Â
Menanti matahari terbenam di Pantai Meulaboh
Leo, anak Timor itu juga berada diSirombu di Pulau Nias
Ombak bergulung-gulung bertepuk tangan dengan pantai diperkeras
Di sana Leo mengeja SMS,
Â
(kalau ada Tanya yg menguap itu adlh kamu kalau ada kagum yg menggumpal itu adlh kamu)
Â
Di Sirombo nyiur melambai tanda kedamaian abadianak-anak Nias --- Rudi Gulo dan si Esther Harefa
Gelegar ombak itu sama saja di Tapak Tuan atau di Teluk Dalam
Di Geloketapang berjumpa anak-anak Simeuleu --- berjalan pulang di Lamreung
Hujan lebat hari Senin tanggal 4 Juni di Banda Aceh
Leo menerima SMS,
Â
(Kini ………… Aku sangat menyintaimu bahkan ktika nti kmu tak memberi ruang di hatimu tuk hadirku)
Â
Dengan beca mesin dipacu si Nurdin, anak asli Binjai mengikuti hidup istrinya anak Meulaboh ---
Ia adalah nelayan yang lapar dari Selat Malaka, ia tukang batu yang terkapar dengan upah 40 ribu rupiah.
Ia juga ayah dua anak dengan belanja 40 ribu rupiah sehari.
Upy menggigil urat perutnya memules ada apa di rahimnya
Leo menggigil ada apa di hatinya --- hepatitis hatinya membatu, ia ingin mati di tanah Gunung Sitoli.
Ketika pohon kelapa dan gubug-gubug rakyat di terjang Tsunami dan badai, ada SMS Upy,
Â
(Ya, tp kita tau posisi masing2, banyak hal perlu dibenahi kita blom kuat ………………..)
Â
Kisah kasih dua anak manusia yang bekerja untuk kemanusiaan --- kini mereka terdampar di tanah negerinya yang akan selalu mengayak tanah pusaka Orang-orang di tepi Lautan Hindia.
Â
[MWA ] (Puisi di atas Sofa -07; dengan ijin Upy )
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H