Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Serial Filsafat (01) Hanya Manusia yang Mampu Bertanya

23 Januari 2010   14:41 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:18 772
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Bener nih ?  Memang benar---manusia bisa bertanya banyak hal tentang dirinya, lingkungannya, bahkan secara spiritual ia bisa bertanya pada Tuhannya. Konon kemampuan dunia fauna khasnya sebatas mempunyai instinct-naluri.  Naluri memenuhi kebutuhan tubuhnya, naluri menemukan pasangan, naluri  untuk menghindari bahaya, hakekatnya naluri untuk bertahan hidup.  Konon dolphin, paus , dan ikan hiu bisa berkomunikasi---memang banyak fauna, para hewan yang mempunyai berbagai cara dengan nalurinya, berkomunikasi--- tetapi mereka belum terbukti mampu bertanya. Kalau ada fauna yang mampu bertanya niscaya mereka pun mempunyai kemampuan "menjawab"-berarti mereka bisa berkomunikasi panas !  Hanya manusia di alam ini yang mampu bertanya ( tentu akan berjawab, walaupun seandainya ia bermonolog di dalam dirinya).

 

       Flora bagaimana ?  Dari bacaan selama ini, penulis baru bertemu ada beberapa peneliti berpendapat : flora ada yang mempunyai kemampuan emosional bukan naluri seperti di dunia fauna.  Bahkan ada beberapa jenis tanaman demikian kuat ikatan emosional-nya dengan manusia tertentu, umpamanya.  Ia bisa memantau seberapa jauh pun  letak geografis memisahkan mereka, bahkan berlainan benua.  Tanaman itu tahu apa yang dialami "sahabat manusia-nya" itu. Manusia bisa bertanya-tanya mengenai tanaman, atau apa saja--- tetapi tanaman yang emosional itu tidak bisa bertanya mengenai "keadaan "  manusia dan lingkungan-nya.

 

       Metode pemikiran mempertanyakan hakekat manusia ini menjadi ranah filsafat.  Kemampuan ini menjadi perhatian kaum pemikir dan filosof-sejak kaum filosof di jaman Yunani sampai saat ini kaum pemikir atau filosof kontemporer. Terkenal sekali perkataan Socrates: "kenalilah dirimu ".  Dari jaman itu pun manusia mampu merumuskan tanya-jawab tentang dirinya.  Kalau-lah manusia tidak mempunyai kemampuan bertanya, tentu hidup kita tetap sama dengan nenek moyang---tidak ada perubahan lain dalam hidup manusia .

 

       Hasil manusia bertanya-tanya timbullah satu unsur penunjang hidup manusia.  Yang namanya Kebudayaan, cara budaya manusia menjadi salah satu yang membedakan manusia dengan para hewan.  Hewan tetap hidup secara naluriah sama dengan  cara hidup nenek moyangnya. Memang fisik mereka seperti juga manusia  bisa mengalami evolusi  menyesuaikan diri dengan hukum alam lingkungannya.  Bisa fisik mereka dan tingkah lakunya berubah, secara alamiah. Terhadap manusia.  Alam bukan saja memaksa perubahan fisik manusia, tetapi bisa pula sekaligus manusia merubah budaya hidupnya, untuk menyesuaikan dengan perubahan alamiah itu.

 

       Dari hasil bertanya, manusia menemukan kebudayaan bagi menunjang kehidupannya. Budaya manusia bisa berkembang secara evolusioner perlahan-lahan---bisa pula secara revolusioner menemukan cara yang merubah hidup masyarakat manusia secara drastis. Bahkan sekarang manusia bisa memanipulasi budaya agar bisa mencapai ukuran standar yang dikehendaki.  Mengapa bisa demikian ?

 

       Karena manusia mampu bertanya-manusia menemukan jawabannya.  Kemampuan bertanya manusia bisa menghasilkan standar.  Standar pengetahuan, standar pengujian, standar kehidupan, standar kebenaran, standar norma dan etika, standar keindahan ---dan  berbagai standar yang diperlukan dalam hidup masyarakat manusia.Untuk apa  ?   Untuk bertahan hidup, untuk berkehidupan yang maju (karena pengaruh peradaban sesama manusia di dunia), dan untuk kemampuan mengelola perubahan secara budaya.  Standar hidup yang dipertanyakan manusia menyangkut ‘Nilai'-rasa aman, nyaman, adil, puas, tentram dan banyak hal-hal yang positif lainnya.  Itulah sebabnya Budaya kita memberikan kita organisasi "Ke-Negara-an"  untuk menjawab berbagai kepentingan kita sebagai manusia.

 

 

       Mengapa kita ingin terlibat secara intensif terhadap segala gejala dalam lingkungan kita ? Entah alamiah, entah kemasyarakatan, entah kenegaraan, entah hal yang sebenarnya tidak langsung ada kepentingan fisik kita, sebagai manusia.  Karena apa ?  Mengapa Itu tadi, karena manusia mempunyai kemampuan bertanya.  Ada Kepentingan dalam pertanyaan manusia.

 

       Untuk mempertanyakan  keberadaan manusia itu  - jawabnya bisa berbeda-beda dalam kurun yang berbeda, dalam tingkat budaya yang berbeda - jadi budaya yang menjadi alat bantu manusia bisa makin mendekatkan apa hakekat keberadaan manusia.  Nanti kita akan sampai pada suatu jawaban yang paling kena di saat ini.  Menurut Plato dan Plotinos --- manusia ialah  suatu makhluk illahiah, makhluk yang dekat dengan keberadaan illahi, Sang Pencipta.  Epikuros dan Lukretius sebaliknya  mendapat jawab bahwa manusia adalah suatu makhluk yang berumur pendek  (mungkin parameter yang disadarinya --- alam sang penunjang kehidupan lebih panjang umurnya, dari kenyataan  manusia berganti-ganti generasi demi  generasi ). Rene Descartes ( 1596-1650) seorang filosof Perancis,  dia hidup di kalangan yang terus menerus mempertanyakan berbagai ‘ide' yang melekat dalam masyarakat.  Dari berbagai hipotesanya sampailah ia pada hakekat keberadaan manusia :  "Cogito ergo Sum-Saya berfikir maka saya ada ! "  Alangkah hebatnya pendapatnya itu. Cogito ergo Sum.

 

       Bagi kaum Muslimin, firman Allah menyatakan bahwa manusia adalah khalifah di alam dunia ini-apatah misi-mu manusia ‘Sang Khalifah ?'

Apa artinya firman itu ?  Tiada lain, engkau adalah Sang  pengelola alam semesta.  Apa ?  Mengapa ?  Bilamana ? Dimana  ?  Siapa  ?   dan Bagaimana ? Itulah sahabat manusia dalam mengelola alam menurut filosof Rudyard Kipling.  Tidak ada kata-kata tanya lain selain  ke-enam sahabat hidup keberadaan manusia di alam dunia ini.  Ke-enam kata tanya itu adalah hakekat kemampuan keberadaan manusia di alam dunia ini. Jawabnya  adalah Budaya-Bagaimana adalah Budaya  itu. Budaya adalah hasil pertanyaan manusia.

 

       Bagaimana manusia bertanya pada Tuhan-nya ?  Berdoalah !   Konotasi ‘berdoa' adalah bertanya pada Tuhan untuk memperoleh jawaban.Ada dua buku yang menjelaskan bagaimana Tuhan menjawab doa manusia---satu buku ditulis oleh seorang Barat, satu buku lagi oleh seorang Muslim yang kompeten.  Kedua-nya menyatakan bahwa Tuhan menjawab doa manusia, melalui kemampuan ‘naluri manusia'.  Lho !

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun