Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Money

Tajuk Ide (12) Harga Jangan Dinaikkan --- Itu Bukan Solusi!

11 Agustus 2010   03:26 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:08 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bom tabung LPG terus-terusan  meledak, sporadis.  Dalam tulisan terdahulu memang kita ajukan adanya teori bahwa kalau ada perbedaan harga untuk barang yang sama --- pengendaliannya pasti sukar.  Apa lagi di Indonesia Gampangan dan penuh manipulasi.  Dalam kasus LPG 3 Kg yang harganya disubsidi lebih murah --- menjadi ajang manipulasi peng-oplosan ke tabung LPG 12 Kg.

Langsung Manajemen Pemerintahan antara lain bereaksi --- ini itu, plus mengotak-atik harga. Konon pilihan mereka naikkan harga per kg untuk Tabung LPG 3 Kg sama dengan 12 Kg ( agar jangan ada disparitas, Rakyat harus membayar lebih mahal --- betul-betul pemimpin gampangan, konon bisa dikompensasi dengan BLT).

Tentunya mereka bisa-lah mengotak-atik turun naik di antara kedua harga tersebut.

Yang penting jangan sengsarakan Rakyat dengan keputusan masalah disparitas ini.

Entah mau harga rata-rata, mau BLT, mau dibuat semua bersubsidi --- suka-sukalah

(Si Upin mengatakan : suke-hati cik lah --- jawab si Ipin ; Awak ‘ni risau hati tak putus-putusnye  bom meledak ‘tu cik).

 

Mereka jangan menyimpulkan bahwa masalah Bom LPG telah selesai dengan :


  1. memerintahkan Rakyat mengganti regulator, slang, dan clamp (alat membatasi kebocoran antara slang dengan regulator dan kompor) --- apalagi disuruh membayar untuk itu, Rakyat takut kehilangan duit dan risikonya sama saja ( karena ledakan masih mungkin)
  2. Harga LPG per kilo seragam untuk semua tabung (awas tabung masih bisa meledak !)
  3. membuat metode agar Para pelaksana pengisian di Pertamina atau Kontraktor-nya ( meneliti dengan seksama Tabung resmi ber-SNI, Tabung buatan Dalam Negeri, Tabung LPG eks impor legal dan Ilegal yang masih beredar, karet seal Katup tabung diganti tiap …………(?).  Manajemen harus melaksanakan fungsi Control-nya, ini titik lemah yang bisa meledakkan Kasus baru lagi (metode Yes atau No !)
  4. menghukum para manipulator pembuatan tabung, peng-impor tabung, pengedar tabung, pemalsu tabung + asesorinya dan SNI --- dan para Manajer atau Pelaksana yang tidak bekerja secara manajerial ilmiah.

 

Yakinlah kalau pun ke-empat hal di atas  dengan seksama di laksanakan-nya ---- Bom LPG pasti akan tetap meledak mengorbankan Rakyat Indonesia di alam kemerdekaan ini . Mengapa ?

 

Indonesia Gampangan dan penuh manipulasi.

 

Jadi piye ?

 

Laksanakan butir 4. di atas, dengan jelas dan transparan --- agar jelas mengapa ledakan menjadi rentetan kasus, dan menjadi pengalaman manajerial bagi pemerintah dan Pertamina.  Mengapa umur teknis tabung begitu singkat --- siapa yang menanggung kerugian-nya ?

 

Selanjutnya, eling lan waspodo --- para Pemimpin laksanakan manajerial control secara sistematis, para instansi laksanakan intelijen ekonomi --- reserse ekonomi Kepolisian lebih peka.  Ini manipulasi akan jalan terus.

Ingat enggak --- sebelum ada konversi kerosene ke LPG --- ada lagi manipulasi berat : Penyuntikan pengurangan berat.

 

(Adowwuh Indonesia-ku sudah Merdeka 65 tahun kok malah Gagap Gupup bae, je !) --- Sang Hyang Narada di balik awan di puncak Gunung Semeru.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun