Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Surat-Surat Cinta Upy dan Leo (SCUL #06/01)

26 Mei 2012   08:26 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:46 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1338020616259792378

(1)

Setelah Upy dewasa ia menghubung-hubungkan kasus-kasus di rubrik psikologi atau seksologi --- mirip dengan pengalamannya di masa kanak-kanak. Walaupun kisah itu telah lama berlalu selalu mengikutinya seperti bayang-bayang jiwanya.

Pengalaman dihayatinya, menjadi  lebih seram dan menghantui apabila banyak tanda tanya  tak berjawab tuntas  --- ia merasa pengalamannya tidak sampai begitu parah. Ataukah pengalaman itu juga bisa diperparah berkembang dengan pengalaman-pengalaman berikutnya.

Kejadian itu kira-kira ia berumur 5 tahun --- si pelaku kini suami orang, tetapi sungguh gatal lelaki itu. Sampai kini ia masih sering menggoda.

Upy memang tumbuh menjadi gadis yang menarik --- tubuhnya seksi, terutama dada dan pahanya. Apakah memang pahanya dari dulu menjadi daya tariknya ?

(2)

Setelah Upy mendapat menstruasi --- ia mengerti bahwa ia adalah wanita dewasa yang sehat. Kini ia menjadi wanita yang bisa mengandung pembuahan. Ia ingat pelajaran Biologi.

Nah, ini pesan yang serius dari Ibu Gurunya --- dalam acara perkemahan di Pelutungan di kaki Gunung Ciremai. Di malam buta ia keluar kemah untuk menjumpai Pak Guru AM, guru matematika yang mengajaknya bertemu di undakan menuju mata air.

Itu SMP kelas III --- Ibu Guru Agustina menghadangnya sekembali dari perjumpaan dengan Sang Guru Lelaki itu.

Ia digiring Ibu Guru ke kemahnya --- ia di-interogasi dua guru. Upy mengaku ia hanya mengagumi guru math itu, sehingga ia sangat menghormatinya. Ia memang keluar sendirian menemuinya.

Ia mengaku hanya berciuman dengan sang guru --- memang guru itu melakukan necking dan merampas organ genitalnya yang sangat peka. Waktu itulah ia sadar dan menepiskan tangan Sang Guru.

Guru itu mengeluarkan penisnya --- hanya dipegang sebentar, Upy pun melarikan diri. Dan ia tertangkap basah Ibu guru Agustina.

 

(3)

Guru Math itu dipecat dari sekolah --- Upy sendiri hanya mendapat Surat Peringatan yang ditujukan kepada Orang Tuanya. Ia malu sebentar, hanya beberapa pekan, kemudian mereka berpisah untuk pindah ke SLA. Ibu Upy mengusulkan ia melanjutkan pelajaran ke Pesantren di Jawa Timur. Upy menolak.

Bagi Upy 2 pengalaman seks  itu --- di masa kanak-kanak dan setelah ia remaja, membuatnya kacau terhadap fungsi organ seks.

Ia suka mengikuti acara  pembahasan seks di radio --- malam-malam setelah ia belajar, acara itu sangat mengasyikkannya --- apalagi pembawa acaranya perempuan, mahasiswa apa pekerja, atau ibu rumah tangga atau berstatus  isteri entah janda, enggak mengerti Upy.  Tampaknya mereka lepas-santai saja dalam membahas sebegitu banyak rahasia seks.

Upy meraba-raba, tambah jelas pembahasan dan canda acara itu --- Upy bisa percaya pada keterangan dokter yang menjadi narasumber.

Para penanya blak-blakan, entah gadis perawan, entah para istri bingung maupun pemuda atau  lelaki iseng.

Asyiklah

Ketika SMA itulah Upy mulai rajin mengisi Buku hariannya --- ia curahkan perasaan, harapan, kesimpulan, dan hal-hal yang mengganggu emosi dan jiwanya.

(4)

Suatu saat ia dan kawan-kawannya menonton video seks --- tambah bingung Upy, karena kehidupan seks begitu meriah --- tidak menjijikan. Lain dengan ancaman dan pengertian yang ditanamkan ibu dan guru mengajinya. Tantangannya akhirat.

 

Dari video dan film ia merasa masalah seks adalah perkara kesehatan dan duniawi --- makin dewasa ia merasa seks adalah masalah badani,  masalah ragawi. Menghadapi desakan dan hasrat seksnya ia menjadi tambah bingung.

 

Ia pacaran dengan Max Andris, setelah mereka pesta dansa --- segera ia menjadi panik begitu ia merasakan ada sesuatu di balik celana pemuda itu.

Ia takut dan mendorongnya.

Di Buku Hariannya ia menulis : “Sisca mengenalkan sepupunya dari Malang, Max Andris, mahasiswa Fakultas Ekonomi semester 3 , dalam libur tahun ini ia menjadi kawan dekatku --- ia tampaknya menggemari dansa blues dengan variasi rangkulan yang sangat rapat, tangannya seperti alat untuk mencengkram bahu dan mendesakkan dada kirinya ke dada kananku --- sangat mendebarkan ……………… ketika kedua tangan nya merangkul pinggang dan pinggulku --- aku merasa ada suatu benda silindrik di sana. Spontan aku dorong ia, dan menjauh, aku benci pada pemuda yang bernafsu…………….

Aku tidak tahu pasti, menurut Andarwati, teman akrabku …………… waspadalah itu pria oversex yang  berbahaya. Bersyukur aku segera bertindak dan tidak mau didekatinya lagi …………..”

Ketika aku bicarakan di kalangan grup si Dedek cs, mereka mengatakan : “ E, itu lelaki super itu --- ‘kan you rasakan sebesar battery, itu namanya Pakde !”   Mereka lelaki perempuan semua tertawa terpingkel-pingkel.  Lantas kumpulan anak lelaki mendominasi pembicaraan, soal ukuran penis lelaki, dan peranan para nenek-nenek yang ahli mengerjai alat vital lelaki.

(5)

Malam Tahun Baru 2007 --- Upy telah mencapai semester 8, ia berkenalan dengan Leo Bruno Das Santos, seorang wartawan free lance di Kutaraja --- ia semula relawan untuk membantu korban musibah gempa dan tsunami di Aceh. Kini ia juga bergerak dalam NGO, yang menyangkut Hak Demokrasi dan Proses Demokratisasi di Aceh.

Di buku Harian Upy menulis : “Lama aku tidak mempunyai ikatan emosional, cinta dengan lawan jenis --- mungkin juga terdorong ingin menyelesaikan studiku, agar paling tidak tepat waktu. Rasanya aku mempunyai minat di bidang Jurnalistik sebagai profesiku nantinya…………

Ketika membaca kartu namanya , segera mengesankan ia berbau asal Orang NTT, memang ternyata ia Orang Flores asal Ainaro (Timur Leste sekarang) --- keluarga mereka memilih mengungsi ke Indonesia, dan menjadi WNI …………… kecintaannya kepada Indonesia luar biasa, bahkan Santos adalah alumni Universitas Andalas, Padang --- ia bergabung dengan LSM asal Perancis, yang bergerak membantu rehabilitasi Aceh pasca tsunami …………….

Santos berbicara lembut, tetapi wajah dan perawakannya mengesankan, walaupun ototnya tidak tebal dan kasar, ia berdiri kokoh saat berbicara, matanya hitam pekat  …………. Ia tampak cerdas dan intelek………………..”

 

[MWA] (Surat-surat Cinta Upy dan Leo; novel bersambung ke #06/02)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun