Gambar berpacu dalam bingkai antara Bekasi dan Jatinegara
Jam 7.47 pagi
Antara Bekasi-Kranji-Cakung-Klender Baru, dan Jatinegara lagi
Gadis itu tertidur dengan kepala terkulai
13 tahunan
pahanya tercilak tidak memakai celana.
Ia kecapaian dari lepas magrib sampai dini hari --- melayani lelaki di taman Jatinegara, tempat bermain judi dan mereguk kopi
Lelaki suka-suka --- para Gembel ibu kota
Di bawah bougenville tak berduri --- dua tiga daunnya berwarna lila
Uang 63.150 rupiah disetorkan pada bos, alamatnya di bawah jembatan layang Jatinegara.
Ia kelelahan --- ia tidak ada yang memijat, tetapi dini hari itu setelah uang disetorkan---Ia memijat,
setelah itu bos memangkunya di atas ban bekas,
truk
enjot-enjotan di atas ban truk
ia sengsara --- tiada yang membela , kecuali bos yang ada tattonya di pusernya --- gambar bendera nazi
dulunya Wati adalah pengamen anak-anak piyek,
begitu merebak ia tertidur di gerobak mbak Sani --- ia menjadi pelayan lelaki, apalagi seperti raja Jawa yang suka payudara “ri randu”
kategori ri randu.
iya Wati mempunyai payudara ri randu.
Ia menjadi gundik si Obet raja si raja tega.
Bertatto di pusernya --- juga ada di bahu kiri gambar palu arit
Namanya Obet
Si Wati kelelahan
Kepalanya terkulai di bibir ban bekas
Bekas truk
Adakah komisi-komisian di Negara ini, yang peduli pada kelelahan anak gadis 13 tahunan
Di tepi rel kolong jembatan layang di Jatinegara.
Dia Wati anak jalanan
Gembel yang capai ketiduran.
(MWA)
[caption id="attachment_96950" align="alignleft" width="300" caption="Dari batu pal, mampir di gorong-gorong --- nasib manusia pada rel yang sama. Dari Sana mampir ke Dunia yang fana."][/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H