Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

SMS Cinta Menuju Tanah Arab

21 April 2012   07:10 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:19 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1334993579678242788

(1)

“Dktkan klo jdhku—enyahkan dari relung hatiku kl bkn jdhku. Aq telah ltih,aq siap menant lbh lma lg – jdh tbaik darMu”.

Agus telah mencoba mengerti makna SMS Rubyah. Tetapi mengapa dikembalikan Kehadirat Tuhan ?

 

Perpisahan yang menyedihkan banyak digambarkan di dalam lagu-lagu, seperti lagu-lagu dangdut Cirebonan, perpisahan dan putus harapan --- lagu “Di Bandara Sukarno-Hatta” yang melankolik penuh kebimbangan, tampaknya kisah cinta Agus dan Ruby akan mengalami hal-hal yang lebih pahit. Agus menghela nafas, mengapa situasi begitu cepat berubah ?

 

(2)

Penampungan TKW di Cijantung itu makin padat ---  selain ke Saudi, ada pula kesempatan untuk ke Taiwan. Ruby sudah mantap akan diberangkatkan, konon visa sudah ada.

 

Di sana hanya menampung gadis dan perempuan cantik dan bersih meyakinkan.

 

Rubiyah telah memutuskan --- bersiap menuju Timur Tengah, perempuan-perempuan di sini sudah berbulat tekad --- apa pun yang akan dihadapi di rantau, siap untuk dialami. Banyak cerita dan gossip yang membekali benak mereka di penampungan.

Perempuan di sini siap --- untuk ditinggal lakinya kawin lagi, suaminya main gila --- macam-macam resiko perkawinan apa yang mungkin dialami. Kontrak diperpanjang sangat mungkin diterima. Memang menjadi harapan, biarlah tambah lama di perantauan.Tidak ada jaminan akan lebih baik di negeri sendiri.

“O, pacar jangan terikat, itu masih orang lain --- dia kawin lebih dahulu, tidak apa-apa, ia pacaran dengan wanita lain tidak apa-apa. Jangan mau dibebani ikatan batin yang meresahkan itu. Mantap saja menuju negeri yang menjanjikan rejeki”.

 

“Jodoh di tangah Tuhan !”, kata seorang perempuan kepada 6-7 wanita yang lesehan di dalam ruangan yang pengap dan sumpek itu.

(3)

Betul juga bisa terjadi, justru wanita perantau itu yang mengalami dilema --- jatuh cinta dengan sesama buruh migran, entah orang Indonesia entah Bangladesh entah Negro --- hidup kesepian dan butuh komunikasi kerinduan, bisa tergoda --- bahkan malah hamil dengan majikan atau keluarga majikan.Banyak kejadian dan gossip tentang hal itu.

Mereka telah siap mental untuk menghadapi nasib di perantauan.

“Jangan ambil pusing dengan ikatan di Indonesia --- hidup kita sungguh berat di perantauan lupakan segala ikatan, apalagi hanya sekadar pacar.”

Itulah pemicu ide --- SMS Ruby kepada Agus.

Ruby berupaya melupakan Agus --- ia berkompensasi seolah-olah memberi jalan kemungkinan bagi Agus.

(4)

Agus kembali menghayati kata demi kata, dan kalimat yang tidak seberapa di SMS itu --- ia menyadari banyak kejadian TKW yang baru pulang, mengingkari ikatan pacaran mereka, bahkan membuat perkara dengan para suami mereka --- wanita yang baru pulang dari Saudi dianggap wanita yang lebih kaya, cukup punya tabungan --- bahkan banyak yang merasa mempunyai lebih pengetahuan dan pengalaman --- melebihi suami atau pacar mereka.

 

Nilai tawar mereka menjadi lebih tinggi di desa --- banyak lelaki yang mempunyai kelebihan memperebutkan ex TKW.

Agus menarik nafas dan menghembuskannya sekeras-kerasnya.Ruby telah menawarkan hal itu --- kembali kepada takdir kekuasaan Tuhan.

 

Apalah artinya “dia” bagi Ruby, lelaki yang bernasib hanya lebih baik sedikit saja dibandingkan buruh tani di desanya, di Kecamatan atau di seluruh Kabupaten sekali pun. Ia, Agus hanyalah seorang pembantu montir perbaikan motor.

 

SMS dan telepon tidak berjawab. Agus bertambah galau.

Ruby dengan 2 temannya sedang dalam penerbangan dengan Maskapai Emirat, interior dan pelayanan yang memabokkan --- di belakang tempat duduk mereka, konon ada seorang lelaki Arab, yang mengawal perjalanan itu ke Pusat Keramaian di Abu Dhabi.

Ruby sudah bertekad ia tidak mau tahu, dan kurang mengerti --- apakah Saudi itu sama atau tidak sama dengan Yordania atau Qatar, ia tidak memperdulikan apakah bekerja sebagai babu atau waiter restoran. Ia hanya ingin bekerja mendapatkan nafkah, dapat membantu dengan pengiriman uang untuk orang tua dan, ketika kembali telah terkumpul modal atau tabungan.

Dia tidak memperkirakan perlindungan atas hak dan nasibnya --- ia tidak begitu tahu. Yang penting ia bisa mendapatkan nafkah --- ancaman dan pengalaman orang yang pahit, hanya terpikirkan sebelum tiba di penampungan.Setelah itu nasib mereka, mereka sadari berada di tangan manusia lain yang lebih perkasa.

Entah di Indonesia, entah di Saudi, entah di mana ……………

[MWA](Cermin Haiku -35)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun