Persoalan ke-bloon-an di Indonesia mewabah --- lihatlah di media TV terutama, betapa bisa disaksikan ke-bloonan orang Indonesia. Di segala lapisan !  Rakyat sesak nafasnya menyaksi-kan keadaan negara ini.
Apa itu "bloon" ? Enggak tahu !
Tetapi mengapa menjadi topik di Indonesia --- itulah Bloon.
Cik Yung ditarik beberapa orang untuk mampir ke Pos RW --- ribut semua orang mau mengajukan persoalan kebloonan, mereka berebut mengajukan persoalan itu. Duduklah mereka masing-masing di ruang RW itu, membuat posisi kursi  melingkar.
"Cik, mengapa borok di negeri ini mangkin meruyak --- belum selesai yang satu, datang lagi satu masalah yang lebih mengerikan --- sekarang kita jadi bloon semua ? Kata Yono ketua RT 0028
"Coba persoalan Century bertele-tele, sudah ada rekomendasi masih di puter-puter seperti gasing. Mau apa sih negeri ini ? Sahut satu lagi
"Dari cicak buaya, ke pansus, lantas rekomendasi, dari situ ribut ke pengemplang pajak" sahut satu orang lain.
"Belum sempat dicerna --- ribut koalisi untuk kerusakan"
"Lantas timbul pula buruh kecil diadili, anak kecil diadili, nenek-nenek diadili, pemulung kena rekayasa, ini yang serem --- pemungut pajak mencuri pajak,huh"
"Ini negeri bloon apa ?"Â Riuh sekali ungkapan mereka di ruang pos itu --- barangkali mewakili hati nurani rakyat Indonesia yang resah, sedih duka.
"Ini apa-apaan kok seperti orang bloon ?" tanya Cik Yung sambil menatap satu persatu berkeliling.
Matanya berhenti di pak RW, pak Gana yang matanya mendelik.
"Begini Cik, bapak ‘kan ahli bahasa, banyak pengalaman --- apa arti kata bloon sebenarnya ?" tanya pak Gana.
Cik Yung terdiam --- seperti bingung (tidak sampai bloon ).
"Aku telah mencari di Kamus Besar Bahasa Indonesia --- tidak ada padanan-nya"
"Tetapi mengapa mau dijadikan tabir asap ?" tanya pak Susilo
"Tabir asap adalah kiasan bahasa untuk, tempat persembunyian ---tetapi terlihat orang"
"Bloon lagi dong"Â kata si Jarkasih pula menyambar.
"Lantas bagaimana kita sehari-hari bisa menggunakan kata-kata bloon, Cik ?"
"Kata adalah pencerminan bahasa, bahasa adalah pencerminan Budaya"Â kata Cik Yung menjelaskan
"Mengapa ia bisa menjadi bagian dari pada Budaya kita, karena masyarakat membutuhkannya"
"Jadi apa artinya Bloon ?"
"Dalam masyarakat semula mungkin kata-kata itu dibunyikan sebagai sindiran, ungkapan keadaan , yang mana pun kata-kata yang bunyinya berlainan, tidak sesuai dengan tujuan ungkapan tersebut--- masyarakat menciptakan bunyi kata-kata baru. Pengertiannya bisa berkembang"
"Aku mendengar kata-kata itu tahun 1961 --- ini cerita anak-ku, sewaktu dia mengikuti Masa Prabakti Mahasiswa, kata-kata itu digunakan oleh para mahasiswa senior --- sebagai penguasa, mereka bisa saja memperhina para junioren. "He kamu-kamu pradipa-pradipi yang bloon" itu kalimat para senioren kalau akan mengkomando junioren --- junioren takut sekali pada para penguasa itu, mereka sewenang-wenang menghukum --- baik untuk menegakkan disiplin mau pun etika, istilah mereka.
"Sepanjang dari masa itu sampai sekarang, kata-kata itu tampil melengkapi kalimat dalam bahasa Indonesia, baik sebagai kata sifat, kata kiasan mau pun bersifat karikaturistik"
"Apa pula itu Cik ?"
"Baiklah kita rumuskan saja bagaimana kata-kata bloon dipakai oleh masyarakat kita --- kita brainstorming saja ya. Ciri-ciri kata-kata bloon dipergunakan , seperti ini :
1.      seseorang dengan sikap mulut ternganga dan mata kosong memandang ke arah tidak fokus (seperti orang idiot-lah)
2.     keadaan seseorang dengan padanan kata sifat : dungu, bebal atau bodoh
3.     orang sehat jasmani dan rohaninya, tetapi ia tidak menyadari apa yang dikerjakannya, atau yang harusnya dikerjakannya, atau ia tidak dapat membedakan antara yang salah dan yang benar; ada unsur acuh tak acuhnya karena vested-interest. Tidak menyadari yang terjadi di lingkungan masyarakat. Ia asyik dengan comfort zonenya --- terutama korupsi,
4.     seseorang yang absent-minded. Kalau memakai istilah Pak Kwik Kian Gie "orang yang mempunyai kelas profesor kodok-lah" --- ia tidak mengerti menerapkan ilmunya pada kasus nyata..........."
"Dapat kalian simpulkan sekarang ?"
"Sudah tampak Cik"Â kata pak RT dengan beberapa hadirin lain hampir serempak.
"Jadi orang yang mempunyai sifat "bloon" adalah, mereka-mereka yang kosong hati nuraninya , yang membebalkan kecerdasan-nya, yang tidak menyadari lingkup tanggungjawab dan kewajibannya, mencederai kepentingan publik, memperkaya diri sendiri dengan merugikan negara, bahkan ia telah kehilangan segala kecerdasan yang dibutuhkan diri dan jabatannya."
"Itulah bloon !"
"Kembali pada kisah awal Pak Cik tadi sewaktu anak menjadi junioren di gojlok oleh senioren, cocokkah definisi kita ini ?"
"Begini, sebagai junioren sangat tertekan oleh ulah dan perbuatan mereka, para senioren--- hukuman disiplin dan etika istilah mereka hanya berlaku selektif, kalau junioren bersalah, menentang atau apa saja ---- diberi hukuman disiplin istilah mereka, bisa semuanya tidak sempat tidur malam, karena harus mengerjakan sesuatu yang menghabiskan waktu, harus menulis atau mencari bahan di malam buta . mereka adalah penguasa. Se-enake dewe menetapkan permainan"
"Jadi sifat bloon menyebabkan serba konyol !" ditambahkan Cik Yung
"Konyol adalah perbuatan yang menghasilkan kesia-siaan" Â kata Cik Yung menambahkan.
Cik Yung meneruskan cerita kenangan anaknya itu, mengikuti prabakti mahasiswa, di mana penguasa mengata-ngatai junioren "Bloon"
"Setiap fakultas salah seorang mahasiswa diberi pangkat "Jenderal" --- di masa itu dijabat oleh mahasiswa yang paling tambun, Widodo. Mahasiswinya, yang paling cantik diberi pangkat "Jenderil", namanya Andrini. Acara puncak namanya "Kalpayudha" --- perang-perangan yang diciptakan penguasa --- agar para bloon menderita, jalan 20 kilometer ke Mrican --- bertempur di sana mati-matian. Karena itu permainan, ada skor setiap pos dan pertempuran pun ada skornya --- pulang ke kampus juga ada pos pengawas dengan skor tertentu. Tragisnya total skor para pradipa dan pradipi --- tidak sesuai dengan perhitungan mereka para panitia, mereka tidak mau disalahkan, tidak boleh didakwa --- padahal perhitungan mereka salah --- dasar bloon, kata para junioren dalam hati."
Jadi ‘bloon" apabila manusia yang absent-minded, tidak peduli pangkatnya, jabatannya, keilmuannya --- atau pun jenis kelaminnya. " kata Cik Yung
"Institusi bisa bloon enggak pak"Â tanya salah satu hadirin, tampaknya mahasiswa.
"Bisa saja, institusi isinya ‘kan manusia juga seperti kita --- bisa jadi bloon apabila tidak menyadari lagi Cita-cita Proklamasi, Preambule dan Isi  Undang-undang Dasar 1945 amendemen, Undang-Undang, Peraturan --- dan macam-macam urutan kewenangan. juga Sumpah jabatannya.
Setiap  Orang yang tidak menyadari bahwa  ia harus menggunakan hati nurani, rasa keadilan, dan harus mempunyai rasa malu. Kalau ia absent-minded, itu bloon "
"Jadi manusia yang tidak mempunyai rasa malu adalah manusia bloon" kata pak RW.
Cik Yung hanya mengangguk dan tersenyum. Mereka bubar
Ada-ada saja di Indonesia sekarang in, pikir Cik yung melanjutkan perjalanan-nya.
Merdeka !
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H