Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sekilo Beras, Setengah Kilo Gula, Plus-plus [Planet Kemiskinan-19]

7 September 2010   11:19 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:23 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Selepas sholat subuh Mak Maryam telah berhias seperti akan berangkat menyambut hari kebesaran --- ia telah memakai sarung dan kebayanya yang paling jreng, ia amati wajahnya di cermin --- muka kriputnya sangat ia kenali, digerak-gerakannya tulang punggung dan pinggangnya. Ia merasa fit.Ia akan menuju ke rumah Mak Casbandi.

Mak Casbandi juga sudah duduk menunggu di depan rumahnya yang reyot --- anaknya si Kadir belum bangun --- si Tua ini walau pun  telah bersolek bersih dan, memakai bajunya yang paling patut.Ia bergegasberberes-beres, menggeser letak beca anaknya, agar ia bebas untuk menyambut tamunya.Mak Casbandi, telah rabun matanya --- maka teman sebayanya terkadang memanggilnya si Rabun.Biar pun subuh itu masih gelap, ia merasakannya seperti biasa saja..

“Assalumu alaikum “

“Alaikumussalam “ . Dua wanita tua itu saling tuntun, seperti layaknya orang yang akan menuju ke tempat perhelatan --- yang meriah dan menggembirakan hati.

Kalaulah kita bisa membuka hati mereka --- hati dua wanita itu layaknya dua gadis remaja yang akan ke pesta di sekolahnya. Niscaya adegan ini mengharukan hati kita.

“Sahur jam pira mau Yam ?”

“Jam dua, langsung tidak tidur lagi --- tes sholat subuh aku pakaian lengkap --- kita jangan tertinggal, nanti keburu ramai, Bun”Maryam yang menuntun mempercepat langkahnya..Pagi hari telah semu terang.

Di jalan mereka bertemu dengan ‘Laskar Rakyat” dengan berbagai baju warna-warni --- wajah sumringah dan penuh harapan. Maryam dan teman yang dituntunnya mempercepat langkahnya.

“Gajian --- gajian………..wayae’ “Mang Misrail bersorak-sorai dengan teman-temannya pensiunan tukang beca --- suara mereka sudah tidak ada yang jelas betul ngomongnya --- lelaki gagah yang telah ompong.Bahkan Mang Jali datang tertatih-tatih dengan tongkatnya.

“Minggir tak tutuk kowe Sarjan !”serunya karena temannya asyik bercengkrama menghalangi jalannya. Itu jam 5 pagi --- kelompok Rakyat miskin mulai bergerombol di pagar luar Show-room mobil “ Pacitan Bong”

Memang Boss Show Room itu --- Haji Margono Bong ada hajat.Ia bekas pelaut yang dulunya tinggal di Kampung Melayu Semarang, tepatnya di jalan Petek --- setelah ia tua ia ikut pindah ke kota isteri mudanya di Cirebon. Isteri mudanya itu diberinya modal membuka show-room --- walaupun ia tidak asli Wong Cirebon, tetapi karena jiwa sosial isterinya, Hajjah SitiJazirah --- Margono cepat terkenal dan berpengaruh di Cirebon.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun