Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Tajuk Ide (14) Besan Setali Tiga Uang

24 Agustus 2010   00:20 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:46 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Wah, apa artinya itu ?Itu pribahasa Orang Indonesia --- yang artinya serupalah, lebih kurang sama…………. dalam konotasi negatif.


Lha ? Dhalang Tukidjan kaget.Memang iya, nenek moyang Orang Indonesia telah mewariskan ke-Arifan Lokal, Tamsil Ibarat dan Kiasan.Kalau dihayati Anak cucu cicit, pasti takut-kuatir untuk melanggar, Tata Krama dan Adat Sopan Santun. Apa lagi melanggar norma hukum.. Seperti Mencuri dan Korupsi.

 

Umpamanya --- jangan jadi koruptor, malu.Nantinya kemenakan dan keponakan takut menjadi pencuri uang Ditjen Pajak. Kuatir dikatakan “Setali Tiga Uang “


Umpamanya si Auli dan si Amin itu “ Setali Tiga Uang “ sama-samakoruptor --- satu mengkorup uang perijinan hutan seorang lain ‘tu penilep uang yayasan.

 

Yayasan mengumpulkan uang berdasarkan Undang-undang memang untuk di-korup --- yang ditetapkan undang-undang tujuannya --- pelaksanaannya “Setali tiga Uang” --- dikorup untuk berbagai pembiayaan tipu-tipu.


Di mana itu ?Di Indonesia!

 

Ayah dan Anak sama saja Setali Tiga Uang --- omel mak Sarip menemukan anaknya pulang pagi.Ia kesalsuaminya selalu pulang pagi di hari Minggu, karena bermain batu, alias main domino --- sedang anaknya pulang pagi --- ikut-ikutan Pesta Miras.

Sudah hidup susah, pelarian ke judi dan miras. Goblok !

 

Si Marjuki bilang ia bukan koruptor ?Lantas apa ?Tahuuuuuuuuuuuuk !

Jangan-jangan si Marjuki “Setali Tiga Uang” --- baru mau cari jalan menggergaji Dana Rakyat, baru cari-cari slag (?).

Opini dulu ditebar --- bukan korupsi tetapi turut “memperkaya orang lain” (dan dirinya).

Deputy Senior Bank Indonesia dan bawahan-nya --- sedang membahas Kebijakan sambil bertangisan --- “ah, itu semua Setali Tiga Uang”.

Masalah Merger, masalah Bantuan Likuiditas, masalah CAR di-naikkan --- Itu Setali Tiga Uang, serangkaian Kebijakan Bail-Out untuk menyelamatkan Bank Century.

Semua yang terlibat "Setali Tiga Uang ".

(Dia selamat --- apa lagi kita, pasti selamat ! Naar 2014! Apa Tot 2014 sih ?Rekening-rekening semua selamat Boss)

 

Jadi Dana yang dikumpulkan LPS dengan Uang Negarasama dong ?

Iyalah, Setali Tiga Uang ---bisa dipakai untuk tujuan apa saja, yang penting ada yang bertanggungjawab.

 

Yang bertanggungjawab dalam kasus ini siapa ?

 

Kan ada opsi Cyang diputuskan Sidang Paripurna DPR.

Kalau Keputusan itu ditransaksikan dengan kasus lain --- itu tergolong apa ?

Setali tiga Uang, juga le !

 

Si Gayus umpamanya terbukti korupsi --- Atasan-nya Bagaimana ?

Setali Tiga Uang !

Tidak Terbukti ?

Penegak Hukum-nya : Setali Tiga Uang !

 

Kok bisa Tanya Nenek Moyang Orang Indonesia.

Ini Indonesia mbah --- Semua sudah “Setali Tiga Uang “ --- sergah Dhalang Tukidjan.

 

Dhalang Tukidjan dan Arwah Nenek Moyang --- geleng-geleng kepala memandang Negeri Cucu mereka --- Kedaulatan ke Dalam Nol, Kedaulatan ke Luar “di-Kentuti” !

Yang Bathil dianggap sama dengan yang Haq.

Gile kali ye ?Huh !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun