Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi Semester I [Puisi Diatas Sofa – 02]

14 Juni 2011   06:08 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:32 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Bentuk komunikasi, macam-macam alat berujar --- di jaman Kemerdekaan ini, ada teknologi Internet. Sungguh beruntung dan bersyukur. Kepada Teman-kerabat aku selalu bersajak ria

·29 January 201113:48:16

Dik Maria Lasappe !

Benar Benar kudengar degupan jantungmu di antara ribuan orang yang bimbang dan tidak mau menyerah apatah ia kemacetan apatah ia kekecewaan apatah ia kedunguan apatah ia kehilangan ternyata ternyata dalam kehidupan, kita harus bangun sendiri, setiap kali kita jatuh jangan harapkan tangan terjulur tanpa tanpa pamrih diri ini adalah alat pertolonganmu remaslah jemari, kejangkan otot, bertumpulah pada tanah — apa pun rasanya di Jakarta engkau berdiri, di Bandung engkau berdiri, di Fak-Fak engkau berdiri di sini pun engkau berdiri. Engkau sendiri yang harus berdiri.

·21 April 201106:06:13

Bung Mahfudz Tejani ! Hal-hal Kartini Kesan-ku Desa Rangkat Kuasa kata

·21 April 201106:28:58

Dik Syanti Dewi Yusnita ! Apalah dosa si buah Cinta ? Ayatullah yang mempertemukan sperma dan sel telur Tak seorang manusia boleh membatalkan konsepsi itu Sayangilah janin — sayangi bayi Sayangilah Cinta Sayangilah buah Cinta Anak-anak yang terbuang adalah dosa kita semua Anak-anak miskin adalah tanggungjawab kita Mereka tidak meminta belas kasihan kita Mereka berhak itu Hidup !

·4 May 2011 08:51:46

@Rejoice Constellation ! Termangu menghayati info Tersadar menghayati estetika Tersintesa — sisi hidup, alam di mana berdiri, di lingkungan massa yang berteriak-teriak : -beri kami pekerjaaan -beri anak kami makanan -beri dunia air dan kesegaran Hak kami sebagai bagian dari pada alam Alam Sang Ibu.

·4 May 2011 08:59:40

@Rejoice Constellation ! Seperti juga malam di mana pun — orang ingin menemukan kedamaian setelah lelah bertarung — di mana-mana, termasuk di dalam dirinya (?) biar ia wanita apatah lelaki siapa pun dia cobalah mencari keseimbangan paling tidak — kalau tidak kedamaian equilibrium, suatu hari apakah engkau wanita , apatah pula seorang lelaki malam ini pun.

10 May 2011 07:54:05

Dik Ani Ramadhanie !

Nenek moyang membuat jebakan (perangkap) untuk mencari makan secara alamiah —- anak Cucu Orang Indonesia —- sampai kini pun membuat Jebakan di simpang jalan, di kantor-kantor, di Bandara Terhormat. Semua dipasangi Jebakan Negeri Jebakan Budaya primitif yang di-adaptasi dalam kehidupan Modern. Mundur Bangsa-ku Budaya Retrogresif.

Adikku — selama masih ada Lowongan Kerja di sana : manfaatkan. Hemat dan Cermat. Ada Cuti — tambah ilmu ! Investasi-kan waktumu untuk Hari Depan Bumi Allah luas; Jangan pulang ke Indonesia — kalau Hidupmu menjadi lebih mencemaskan —- dan Tiada Harapan. Selamat Berdoa dan Ber-Kerja !

·10 May 2011 08:18:35

Bung Widi Alste !

·Kulihat payungnya mengembang payung Juwiring ataukah Tasikmalaya ? Aduh yang pergi biarlah pergi kulihat di bawah pohon kelor ada dia mungkin mencari-mu

·10 June 2011 21:13:28

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun