berumur 20 tahun memutuskan untuk merantau. Di kapal MV Koan Maru yang berangkat, tekad diperkuat bahwa mungkin tidak berjumpa kembali dengan kedua Orang Tua.

 

Ayah meninggal dunia tahun 1966 --- benar, ikhlas hanya menemukan makamnya di Mesjid Suhada, Mesjid kaum Pergerakan dan Pejuang Kemerdekaan di Jl. Serdang. Tidak melihat wajah dan jasad Ayahanda. Risiko merantau.

 

1.

Teringat interaksi yang sangat mengesankan dengan Ibunda, tahun 1961 --- setelah menanam 2 pohon kelapa di kebun meniru pencangkulan pertama Presiden Soekarno.Pemnasta, Pembangunan Nasional Semesta.Kelapa itu diberi nama Bung karno dan Chairul Saleh.

 

Merokok di pinggir kolam ikan --- Ibunda menegur : “Kau merokok ?”Walaupun asap rokok yang disembunyikan masih tampak mengambang ………………..; “Tidak Bu “Memebohongi Ibunda.

 

“Begitu banyak makanan bermanfaat, mengapa merokok ?”Alangkah bijaksana kalimat Ibunda, sejak itu tidak pernah kembali mencoba menyentuh dan menghisap rokok.Tobat !

 

2.

Tahun 1968, impian pergi merantau sebenarnya ingin memasuki ADLN ; karena terlambat mendapat kapal --- hanya mendapat jawaban : “Adik kalau ingin berkarier di Deparlu , kuliah saja dulu di Fakultas Hukum atau Fakultas Ekonomi “.Pemerintah Orde Baru sedang membangun organisasinya --- Deparlu di bawah Menlu Adam Malik sedang membersihkan anasir BPI (Badan Pusat Intelijen) Soebandrio.Sekretaris Pribadinya, Mas Kabul memberikan referensi dan rekomendasi.

 

Telegram dikirim kepada Ibunda, mohon ijin meninggalkan bangku kuliah (bekerja sambil kuliah di Fakultas Ekonomi). Telegram Ibunda menjawab : “Kalau kau keluar, berarti kuliahmu tidak pernah tammat !”. Dengan tekad kembali ke ruang kuliah.

 

3.

Ibu datang dengan sejumlah keluarga ke Kota Kecil di mana baru saja menammatkan Kuliah Singkat Keahlian --- ingin menikahi seorang gadis setempat.“ Bu, saya memilih gadis ini untuk isteri saya, karena ia tidak mempunyai Ibu --- ibunya telah meninggal “ Ibu hanya tersenyum sambil mengelus kepala anak kebanggaannya.Bagaimana ia tidak bangga, sebagai tamu dari Sumatera semua keluarga ditempatkan di rumah-rumah dinas yang megah --- buat rata-rata Orang Kampung.

 

Beberapa tahun kemudian --- setelah ibu tua sekali, badannya agak bungkuk, tetapi sehat-sehat saja --- Tahun 2002 ketika berumur 83 tahun.Ibu pindah bersama kami di Jawa --- karena anaknya pun lebih banyak yang mencari nafkah di Jawa.  Setiap  dibawa ke Poliklinik untuk memeriksakan kesehatannya.

 

Isterilah yang mengantarkan Ibunda Setiap orang di klinik bertanya : “Anak Ibu yang perempuan apakah yang lelaki ? “   Jawaban Ibunda sangat mengesankan dan bijaksana. “Ibu tidak dapat membedakan mana Anak mana Menantu !”

 

4.

Ibu selalu mengirim sarung dan sajadah baru --- karena ia banyak mempunyai murid mengaji, yang selalu memberinya barang relijius itu. Setelah rambut memutih, dan kami tinggal serumah.  Ia selalu bertanya setiap kali berjumpa,  “Sudah kau Sholat ?”    Kalimat yang terindah yang terdengar dari seorang Ibunda. (sampai hari ini Idul Fitri 1432 H pun suara itu masih terngiang-ngiang di telinga)

 

5.

Ketika di bulan terakhir hayatnya makin sering masuk Rumah Sakit Islam  Qadar --- organ vitalnya masih bekerja cukup normal, hanya tidak selera makan.  Bertahun-tahun (walaupun Ibunda di kampung Halamannya) kalau dia sakit --- nutrisi andalan adalah Air Kaldu Daging (ala Orang Russia) --- tiap hari menggilir Restoran untuk membeli  kaldu atau kuah kuliner mereka.  Memang kini ia memilih tinggal di rumah anak perempuannya --- akan mengurus Ibunda kami.  Kami telah bersiap-siap dengan segala ilmu perawatan dan peralatan …………….. tanggal 21 Mei 2008 hari Rabu sebelum berangkat untuk control di Rumah Sakit. Inna Lillahi wa Inna Ilaihi Rajiun.

 

Kini pusara Ibunda tempat Anak Cucu dan Cicitnya menyambung cinta mereka kepada Seorang Wanita yang memberikan Inspirasi --- sebelum Ia mangkat, Ia masih sempat menghadiri wisuda 3 Cucunya, 1 Dokter Gigi di Universitas Sumatera Utara, dan 2 orang dari ITB --- yang mengharu 2 di antara mereka adalah Anak Yatim Piatu.  Allahu Akbar ! [MWA].

*)Foto ex Internet

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun