Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Serial Spionase (07) Ada Casus Belli, Perang Bagi Korea Utara adalah Final, Perang Nuklir(?)

25 Mei 2010   13:59 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:58 893
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bulutangkis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Vladislav Vasnetsov

Korea Utara menyampaikan slogannya, "Membayar Dendam dengan Dendam, Perang dengan Perang". Menurut Nara sumber (ex Kompas.Com) analisa ancaman perang dari Korea Utara itu, berasal dari Solidaritas Intelektual Korea Utara (NKIS - North Korean Intelectual Solidirity) yang  berbasis di Seoul --- ini mata rantai kordinasi spionase dan Intelijen Korea Selatan. Dengan merekrut para pembelot dari Korea Utara..  Korea Utara jelas menganggap Korea Selatan (dan Barat---baca Amerika Serikat), akan menjadikan insiden tenggelamnya kapal perang Korea Selatan sebagai "Casus belli".

Casus belli --- Alasan untuk menyatakan Perang. Slogan di atas merupakan slogan Demonstrasi besar-besaran yang akan dilaksanakan Korea Utara.  Memang kekuatan Korea Utara bukan hanya terletak pada Peluru Kendali "Taepodang-nya --- tetapi kekuatan milisinya yang telah pernah digelar pada Perang Korea I, mobilisasi serangan darat.  Akankah Amerika Serikat bersiap untuk meladeni ancaman Korea Utara ?

Siagakah Rudal Penangkis Patriot Jepang apabila terjadi Perang Korea II ---  maukah Jepang menjadi ajang sasaran pengeboman Nuklir ?  Melebihi kerusakan seperti apa yang pernah dialami Nagasaki dan Hiroshima ?  Di atas kertas Jepang tidak akan berani mengambil risiko melibatkan diri. Lebih-lebih dalam jangka panjang.

Dalam krisis percobaan Rudal jarak jauh Taepodong-2 Korea Utara April 2009 ---- Jepang mengirim dua kapal  penghancurnya  Kongau dan Chokai ke Laut Jepang, tentu bekerjasama dengan Amerika  Serikat --- dengan mengandalkan Aegis,  yang telah dipersiapkan sejak beberapa insiden di laut mau pun di darat Semenanjung Korea.

Waktu itu Korea Utara memberikan ancaman --- penembakan Jepang terhadap rudal percobaan Korea Utara --- berarti "Pernyataan Perang".  Wah.

Sejak awal 2009 kedua perbatasan Korea memang telah saling berhadapan --- banyak program rekonsiliasi dan proyek kerjasama ekonomi yang telah disepelekan Korea Utara ---- tampak telah dua tahun ini Korea Utara memang sengaja mengukur posisi Amerika Serikat di Semenanjung Korea --- karena perhatian AS terhadap perang melawan terorisme di Timur Tengah, dan krisis Nuklir Iran..

Tegakah Korea Utara mengebom nuklir Korea Selatan ?

Korea Utara, yang sudah berkali-kali mengancam akan menggunakan senjata nuklir untuk menghancurkan Korea Selatan --- yang dianggapnya negara boneka. Korea Utara menganggap wilayah Korea Selatan dijadikan basis yang mengancam kedaulatannya.  Karea Utara berkali-kali meminta akses untuk memeriksa langsung persediaan senjata nuklir di wilayah Korea Selatan.  Paling terakhir pada saat awal pemerintahan Presiden Obama ---- Amerika Serikat tetap menjawab bahwa senjata nuklir AS telah ditarik seluruhnya  dari Korea Selatan pada tahun 1991.

Lantas ditujukan kepada negara mana tumpukan senjata nuklir Amerika Serikat , kalau memang ada di sana ?

Ini harus dirunut pada pengalaman Perang Dunia II.  Apakah rudal balistik tidak cukup ampuh digunakan dari wilayah AS ?

Memang tampaknya Amerika Serikat atau pihak Barat masih meragukan kemampuan rudal balistik Korea Utara, yang dinyatakan mempunyai kapasitas sampai wilayah AS di Alaska dan wilayah Pantai Barat.   Apakah sistem rudal AS tidak mampu menangkal  Taepodong-2 ?  Itu hal yang mudah bagi Amerika yang telah mempunyai perisai penangkal Patiot untuk mengamankan negerinya.

Yang dikuatirkan Amerika Serikat adalah pengalaman bagaimana cara AS memasuki gelangang Perang Dunia I dan Perang Dunia II, justru digunakan Cina untuk melumpuhkan AS dengan serangan nuklirnya --- yang kapasitasnya telah teruji.

Amerika Serikat tidak mempunyai waktu seperti bagaimana AS mengamati Perang Dunia I, dan kemudian terjun dalam kancah perang --- setelah Jerman  mengembangkan kekuatan anti AS di Selatan AS (seperti Meksiko dan anasir-ansir di Texas Mexico,  New Mexico dan Arizona) . AS menyatakan Perang pada Jerman  06 April 1917, dan  07 Desember  di tahun yang sama terhadap Austria-Hungaria.

Begitu pula, proses Perang Dunia II sedang berlangsung --- terjadi kemelut diplomatik Jepang dengan Amerika Serikat.  Amerika Serikat mengajukan berbagai syarat mengenai posisi kekuatan ekspansi militer Jepang di Cina dan Asia Tenggara. Kemelut itu akut, sebelum rencana Amerika Serikat menyerang Philipina atau Asia Tenggara --- Jepang mendahului menyerang AS di Pearl Harbor. Amerika Serikat masuk di kancah Perang Dunia II.

Perang Korea I benar-benar hanya mengandalkan persenjataan konvensional --- dengan manouver pergerakan mobilisasi tentara darat dari Cina, terutama --- dan kegigihan tentara Korea Utara merangsek ke Selatan.  Perang itu merepotkan Amerika Serikat dan Korea Selatan.

Kalau ditemukan Casus Belli dan momentum untuk memicu Perang Korea II (?), melihat gelagat persiapan Korea Utara sejak gencatan senjata  (1953) --- dan secara teknis gencatan senjata Perang tersebut , tidak diakhiri dengan Perdamaian --- maka selalu saja Korea Utara menantikan Casus Belli.

Amerika Serikat, Korea Selatan dan Jepang, perlu berhati-hati terhadap niat Korea Utara melanjutkan Perang Korea, ini persiapan mereka :

Ø      Rudal Jarak Pendek: Korut mempunyai beberapa jenis peluru kendali jarak pendek. Yang paling akurat tembakan dengan jarak  adalah KN-02,  ber- jangkauan 100  kilometer.  Rudal ini   dipersiapkan untuk  menghancurkan instalasi militer Korea Selatan. Pyongyang juga memiliki  rudal Scud B dengan jarak tembak 300 kilometer, Scud C (500 kilometer) , dan Scud D (700 kilometer), Ketiga jenis peluru kendali itu sudah diuji coba dan ditempatkan di pelbagai posisi. Dipersiapkan untuk menyerang pelbagai sasaran  di Korea Selatan.

Ø      Rudal jarak Menengah : Nodong dapat membawa kepala nuklir dengan jarak tembak 1.000 kilometer .Peluru kendali   ini sudah diuji coba pada Mei 1993,   Ia bisa menjangkau hampir semua wilayah Jepang.

Ø      Rudal Jarak Jauh ;

o        Teapodong-1 :Jarak tembak 2.200 kilometer   Peluru kendali jenis ini sudah diujicoba pada Agustus 1998 di atas wilayah utara Jepang. Taepodong-1 dapat menjangkau pangkalan militer AS di Okinawa.

o        Taepodong X : Rudal berbasis darat ini masih dalam pengembangan dan belum diuji coba. Taepodong X diyakini mempunyai jarak  tembak 4.000 kilometer sehingga mampu menjangkau pangkalan AS di Guam, Peluru kendali jenis ini  dapat ditembakan dari sistem peluncuran mobil.

o        Taepodong-2 : Mempunyai jarak tembak 5.000-6.000 kilometer dan mampu menjangkau Hawaii, Alaska, dan wilayah Pantai Barat AS.  , Taepodong-2 akurat dan mampu membawa kepala nuklir ukuran besar.

Memang dalam uji coba belasan tahun yang lalu, masih ada halangan teknis dan akurasi, tetapi banyak laporan yang dikemukan bahwa Korea  Utara telah mencapai kemajuan dalam menyempurnakan sistem rudal balistiknya.

Katakanlah seperti hasil pengkajian di bawah ini :

Bruce Bennett, analis dari organisasi  nirlaba berbasis di Califiornia, RAND Corporation, mengingatkan arah peluncuran sebuah roket pada fase awal atau " fase dorongan" tidak jelas. "Apalah mengarah ke AS atau ke tempat lain."

Inilah salah satu dorongan mengapa Amerika Serikat selain sudah memiliki Sistem Pertahanan dengan Satelit --- masih membutuhkan sinyal dan basis serangan dan pertahanan di negara-negara  lain di luar wilayah negerinya  ---- Perang Konvensional membutuhkan wilayah perang yang jauh dari wilayah negerinya ---  serangan nuklir pun masih membutuhkan perisai jauh dari negeri paman Sam.  Itulah alasan mengapa wilayah Korea Selatan sangat dibutuhkan Amerika Serikat --- selain Pangkalan di Jepang dan Philipina.

Mari kita amat-amati --- agar efeknya jangan mengancam ekonomi dan lingkungan hidup Indonesia (?).  Atau apakah Indonesia telah mempelajari dan mempunyai sistem penangkal bencana perang nuklir dari wilayah lain ?   Mboh mboten sumerep kulo

Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun