Buku Rekonstruksi Sejarah Islam yang ditulis Akbar S. Ahmed, seorang Pengajar/Profesor Universitas di Inggris dan Amerika Serikat, Excutive Producer BBC – serial TV --- menjadi acuan kita menyoroti Kepemimpinan Ayatullah Khomeini, yang telah merobah peta Geopolitik di dunia.**)
Ayatullah Khomeini adalah seorang aktivis cendekiawan (h.173) --- untuk mendukung pernyataannya ia menggunakan hadits dari Rasullah --- Ini kutipan : “………….’Cendekiawan adalah penguasa masyarakat,’ dia menyebutkan. Tulisan dan komentar politiknya --- dan dia mempunyai kecendekiawanan selama masa hidupnya --- mempunyai logika yang kuat, karena itu diperoleh dari sejarah dan pemikiran awal Islam. Buku-buku dan ceramahnya tentang pemerintahan Islam menjadi kekuatan umum selama revolusi pada tahun 1970……….”
Ayatullah Khomeini memimpin Revolusi di Iran --- kekuatan militer Pemerintahan Iran, dinas rahasia Savak-nya, dibuat tidak berdaya --- bahkan kekuatan Amerika Serikat, sekutu yang menopang dinasti Shah Iran pun tidak berdaya --- Shah Iran Reza Pahlevi tumbang.
Apakah Revolusi itu ?
Revolusi bisa terjadi --- dengan cetusan momen yang sekonyong-konyong saja. Revolusi harus dimulai dengan menguasai kendali pemerintahan --- maka itulah syarat sekonyong-konyong itu --- selalu timbul sekenanya oleh karena pemerintahan yang ada itu sebenarnya --- sudah kropos dan goyah.
Bagaimana Ayatullah Khomeini memenangkan kendali pemerintahan yang sudah kropos itu, sederhana sekali --- “……….Tidak seorangpun yang mengerti selain Khomeini arti pentingnya memobilisasi massa melalui simbol tradisional keagamaan. Dia menggunakan prosesi tazyah yang diperingati di Karbala, tempat yang bersejarah ketika Husain mati syahid, dalam memobilisasi masyarakat. Pada tahun 1978 dia mengirimkan pesan ke semua bangsa Iran meminta mereka untuk mempersiapkan gerakan massa pada bulan Muharram. Hal ini akan memecahkan mental militer, yang tidak mempunyai keinginan untuk membunuh bangsa mereka sendiri. Dengan mengubah tradisi duka cita terhadap kesyahidan Husain selama Asyura dalam menentang Shah, Khomeini sekali lagi menyentuh perasaan bangsa yang paling dalam. Kesyahidan Hussain merupakan akibat dari perang antara Keadilan – Tirani………..”
(h.174 – italic , bold dan huruf kapital dua kata terakhir oleh pen.)
Sederhana saja pemicu Revolusi Islam Iran itu ---- “……….Bangsa Iran Modern mengerti akan pesan itu. Bulan Muharram 1978 digunakan untuk bergerak dalam rangka menghapus monarki dan menentukan Negara Islam dan selanjutnya menentang AS…………” (idem)
Sejarah telah mencatat Republik Islam Iran terbentuk, Amerika Serikat bertekuk lutut tidak berdaya --- bahkan Operasi Intelijen (militer ?) yang dikerahkan PresidenAS, Jimmy Carter --- Gagal. Lho ?
Memang Revolusi menuntut perubahan yang drastis dan seksama (setelah dicetuskan) --- ingatlah teks proklamasi dan Revolusi Kemerdekaan Indonesia. Syarat sekonyong-konyong “sepele’” --- info bahwa Jepang kalah perang, dipicu semangat pemuda ………dan kecerdasan para Pemimpin Nasionalis --- berkobarlah Revolusi Indonesia. (bahkan Bung Karno mengatakan, sampai malam 30 September 1965 di Gelora Bung Karno, bahwa Revolusi Indonesia belum selesai --- membongkar dan menjebol. Lho ?)
Begitu pula berbagai revolusi terhadap kekuasaan yang pernah ada dalam sejarah di muka bumi ini --- Revolusi Rusia, Revolusi Cina, Vietnam, ataupun Kuba. Dicetuskan dan harus ada Tokoh Pemimpin-nya. Pemimpin-lah yang mengerakkan mekanisme Revolusi selanjutnya --- menggunakan kekuatan untuk merubah keadaan, sistem politik dan sosial.
“…………Bagi Khomeini Islam adalah suatu sistim universal, tidak mengenal batas. Memang hal ini menimbulkan argumen yang sangat kuat untuk membujuk dia berbicara hanya tentang Iran dalam rangka untuk memobilisasi Bangsa Iran. Hal ini membutuhkan diskusi lebih lanjut untuk meyakinkan dia bahwa Presiden Iran harus orang Iran, tidak hanya seorang Muslim……….” ( idem).
Untuk memenangkan tujuan revolusi --- Pimpinan Revolusi harus merangkul sebanyak-banyak anasir di dalam masyarakat. Revolusi harus menggambarkan sejelasnya nilai apa yang akan dicapai dalam perubahan itu. Gerakan itu harus dengan seksama menggambarkan perbedaan keadaan saat dimulainya dan apa yang akan dicapai setelah revolusi. ( bandingkan perubahan revolusioner dari Orde Lama ke Orde Baru yang dipimpin Pak Harto --- dengan gerakan revolusioner Reformasi 1998 yang dipimpin Amien Rais). Rakyat setidaknya masyarakat harus melihat Nilai apa yang akan dicapai --- Idenya harus gamblang.
Ini apa yang dihadapi Ayatullah Khomeini --- tidak terselesaikan sampai beliau wafat. Nilai persatuan Islamiah tenggelam dalam kancah sejarah yang pahit dan tragis. “…………..Khomeini masih berusaha menggerakkan Syiah dan Sunni ke depan satu sama lain dengan mendeklarasikan mereka menjadi satu ………..” ( h.175).
Setelah berpulangnya Ayatullah Khomeini, ini hal yang tidak mudah bagi Pemimpin Umat Islam sampai saat ini --- memformulasikan “ Satu Persaudaraan Muslim Bersatu” sebagai sebuah Nilai yang harus ditegakkan. Karena di situ pula strategi kekuatan Imperialis memasang berbagai taktiknya. Melanggengkan pertentangan dalam Dunia Islam.
Revolusi Kuba menghantarkan Negara Kuba yang survive, kuat dan bermartabat --- Kuba berada persis di depan pintu Amerika Serikat --- Walaupun Presiden AS Kennedy berhasil memaksa Peluru Kendali yang akan dipasang Kuba & USSR, dibawa pulang lagi oleh Sovyet Uni. Tetapi Revolusi Kuba benar-benar kokoh untuk menyesuaikan kekuatan sampai saat ini.
Begitulah momen sekonyong-konyong yang mencetuskan suatu ledakan revolusi --- tetap ada syarat lain yang diperlukan dalam membangun kekuatan revolusioner, yakni Revolusi membutuhkan Ideologi ---Apa ideologi dalam mematangkan Revolusi Islam di Iran ? Ayatullah Khomeini menggunakan Islam sebagai ideologinya--- Lahirlah dari Revolusi itu Republik Islam Iran, yang kini menjadi sasaran tembak Amerika Serikat dalam menegakkan hegemoni-nya. Profesor Huntington, menyatakan : Setelah usai Perang Dingin antara Blok Komunisme dengan Barat, berikutnya adalah Pembenturan Peradaban Islam dengan Barat ( Amerika Serikat tinggal memilih yang mana didahulukan apakah Peradaban Islam atau Peradaban Konfusiusm yang ada di Cina dan sekitarnya). Itulah sebabnya AS harus mempertahankan dominasinya di Jepang dan Sengketa dua Korea. ………….
"..............Bagi Ayatullah Khomeini, seorang ‘arif tak akan benar-benar mencapai maqam spiritual tertinggi jika tidak memanifestasikan keimanan-puncak, yang telah diraihnya lewat dua perjalanan pertama, dalam bentuk concern sosial politik untuk mereformasi masyarakat dan membebaskan kaum tertindas dari rantai penindasannya. ............ (Buku Wasiat Sufi Ayatullah Khomeini, Aspek Sufistik Ayatullah Khomeini yang Tak Banyak Diketahui, Penyusun Yamani, Penerbit Mizan Khazanah Ilmu-Ilmu Islam, Bandung 1994 )[Resensi
**) Rekonstruksi Sejarah Islam, Di Tengah Pluritas Agama dan Peradaban, Akbar S. Ahmed, Fajar Pustaka Baru, Yogyakarta, 2002 . Resensi (01-3) MWA]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H