[caption id="attachment_85204" align="aligncenter" width="300" caption="Seperti juga Alam yang Terkembang, begitu pula Alam Kejiwaan Manusia"][/caption]
(1)
Ketiga gadis itu telah menerima amplopnya masing-masing --- Tengku Houd meluruskan seluruh tubuhnya sepanjang sofa. Ia mencoba membaca rubrik ekonomi dari harian pagi ini. Jam 8.15.
Pemerintah membebaskan bea masuk impor bahan makanan --- yang lain, pendapat para pengamat ekonomi atau ahli pertanian, tentang Ketahanan dan Kedaulatan Pangan Indonesia yang terancam. Adanya kerapuhan Cadangan DevisaIndonesia untuk menjaminimpor bagi kehidupan industri Indonesia, bagi stabilitas harga pangan, ancaman kurs Rupiah, dan ancaman tingkatan inflasi.
Ia letakkan Koran itu di dadanya --- matanya menerawang, betapa Pemimpin Indonesia dan Pemerintah yang mengkhayalkan bahwa Indonesia akan menjadi Negara ke-18 dalam jajaran Negara kuat.
Kuat apanya ?(Ia tersenyum, Indonesia mengkhayal, karena Indonesia selalu diundang dalam barisan pertemuan Negara G-20.Puiih!)
Akan makin banyak rakyat yang tidak dapat menjangkau harga-harga, makin amblas daya beli masyarakat --- mengapa dikatakan angka-angka indikator baik dan positif, nyatanya realitasnya rakyat makin banyak yang makin miskin ? Nilai rupiah yang dipegang makin merosot; harga-harga meningkat --- inflatoir karena supply-kah ?
Ia tersenyum --- untung sekali walaupun bisnisnya sedang-sedang saja, ia pribadi dan mungkin semuaorang yang bekerja padanya. Yah, dia harus bertanggung jawab, mereka semuanya harus aman. “kalau ekonomi mengalami kemunduran karena ekonomi Amerika Serikat dan Eropa belum menanjak --- apakah bisnis dia bisa tetap survive ? --- karena bisnis Sang Tengku sebenarnya, di dalam pasaran dalam negeri terancam produk impor dari Negara yang notebene --- menyokong kelangsungan pasar komoditi Indonesia. Terutama produk tekstilnya.
Sang Tengku tersenyum --- kalaulah pertumbuhan ekonomi Asia Timur tidak turut menyeret kelangsungan hidup ekonomi Indonesia.Apa yang mau dikatakan Pemerintah kepada Rakyatnya ?
Ia langsung melemparkan Koran itu --- begitu terlintas wajah ketiga gadis yang menemaninya tadi malam.Gadis-gadis yang sial, gadis-gadis yang tidak beruntung --- gadis-gadis yang mematahkan harapan orang tua mereka, harapan dan doa yang menyertai setiap kehamilan dan kelahiran.
Salah satu gadis itu mengaku betapa bapaknya marah luar biasa --- begitu pak RT dan satpam mengantarkannya dini hari itu.Sampai pagi bapaknya mengamuk, memukul dan menerjang tubuhnya.Saat itu konon ia ingin mati saja.Ia pingsan ketika teko keramik menghunjam keningnya.
Ya malam itu keperawanannya lenyap bersama penyesalan dan kebodohannya --- ia mengetahui, ia memiliki keperawanan, harus menjaganya ………..tetapi ia tidak mengerti nilainya.
Mimin jebol malam itu --- yang menggegerkan, mereka ditangkap basah di kompleks Ruko yang gelap itu.Si Jamin pacarnya sempat kabur, ia dicekal dan dikerjai lagi oleh Satpam di dalam ruko yang rolling doornya bisa dibuka. Mimin menangis bukan karena kehilangan keperawanan --- di jaman SMA bahkan SMP, banyak cerita teman-temannya bahwa keperawan hilang tidak apa-apa.Ia menangis karena ia tidak berharga --- digilir dua satpam.Memang ia sudah sering juga mendengar dan membaca beritaperempuan di malam hari bisa berperkaradengan polisi, polisi pamong praja atau aparatlah……………mereka bisa mengambil kesempatan melecehkan, bahkan turut memperkosa.
Perkara kehilangan keperawanan itulah yang menyeret Mimin dan Sari menjadi call-girl.TengkuHoud menilai kedua gadis itu tidaklah cantik cuma berkulit putih, montok dan bersih --- kalau IQ pun mereka sedang-sedang saja.
Di kenangan Tengku Houd, yang mengesankan adalah gadis manja yang ketiga………………pelayanan dan komunikasinya melegakan. Myrthe.
(2)
“Pak, saya telah sampai Sumedang --- kabarnya di Jatinangor macet.Kita bertemu di mana ?”
“De, nanti diatur --- saya banyak kerja, ada janji di Cigondewa dan Cimahi --- you ingat dengan Dede Rakhmat ?ya, saya ada janji dengan dia”
Seperti biasaperempuan itu berbicara dengan mendominasikan kepentingannya --- sebenarnya bukan tubuhnya saja yang penat, tetapi mental Tengku Houd juga dalam kondisi letih dan menurun”
Ia lega hubungan telepon dengan Ce Ade telah berakhir --- ia merencanakan pindah hotel,Karena perempuan itu pasti mengejarnya --- dan Ce Ade tahu hotel langganannya.
(O, ia tersenyum karena perempuan itu pernah mengajarinya --- jangan membawa perempuan lain, ke tempat di mana dia biasa menginap dengan isterinya.Tengku Houdtersenyum kecut.Kenangan dan wajah isterinya segera tampil di layar mentalnya)
Ia menuang teh hijau ke cangkir, dan menghirupnya --- panas menerjang tekak dan liang telinganya di tenggorokan.
Ia mengenang isterinya.Sri Isthira.Ia sukar sekali mendapatkan gadis itu.Isthy adalah anak perempuan satu-satunya puteri Pak Istijab, pemilik percetakan di kawasan Gereja Blenduk di Semarang..ia pernah diusir Pak Istijab --- tetapi ia pemuda yang gallant dan telaten.Ibu Isthy, bu Poeradiati sangat setuju dengan hubungan mereka.
Ibu Poer adalah anak seorang Perintis Kemerdekaan --- ia mengagumi kecerdasan dan keberanian Tengku Houd muda.Tengku Houd adalah pemimpin pergerakan mahasiswa.
Setelah kucing-kucingan selama lima tahun --- tahun 1975 Tengku Houd berhasil menikahiIsthy.
Tahun 1987 setelah 12 tahun menikah, barulah pasangan itu mendapat momongan.Berbagai cara pengobatan dan teknologi kesuburan telah mereka jalani --- ya,Maria Isthriyaniakhirnya lahir dengan proses bayi tabung.
Kembali masuk telepon Ce Ade, “ Pak, uang sudah ditransfer ?Saya telah memanggil tukang --- biar beranda belakang ingin saya rubah menjadi perpustakaan yang di terasnya ada akuarium air asin. “
“De, Saya masih diCimahi, urusan belum selesai”
“Bapak mampir di Margahayu ya, saya telah menyiapkan masakan kegemaran bapak --- impun……..pepes benter dan haremis !”
“Lihat nanti De “Macam-macam lagi usul Ce Ade, dia memang biasa begitu --- desakannya selalu dengan suara tinggi dan keras.Dia sendiri seorang wanita cantik yang sangat asyik memperlakukan lelaki. “Cepat ditransfer pak “.
Tengku Houd memutuskan ke Cisangkuy --- ingin menikmati Yoghurt.Ia menimbang-nimbang, kalau ia pulang ke Cirebon --- ia akan kembali terkurung pada rumah kenangan itu.
Hatinya terasa sangat sepi.Ia ingat Tetty baru akan pulang besok ke Bandung --- itu pun kalau tidak ada urusan yang membatalkan.
Ia ingat Myrthe, gadis cantik mulus yang memeluknya sepanjang malam ……………..menggesankan sekali ucapannya “ terimakasih bapak………..” belum pernah ia mendengar suara perempuan berterimakasih setelah menikmati orgasme.Ia anak cerdas.
Sewaktu mandi berdua di bath-tup --- ia memeriksa tubuh gadis itu, sangat sempurna. Ia memiliki kelopak vagina yang sangat indah.Terindah yang pernah ia saksikan. Dan gadis itu cerdas.Kuliahnya putus karena bapaknya seorang pensiunan harus mendahulukan adik lelakinya agar dapat menyelesaikan kuliah.Ia mengaku petualangan seks bukan untuk mencari nafkah seperti kedua temannya.Sari adalah teman SMA-nya, mengabarkan ada lowongan kerja --- sejak sore itu mereka bergabung dengan teman-temannya di rumah Sony, seorang pemuda yang mengkoordinir rekruitmen. Semula Myrthe mendapat kabar rekruitmen itu untuk Tim promosi sebuah film --- ia menginginkan akses ke sana. Tetapi ternyata profesi yang tidak disukainya. Biasa SPG (dan ia menjadi tahu itu juga jaringan penawaran dan pencari bakat prostitusi).
“Bapak beri saya pekerjaan --- saya ingin nyambi kuliah bapak”Waktu ucapan itu didengarnya, ia sedang memeluk kepala anak itu dengan rambutnya yang lebat dan kuyup menutupi dadanya. Tengku Houd mengenang anak gadisnya. Hanya mampu sampai dua semester --- apa pun tidak ada yang kurang untuk mendukung kuliahnya. Mental Tengku Houdhampir blank dan tenggorokannya tercekal karena desakan emosi yang meledak.Ia merasakan airmatanya.
“Kamu pernah bekerja ?”Gadis itu menghadapkan wajahnya --- untuk menyembunyikan airmatanya yang mengambang Tengku Houd mengecup bibir gadis itu. Mereka berpagutan.
“Nanti sore kita bertemu ya --- saya ingin mengukur kecerdasan dan bakat kamu --- saya ingin mencoba kemampuanmu, tetapi pekerjaan itu di luar Bandung. Mau ?”
“Saya percaya bapak --- beri saya kesempatan kuliah bapak, saya mempunyai cita-cita.”Mereka akan rendez vous sore ini di BIP.
Hati Tengku Houdsangat tertekan sejak pulang dari Pelabuhan Ratu --- memang kekayaannya tidaklah menjamin kebahagiaan hidupnya.Untung sekali sikap dan body language-nya selalu memikat wanita. Memang wanita-lah yang menghibur kekosongan jiwanya di hari tua ini.
(3)
Tengku Houd mempunyai basis bisnis di daerah Pelabuhan Ratu --- telah 12 tahun ia mempunyai bisnis perkayuan di sana. Ada beberapa sahabat yang mengikat kenangannya di sana. Partner bisnis yang sangat bijaksana, seorang persiuan Dinas Pertanian --- Pak Aman, tetapi, telah meninggal setahun lalu.Lelaki tua itu bukan saja kawan terpercaya tetapi seorang tua yang sangat bijaksana menentramkan bathinnya --- memberikan keseimbangan bathin.Partner satunya lagi dokter Suatmadi, yah, sekedar sahabat yang cocok saja dalam mengurus bisnis kayu.
Dua hari yang lalu dia berkenalan dengan seorang calon janda (telepon kemarin mengabarkan proses perceraiannya telah final).Berbincang-bincang sepanjang malam di Coffee Shop hotel di Pelabuhan Ratu --- mengesankan ia seorang wanita yang mandiri.A’ay juga seorang wanita yang sempurna kecantikannya, umurnya mungkin sekitar menjelang 40..
Ia membayangkan ayunan ombak yang mempermainkan sebaran tabur bunganya --- begitulah ombak pantai samudra itu segera menelan bunga warna-warni itu. Lenyap --- kemudian terdengar serangkaian deburan ombak yang menggelegar. Druuuuuuuumglaeeeeeeeeeer !
Ya, ombak itulah yang menelan Isthy dan Maria --- isteri dan anak gadisnya.Kedua jasat itu tidak diketemukan.Terkadang ia agak mistikus; Isthy dan Maria dianggapnya berbahagia menjadi penduduk Kanjeng Ratu.Ketiga wanita itu sama cantiknya.Nyai Loro Kidul, Isthy dan Maria.Dibayangkannya ketiga wanita itu bersahabat di dasar laut, ataupun di bibir puncak ombak samudera.Seperti bahagianya mereka yang berselancar.
Ia segera padamkan kenangan semacam itu setiap kali memenuhi alam mentalnya.Tetapi terkadang ia sengaja pula mengundang rangkaian khayali kehidupan kedua kekasihnya itu. Istrinya Sri Isthira dan anak gadisnya Maria Isthriyani.Kisah-kisah kebahagiaan hidup mereka sebelum meninggalkan alam fana ini --- maupun khayalan Tengku Houd tentang kebahagiaan mereka di alam sana, selalu saja diundang atau tidak --- selalu ia rindukan.
Rumah mereka di Cirebon, bila ia berada di sana --- selalu dirasakannya seperti Sangkar yang Kosong.Koleksi barang antik istrinya selalu membawanya ke alam kenangan yang murung --- Cuma itu untungnya, jiwa Tengku Houd, selalu terhibur bila melihat ceria dan cintanya para pekerjanya.Merekalah anak-anaknya yang harus dibela nasibnya --- pabrik prabot rotan dan pabrik parquette-nya. Itulah kekayaan bathinnya.
Di bukanya pintu gerbang rumah di Jalan Geger Kalong itu --- ada Monogram MI.Maria Isthriyani.Walaupun rumah itu ada yang mengurusnya --- tetap saja terlihat wingit.Rumah itu berbentuk O.Ada taman ditengahnya --- di sana ada anggrek yang berbunga, ada palm, ada azelia ungu, dan yang istimewa sedang berbunga --- Wahyu temurun.Ia lonjorkan kakinya ke tembok pembatas taman.Dari sana ia melihat ruang makan, di mana mereka dulu selalu bertiga bercengkrama sambil menikmati kopi setelah makan siang.
Di seberang ada kamar Maria dengan berandanya berwarna hijau (ya, cat beranda itu ia rubah sesuai dengan intuisinya di satu saat).
Di Ruang Tamu ada lukisan Maria berkebaya putih saat ia berulang tahun ke-17 …………….tiba-tiba saja terlintas ilham, apakah intuisi ……………..ia ingin membuatkan lukisan Maria dengan kebaya hijau. Akan ia letakkan di beranda Maria.
(4)
Telepon berdering --- dari Myrthe. Baca Saptalogi 2/7 berikut : http://fiksi.kompasiana.com/prosa/2011/01/11/revolusi-sosial-1946-menebas-habis-keluarga-tengku-houd-mini-cerpen-%E2%80%93-60-saptalogi-27/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H