Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sex-Machine, Ini Nalog-nya [Mini Cerpen – 52]

25 September 2010   10:37 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:58 1099
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

[caption id="attachment_269196" align="aligncenter" width="300" caption="Merawat, mengasuh --- adalah mentransfer kasih sayang yang tulus, bisa menuai cinta"][/caption]

Dengn BMW warna anggur yang dikemudikan Pak Min --- ibu Helge mengantar Ningsih ke arah Lebak Bulus, Wah rumah itu asri sekali, penuh pohon-pohon perdu --- ada pula beberapa pohon buah-buahan.“ Ningsih kamu harus krasan ya di sini --- sepi tetapi segalanya tercukupi di sini”Ningsih mengangguk-angguk, sebenarnya ia segera merasa cocok --- rumah dan halamannya sangat sesuai dengan seleranya .

“Saya senang bu --- ini rumah ibu juga ?”ibu Helge hanya melengos.Ia lantas memanggil mak Pinah, memerintahkan menunjukkan kamar bagi Ningsih.Memang rumah indah itu sepi sekali terasa bagi dirinya--- alangkah enaknya menjadi orang kaya, pikirnya.Indonesia memang negeri elok bagi orang kaya .Inilah tempat bekerjanya yang paling top --- dibanding di Kanada atau Taiwan.

Tanpa basa-basi ibu Helge meninggalkan mereka.Suara terakhirnya sebelum masuk mobil : “Mak Pinah ‘ntar sore dijemput Karno”.

“Mana orangnya ?”

“Pada umumnya ia senang tidur, Ningsih yang pokok bangun pagi, dimandikan, diberi pakaian ganti --- diajak sarapan.Orangnya pendiam, panggil dia ‘Mas Gondo’, jangan panggilan lain ya --- mak pikir tentu pengalaman Ningsih cukup ya. Yang krasan ya. Orangnya tidak banyak ulah, kayak bayi --- bayi masih ada tangis dan rewelnya. Yang krasan ya “Mak Pinah menunjukkan semua fasiltas bagi dirinya dan Mas Gondo yang harus dirawatnya. Lantas Mak Pinah memperkenalkan Ningsih dengan Semi dan Mar --- tukang masak dan tukang cuci.Lantas Pak Harun, Pak Mida dan Pak Sukari yang bergiliran jaga sebagai Satpam.

“Pokoknya harus disayang ya seperti mengurus bayi”Ningsih ingin mengintip dari celah pintu kamar tidur Mas Gondo --- kamar itu bersih dicat berwarna biru muda, prabotan sangat cantik, semua terbuat dari kayu jati.Ia kembali ke kamar yang diperuntukkan baginya --- kamar itu lega sekali, satu tempat tidur jati ukir dengan satu sisi lemari build-in semua dari kayu jati.Lampu kamarnya pun indah sekali, bersih.

Ningsih mensyukuri, ia sangat menggemari kamarnya --- ia buka kamar mandi, wah, kamar mandi yang sangat bersih.Oh, rupanya dari kamar mandi itu tembus pula ke kamar mas Gondo.Desain yang praktis dan indah sekali.Ningsih merasa ia beruntung mendapatkan gaji dan fasilitas yang melebihi rumah kosnya. Ia mempunyai rencana yang muluk-muluk untuk memajukan pengetahuan dan ketrampilannya.. Rasanya suasana dan pekerjaan ini sangat menjanjikan rencananya.Ia bersalin pakaian putih-putih.

“Sih, kamu ambil alih pekerjaan --- bangun tidur ini, ia diseka, punggungnya dibedaki --- yah semua perlengkapannya ada di troli” . Ningsih memegang tangan Mas Gondo, sambil menyapa, dan membantu menukar pakaian Mas Gondo.Tampak mas Gondo tetap dingin saja, tetapi ia sangat menikmati makan siangnya --- ia mengerti bahwa ada perawat baru yang bertugas untuknya.

Di branda belakang Ningsih mencoba menikmati suasana taman yang luas itu sambil mencoba berdialog dengan mas Gondo --- pemuda itu hanya diam, tetapi matanya sekali-kali memberi sinyal komunikasi --- Ningsih mengerti.

“Ningsih, mas Gondo tidak sulit mengurusnya --- ajak ngomong ia bisa mengerti yang kita maksud”Banyak hal yang diceritakan mak Pinah prihal keluarga bu Helge dan juga, status mas Gondo --- Ningsih hanya menyerap saja.Mak Pinah telah memberi tuntunan dan pedoman kebiasaan dan acara-acara yang bisa dilakukan --- yang penting tidak boleh membiarkan mas Gondo kesepianatau terlantar --- itu hal yang sangat harus diperhatikan.Ibu Helge bisa sangat marah apabila mas Gondo kurang mendapat perhatian dan perawatan.Tetapi mak Pinah yakin dengan pengalaman dan kemampuan Ningsih……..

Sore itu mas Gondo akan dimandikan Ningsih di kamar mandi --- dibawah semprotan shower dan washlap, tampak mas Gondo menikmati acara itu --- Ningsih terus mengajak ngomong mas Gondo, berkali-kali mata mereka saling beradu.Mata itu seperti kosong, tetapi terus terang wajah mas Gondo ganteng dengan alis yang tebal, bulu mata yang bagus --- karena kumis dan dagunya dicukur, yah, disana ada rona hitam kehijauan --- leher dan bahu serta wajah itu, sebenarnya ganteng, hanya sorot mata yang kosong dan………sayang mengapa rambutnya dipotong pendek ?Menjadikan roman mukanya seperti orang sakit parah.Mas Gondo telah duduk di kursi dorongnya, dihadapkan ke acara TV --- tetapi ketika ditinggal Ningsih, tampak ia menoleh ke kiri ke kanan.Ningsih memanggil Semi untuk menemani mas Gondo, Ningsih akan mandi --- tadi baju dinasnya menjadi sedikit lembab dan ada bagian yang basah.

Di tutupnya pintu ke arah mas Gondo --- kamar mandi itu bersih, luas dan harum.Mar yang bertugas membersihkan kamar mandi itu. Ningsih tersenyum ia berniat akan merombak susunan kamar mandi itu.Ia bahagia mendapatkan fasilitas yang sesuai dengan selera dan idaman-nya dengan gratis. Dia lihat dipojok ada kursi mandi dan kursi untuk mas Gondo buang air besar --- kalauia tidak mampu duduk di kloset. Di sana ada berbagai alat sanitasi, ada juga lemari berisi berbagai bahan mandi dan perlengkapan mandi yang bersih.Ia tersenyum mengenang kini ia merawat pemuda yang tidak berdaya --- bukan lansia.

Mengurus mas Gondo benar-benar seperti mengurus bayi (terkadang dia tersenyum, bahkan seperti mengurus ‘boneka’) --- semula dalam wajah kosongnya itu, dapat ditafsirkan Ningsih, mas Gondo malu diurus, dimandikan, punggung dibedaki, diberi parfum.Dan baju pun dikenakan. Sebulan sekali dokter Mono datang memeriksa kesehatan mas Gondo --- dokter menceritakan riwayat kesehatan mas Gondo, bahkan ia pernah menemani pengobatan mas Gondo ke Singapura.Di masa kecil mas Gondo ia tergolong anak autis --- setelah remaja sikap dan prilakunya berobah drastis, ia menjadi pemurung --- dan seolah-olah ia hidup di dalam khayal dirinya, yang terkurung dalam pola pemikiran yang tidak bisa keluar dari suasana itu.“ Maka ia juga dirawat oleh seorang psikolog dan psikiater yang mempunyai jadwal kedatangan untuk melihat perkembangan kesehatannya “ itu tambahan penjelasan dokter Mono.

Beberapa bulan ini --- setiap menjelang tidur, Ningsih membacakan berbagai Cerpen, Cerita bersambung, novel, artikel --- macam-macamlah, karena Ningsih beranggapan, apa saja tersedia di rumah itu --- Ningsih mempunyai kegemaran membaca. Ia membacakan seperti seorang guru kepada muridnya --- atau seorang ibu mendongeng kepada puteranya.Ningsih juga mencatat berbagai hal tentang perkembangan kehidupan-nya, apa yangia perbuat, perasaan dan pandangannya mengenai berbagai hal --- termasuk pekembangan mas Gondo.

Setelah ia dengarkan penjelasan psikolog yang merawat mas Gondo, ibu Anti --- Ningsih mempunyai beberapa kesimpulan tentang kejiwaan dan kesehatan tubuh mas Gondo.Keterangan dokter, psikolog dan berbagai buku dan artikel bacaannya --- terutama tentang kondisi anak atau manusia Autis. Beruntung sekali, fasilitas di rumah itu sangat mengasyik-kan Ningsih --- perpustakaan kecil di rumah itu sangat membantu pengembangan perhatian-nya. Memang ia berniat melanjutkan kuliahnya di fakultas psikologi, kalau management rumah tangga yang menjadi tanggungjawabnya tidak terganggu.

Ini bulan ke-enam Ningsih bekerja di rumah mas Gondo --- sudah dua pekan ini ia tidur sekamar dengan mas Gondo.Kamar itu luas. Saat ini ia sedang membaca dan mencatat berbagai hal tentang autistic dari encyclopedia dan buku kesehatan.Di diary-nya tadi ia menulis : luar biasa sejak aku mengembangkan komunikasi dengan mas Gondo melalui elusan, garukan dan pijitan sambil mengucapkan kata-kata dan kalimat yang dimaksud --- tampak mas Gondo mempunyai cara merespon sebagai jawaban………

Mas Gondo adalah anak tunggal – ibunya sendiri telah meninggal, bapaknya tidak diketahui di mana keberadaannya.Oma, ibunya ibu Helge yang merawatnya sejak berumur delapan tahun.Abang ibunya, Om M.Hud meninggal dunia --- ia tidak mempunyai anak isteri, harta warisan-nya antara lain jatuh kepada tiga kemenakannya, Helge, Veronica dan Gondo --- sekarang warisan itu dikembangkan oleh ibu Helge dan Veronica di berbagai usaha……….itulah yang sekarang yang menjamin kehidupan mas Gondo.Mas Gondo sendiri saat ini berumur 32 tahun, belum pernahkawin --- alam pikirannya yang terbatas, dan penyakit yang melemahkan ototnya --- membuat ia selalu dalam perawatan dan bantuan orang lain.

Ningsih saat ini berumur 29 tahun --- ia telah tiga kali menikah, tanpa anak. Suami pertamanya Timung, seorang pelaut yang kasar --- perkawinan mereka karena perjodohan yang diatur orang tua --- kini Ningsih yatim piatu.Dulu setelah menikah mereka tinggal di rumah orang tua Timung.Makin lama kedatangan Timung bukanlah saat yang ditunggu-tunggu, kedatangan Timung tidak membawa apa-apa --- di ranjang juga dia kasar, mementingkan diri sendiri……….suatu saat Ningsih ingin sekali mencapai kepuasan dengan caranya sendiri, karena Timung tidak berdaya memberinya orgasme …………tiba-tiba saja Timung menerjang dan menendang tubuhnya hingga terjerembab ke lantai. Sejak itu ia mogok seks.Apalagi setelah ia mendapat GO yang telah membuat parut dan menutup fallopian tubes-nya, iaakan sukar untuk dapat dihamili. Mereka cerai.

Suami keduanya Harry, juga manusia kardus, lelaki yang tidak bertanggungjawab --- Ningsih-lah yang mencari nafkah sebagai buruh garment--- sedang ia menjadi calo entah apa, penghasilannya tidak pernah sampai ke rumah kontrakan mereka.Tidak jelas apa yang menyebabkan ia menjadi impoten --- ia pulang ke rumah hanya untuk tidur saja.Maman Setiawan suami ketiganya, seorang Bar Tender yang doyan berjudi --- ekonomi mereka morat marit, bahkan hasil jerih payah Ningsih dari Kanada pun ludes tidak berbekas.Yang menyakitkan hati Ningsih, ia sering membawa pacarnya ke rumah --- mengajak bermain bertiga, kalau Ningsih menolak --- malah mereka bermainmeriah berdua. Mendongkol sekali hati Ningsih.Bahkan satu saat dia mengajak bermain berempat dengan membawa teman lelakinya. Ningsih tegas menolak. Percecokan dan ketidak cocokan konsep perkawinan --- membubarkan perkawinan itu.Ningsih walaupun hanya berijazah SMA, tetapi ia seorang yang berpandangan jauh ke depan dalam kehidupan.

Belakangan ini Ningsih selalu mandi bersama mas Gondo --- Ningsih selalu aktif dalam mandi busa di bath-tub, terkadang ia memeluk dan mengelus, menggosoki badan mas Gondo dari belakang.Tetapi ia paling senang duduk di atas paha mas Gondo --- ia bisa orgasme dengan menggosokkan vagina di lutut dan paha mas Gondo.Sejak pertama melihat penis mas Gondo di hari pertama memandikan mas Gondo ---ia mengagumi penis itu --- panjangnya setengah telapak tangannya, warna gland-nya indah sekali, semu pink, bersih, selingkaran telunjuk dengan jempolnya.Ia puas memandikan mas Gondo dengan menggosok semua celah tubuh sampai jari-jemarinya. Ia terkadang geli melihat sedikit ulas senyum mas Gondo.

Ia ingat suatu bacaan………menurut Penyair W.S. Rendra bahwa,bentuk vagina-lah ciptaan yang terindah di dunia ……….tetapi bagi Ningsih sebaliknya ………dari kecil ia mengagumi penis, tetapi penis mas Gondo-lah yang terindah --- apakah ini(semacam clitoris-envy atau apa ini, di dalam tema psikologi )?

[Bersambung Epilog]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun