Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Taman USIS dan Taman Kota di Depan RS Elizabeth

9 Juni 2012   21:24 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:11 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Raungan jet itu menghentak berhenti --- saatnya ia muncul seperti Kaliedoskop dalam prisma kegembiraan yang luar biasa.

Saat conveyor bergerak, dan koper dengan ban merah kuning hijau itu tertegun

Beca !

Taman itu kini menjadi hutan di tengah kota, aku senang --- dulu aku belajar di atas rumput hijau

Spedaku !

Di mana pohon-pohon Mahoni dan Klumpang --- yang dulu buahnya menjadi permainan

Ia berserak seperti baling-baling helikopter

Ia kulontarkan berputar seperti roda-roda gigi Drawwork di lokasi pengeboran

Aih

Pohon Waru tumbang dan tumbuh di depan gerbang lor Asrama Turibang

Ingatkah kamu Teater Amphibi di timur dekat kuburan mBah Kramat?

Di taman Elizabeth aku berteduh --- membayangkan Suprapto, Suarni Umar, Roswita Nasution, Nurdin Peukan dan kawan-kawan. Itu KM 0 dikota Sukses-ku.

Pohon Trembesi

Oh, Ki Ujan kata Wong Cerbon

Rain-tree kata Orang Singapura.

Pohon Trembesi di taman USIS --- telah dipagar proyek di kota Medan

Gedung USIS antik itu --- dari jaman pertumbuhan investasi perkebunan di Ooskust, pesisir timur Pulau Sumatera --- akan engkau tebang Trembesi ?

KM 0 di tahun 1863

KM 0 ditahun 1963

Bisakah engkau bayar lahan dan gedung itu ?

Aku bertanya padamu --- bayarilah, jangan dan cegah membangun rukan dan ruko di situ.

Ini menjadi milik-ku

Milik Sejarah kota Medan --- kota dollar impian para migran dari Mandailing, berjalan kaki dari Muara Mais ke kota Medan, bermukim di Sungai Mati, Stabat dan Tanjung pura.

Jangan tebang pohon Trembesi-ku !

Seperti Sungai mati

Trembesi harus lestari (buat UH).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun