[caption id="attachment_256338" align="aligncenter" width="298" caption="Vox Populi-- Vox Dei"][/caption]
Ini Negeri Demokrasi --- Kompasiana. Com adalah gelanggang demokrasi. Lihatlah panorama Opini, Reportase atau tulisan apa saja --- di sana adalah pernyataan Politik dari sikap politik si penulis.
Kategori atau rubrik boleh apa saja --- maka tulisan dan komentar pun menyatakan sikap politik --- kalau itu anggota DPR atau aparat Pemerintah cerdas, dari sini mereka bisa juga mendapatkan hakekat dari pada Aspirasi Rakyat. (Ngapain memakai APBN bermilyar-milyar) --- lantas dicerna untuk membuat Kebijakan atau kegiatan Legislasi.
Tulisan Harry tentang Pastor Terry Jones, mendapat tanggapan yang meriah lebih 2000-an pembaca --- saya tanggapi :
9 September 2010 | 19:56
0
Bung Harry ! Teknologi Internet memang memperkaya Peradaban Manusia Mendunia — ide, opini, dan macam-macam berita polah dan ulah manusia bisa kita amati dengan seksama. Sejarah manusia terus berlangsung bersama dengan perjalanan waktu. Kisah Pastor Terry Jones membuat tonton ini semacam suspence Trims — Anda dan saya dan semua kompasianer menjadi sidang diskusi yang mencerdaskan. Salam hangat.
Lantas Tulisan Mariska Lubis yang terakhir (saya duga beliau merisaukan situasi di Dunia dan di Tanah Air) berjudul Pelajaran Berharga Dari Era Love and Peace 60’s – 70’s, kategori Sosbud --- ada sikap politik di sana , ini tanggapan untuknya :
13 September 2010 | 09:31
0
Dik Mariska Lubis ! Spontan ! Membaca Judul………..dan sekilas melihat Ilustrasi gambar “Bunga”………Teringat daku pada lagu The Bee Gees……………. San Francisco………………….. Semboyan Peace not War — Love …………not War. Teringat pula daku pada Drama Yunani (?)………..Antigone …(?) Kisah Tindakan Demonstratif Para Wanita Yunani menolak ……….berhubungan Seks dengan lelaki ………….karena lelaki gandrung pada Peperangan……….. Ingat kah Anda ? Tema Ke-Sengsara-an mengingatkan-ku pada salah satu topik Hindusm : Samsara ! Memang, kesengsaraan harus di-manaje — karena menempel pada hakekat kehidupan Manusia — begitu banyak Kitab Suci dan Filsafat mengilhami tentang Ke-Sengsara-an — tetapi selalu saja manusia bertingkah menjadikan ——– simbol Kesengsaraan, kemiskinan, dan ke tidak beruntungan menjadi “Hidangan Politis — hidangan kegemaran Manusia, yakni Pen-Citra-an — yang di dalam Islam disebut “Riyaa”. Terimakasih, tulisan anda menjadi Supplement bagi memori saya.
Juga ada sikap politik di sana, tanggapan-nya pun demikian itu.
Tulisan dan Ide Faizal Assegaf 2 --- tulisan-nya selalu tajam dan panas, bagaimana kita menanggapi-nya ?, ini dia untuk tulisaan-nya berjudul :
Kasus HKBP, Kelompok Anti Pemerintah Terlibat?
Ditanggapi berikut, (dikaitkan dengan Informasi Analisa para Ekonom Amerika Serikat , penerima Nobel, bahwa ekonomi AS cendrung tidak membaik)
13 September 2010 | 08:55
0
Bung Faizal Assegaf ! Pencerahan — mata dan daya nalar segera berbinar. Di Indonesia memang ada pemakaian “politik Ciluk Baaaaaaaaaaaaaaa”. Jadi pada hakekatnya Masalah dikounter dengan masalah baru. Akhirnya masalah bertumpuk. Tenaga yang tersimpan itu berbahaya, seperti Volcano menyimpan Letusan Gunung Berapi. Semoga para Pemimpin mengerti Harus berbuat apa sesegara mungkin. Karena Ekonomi Amerika makin berat tampaknya — Cina telah menguasai banyak sekali Piutang dari AS dan Jepang — kalau kedua negara mengalami Depresi, Indonesia kalau tidak bisa memanage Ekonomi domestik — akan terjadi Krisis. Pemimpin bersikap cerdaslah !
Kompasianer Miss Rochma menulis tentang Opor Ayam untuk menyambut Hari Raya --- dalam keprihatinan keadaan ekonomi Rakyat, ditanggapi
10 September 2010 | 04:59
0
Dik Rochma ! Membaca tulisan-mu — berlinang air mata-ku — teringat satu keluarga yang tinggal di rumah kontrakan murah di Bogor — mereka selalu bersyukur kalau dapat menyuguhkan :Sup Tempe” kepada ke-3 Anak-anaknya. Dari rejeki Abah merreka yang bernama Muhammad, dipanggil tetangga-nya , Pak Mamat. Minta ampun — Ya Allah berikan-lah Rakhmat dan Nikmat-Mu kepada segenap Hamba-mu yang bersyukur dan mengucapkan Takbir. Allahu Akbar !
Tulisan Virtual Addict #3………….Arrie _Boediman La_ede yang filosofis, kategori Regional, ditanggapi berikut :
12 September 2010 | 04:46
0
Bung Arrie ! Kata-mu, Kalimat-kalimat-mu, Seruan-mu — apalagi Mengena Semua-nya, tiada yang sia-sia Joni Malela — Memang harus Mati di sana, dalam arti yang Agung, sebagai Martir Untuk kaum lemah, kaum Miskin, kaum yang Meraba-raba. memang harus Mati di sana — sekali hidup tetapi berarti. Ia mati dan Wafat meneriak-kan Seponggang Kemiskinan di Planet Kemiskinan — suaru kebohongan tertindas oleh Nurani dalam Seponggang yang menggaung ! Sekarang giliran-mu Hai Pembohong ! Seponggang wafatnya Joni Malela lebih merata dalam nurani kami. Selamat jalan Jenazah di kaki Monumen Nasional kami. ———————- Trims dan Salam hangat buat Nurani yang terisak-isak dan berteriak Hebat saudara-ku
Ini polemik menyangkut hubungan Indonesia – Malaysia, salah satunya menyangkut proses kemerdekaan…………….
7 September 2010 | 09:33
0
Bung Zulhabri Sophian ! Ncik, silahkan tulis lebih lanjut —- masalah Pemberontak Komunis Chin Peng itu — Saya dan mungkin banyak Orang Indonesia memerlukan pengetahuan tentang perjuangan menumpas komunis di Malaya.
Merdeka diakui oleh Penjajah atau direbut tidak penting bagi sebuah Negara — Yang terpenting apakah Cita-cita Kemerdekaan bisa diwujudkan dengan Segera dan Konsekwen —- Agar Rakyat menikmati keleluasaan di alam merdeka .— Merdeka Politik, Merdeka Ekonomi, Merdeka dalam Budaya
Ini masalah moral bangsa, dan Kesadaran ber-konstitusi :
7 September 2010 | 08:58
0
Bung Doddy Poerbo ! Penyelesaian Krisis Kepemimpinan, krisis politik atau apapun harus — dilakukan dengan dasar Konstitusi ; Undang-undang Dasar 1945 Amendemen. Tidak boleh melakukan tindakan inkonstitusional — People Power yang mematangkan boleh saja — Vox Populi Vox Dei ! Selamatkan NKRI — Pulihkan Moral Bangsa ! Restore Budaya Progresif Indonesia.
Terakhir, suatu puisi yang berisikan sisi hidup manusia, ditanggapi begini,
7 September 2010 | 08:49
0
Bung Azavantania Ottoman ! Puisi yang indah — mengingtkan saya pada Khalili Gibran dan Doa Jendral Mc Arthur untuk anaknya. Dan satu lagi Puisi saya Untuk Cucu Lelaki Saya …………..yang kemudian saja panggil Dia = Obama (karena kepalanya saja yang mirip)
Lha, Kompasiana.Com adalah Ajang Demokratis --- manfaatkanlah untuk kematangan demokratisasi di Negeri kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H