Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Serial Paranormal (01) Feng Shui dan Tahi Besi Tuk Elok

15 Februari 2010   02:12 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:55 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Menyangkut letak tanah, dipercaya bisa bertuah atau sebaliknya membawa kesialan.  Mengapa letak tanah mempunyai perbedaan kekuatan ?  Apa, karena setidaknya ada empat bidang  yang bersinggungan dengan arah mata angin. Arah mata angin adalah medan elektromagnetik yang mempengaruhi benda-benda di muka bumi. Mengapa Allah memberi ukuran --- ada kekuatan magnetik ke arah Utara ? Maka, memungkinkan manusia bisa berorientasi ke arah mana pun.


Feng Shui ilmu yang klasik --- masih terpakai dalam khasanah Budaya manusia di seluruh dunia --- ilmu harmoni, ilmu yang menjawab pertanyaan manusia di dalam kebebasan-nya "memilih",  di mana "aku" bertempat tinggal, bercocok tanam, bekerja, bahkan meletakkan barang.  Ilmu Klasik yang sangat berguna, sampai saat ini,  di masa kebudayaan kontemporer untuk menjawab masalah hidup manusia..


Feng Shui, ilmu yang menjawab masalah keselarasan Manusia dengan Alam.  Secara filosofi kebudayaan manusia di sudut mana pun mereka berada, gejala alam  selalu secara empiris di-"alami"--- hakekatnya manusia mau aman - tentram - bernasib baik - terhindar dari mara bahaya. Bencana dalam kehidupan.  Feng Shui ilmu dari khasanah kebudayaan Cina, apakah ada warisan nenek moyang orang Indonesia. Ada !


Ada  cara, metode, tradisi atau rituil --- suku-suku di Provinsi NAD, suku-suku di Sumatera Utara, ada juga di Kalimantan , Papua dan seluruh Propinsi di Indonesia.  Mereka memiliki Budaya untuk tetap survive semacam ilmu Feng Shui itu.


Di Medan, Tuk Elok dari Puak Melayu --- ini kisah klasik.  Dulu ia sendiri, di rumahnya setiap malam Jum'at--- masih membakar kemenyan atau dupa --- setanggi kata mereka.  Dia Muslimah, malam Jumat ia membaca Surah Yassin.  Apa manfaat membaca Surah Yassin, dia yakin Allahu Rabbi menjanjikan fadillah, manfaat bagi manusia.  Lantas ia ada rituil dengan anak-anak gadisnya setiap malam, mengasah kayu gaharu atau cendana, cairan harum itu menjadi masker bagi para wanita sebelum tidur--- harum seperti setanggi yang dibakar.  Harum seantero rumah --- tidak ada nyamuk malaria, nyamuk filariasis dan suasana menjadi sentosa, sehat wal afiat.  Seperti pembacaan doa  juga rituil itu.

Menangkal bahaya alamiah nyamuk dan penyakit dengan rituil yang alamiah pula.


Apakah ke-arifan lokal itu, warisan animisme nenek moyang dari Asia, atau peninggalan Hindusm --- yang tidak berlawanan dengan Akidah  Islamnya ?  Karena tidak berlawanan-lah  akulturasi itu pelan-pelan saling mengisi menjadi Budaya yang harmonis.

Sekarang masih ada  rituil semacam itu di masyarakat ?  Mungkin ada dengan sublimasi yang tinggal pada esensi "Doa".  Dalam upacara kelahiran, perkawinan dan kematian.   Hakekatnya manusia membutuhkan Doa sebagai Budaya --- mengiringi kelahiran, perkawinan, kematian dan segala macam masalah hidupnya, sehari-hari.  Budaya yang Praxis untuk tetap survive!   Kalis Sambi Kolo --- kata orang Jawa.


Feng Shui  dan Ilmu Tahi Besi Tuk Elok, hakekatnya manusia ingin menguasai dimensi "Ruang" dan dimensi "Waktu" --- manifestasi doa selamat menguasai "letak" --- dalam transcendental kurun waktu yang lalu, kini, dan masa depan.


Masa lalu di masa "Nenek Moyang" ---  masa kini,  dan masa depan  "Anak-Cucu"  yang  memerlukan "kepastian".   Certainty yang dikompensir dengan panjatan doa.  Ke atas, ke Langit, ke Angkasa bersama asap dupa, setanggi,  kemenyan --- seperti saat ini rasa percaya diri dengan  wewangian parfum di tempat-di ruang penghayatan kesuksesan.  Wangi !    Harum  !


Tuk Elok di masa hidupnya, sebagaimana diperlakukannya di lahan rumahnya, kebun-nya.  Ia menanam tahi besi di ke-empat sudut tanah atau rumahnya.  Agar apa ?  agar selamat, survive --- sejahtera dan berkembang rejeki-nya, ia dan anak cucunya.


Kalau anak dan cucu-nya, mempunyai rejeki membeli tanah atau rumah,  tanpa diminta --- dengan ikhlas ia berdoa sambil menanam tahi besi sesuai tata cara rituil-nya.

Sebelum rumah ditempati, sebelum diadakan doa oleh Penghulu dalam acara kenduri yang Islami --- ia tidur di sana untuk berdoa.  Sendirian !

Ia ikhlas tanpa diminta.  Demi keselarasan alam dan anak-cucunya.  Amin.


Apa lagi tindakan pengaruhnya atas  "pengembangan rejeki anak-cucu" -nya ( "kejembaran" - Jawa ) ?  Dari rasa syukur Illahiah.  Ia menanam pohon yang berbuah dan pohon yang berbunga.  Yang pasti ia menanam pohon "Bebuas" , "Hanjuang'" dan "Legundi".

Ia tentram, ia berdoa, ia mensyukuri kurnia Allah --- atas berkat doa mereka selama ini. Amin

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun